Areez tidak mengalihkan pandangannya dari dokter Adam yang tengah bekerja, meskipun dokter Adam adalah salah satu dokter kepercayaannya namun Areez tidak mau meninggalkan dokter itu menangani Suri sendirian. Sudah berkali-kali menggagalkan rencana pelarian Suri membuat Areez begitu protektif menjaga Suri, apalagi disaat seperti ini ketika ada orang asing datang ke rumah. Areez tidak mau kecolongan jika Suri sampai berbuat nekat dengan meminta bantuan pada dokter Adam untuk kabur.
"Sudah?"
Dokter Adam yang tidak menyadari keberadaan Areez langsung memalingkan wajahnya ke arah Areez yang sejak tiga puluh menit yang lalu berdiri di belakangnya dengan bersandar pada dinding. "S-sudah Tuan."
"Berapa lama lukanya akan sembuh?"
"Karena lukanya cukup dalam, kemungkinan sembuh paling cepat adalah lima sampai tujuh hari akan tetapi itu tergantung dengan proses perawatan lukanya."
Satu alis Areez terangkat. "Katakan lebih jelas, aku tidak mengerti dengan maksudmu.'
"Maksudnya, jika ingin luka di kaki Nona Mira cepat sembuh maka Nona Mira harus mematuhi semua instruksi yang saya berikan. Mulai dari tidak membasahi lukanya dengan air dan tidak menggunakan kakinya untuk berjalan serta..."
"Aku akan mengikatnya di ranjang kalau begitu."
"Areez," jerit Suri panik. "Jangan gila, memangnya aku tidak waras sampai harus di ikat di ranjang seperti itu?" kedua mata Suri berkilat, menunjukkan ketakutan yang besar. Membayangkan jika Areez benar-benar mengikatnya di ranjang membuat Suri ketakutan setengah mati.
Areez mengalihkan pandangannya dari dokter Adam pada Suri, tatapannya dalam menusuk. "Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu cepat sembuh, bahkan jika harus memasungmu di ranjang akan kulakukan."
"Areez!"
"Mana obat yang harus diminum oleh Mira, dok?" tanya Areez pada dokter Adam, menyudahi pembicaraannya dengan Suri.
Seolah tahu kalau Areez sedang menghindari Suri, dokter Adam lantas buru-buru menyerahkan copy resep yang sudah dibuatnya beberapa saat yang lalu pada Areez. "Semua obat-obatan ini bisa ditemukan di apotik manapun, Tuan."
"Lalu bagaimana dengan cara konsumsinya?"
"Saya sudah menyertakan dengan petunjuk minumnya di resep itu, Tuan. jadi nanti ketika resep itu diserahkan pada apoteker mereka bisa menuliskan kembali petunjuknya di luar kemasan," jawab dokter Adam menjelaskan panjang lebar, berbicara dengan Areez artinya dia harus berbicara dengan sejelas-jelasnya.
Areez mengangguk-anggukkan kepalanya perlahan, dia merasa cukup puas mendengar penjelasan dokter Adam. Karena merasa kehadiran dokter Adam sudah tidak dibutuhkan, Areez kemudian meminta asistennya yang baru kembali dari Sydney untuk mengantar dokter Adam keluar.
Dari ranjang Suri hanya bisa tersenyum sendu ketika melihat dokter Adam diajak pergi oleh Shaka, pria keturunan Asia-Amerika yang sangat patuh pada Areez. Harapan Suri untuk bisa meminjam ponsel dokter Adam untuk mengirimkan pesan pada keluarganya pun pupus, Areez benar-benar membatasi pergerakannya.
"Kau sudah dengar penjelasan dokter Adam, bukan?"
"Aku tidak mau diikat, aku tidak mau dipasung!" Tanpa rasa takut Suri meneriakan penolakannya secara gamblang. "Aku manusia merdeka, Areez. Kau tidak bisa memperlakukan aku seperti ini."
Sambil menggertakkan gigi, Areez menyelipkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Semua perlakukan yang aku berikan padamu tergantung pada perilakumu sendiri, Mira. Semakin kau berontak, maka semakin kuat pula ikatan yang aku berikan padamu."
"Areez..."
"Aku melakukannya semuanya demi kebaikanmu, Mira." Areez bicara dengan lembut namun tidak mengurangi ketegasan dalam suaranya. "Nanti malam aku akan terbang ke South Australia bersama Aldrich karena harus menyelesaikan beberapa pekerjaan disana, selama aku pergi akan ada Shaka yang menjagamu. Setiap kata yang terucap dari bibir Shaka adalah perintah untukmu, kekuatannya setara denganku. Karena itu aku mau kau bersikap kooperatif pada Shaka, begitu urusan di South Australia selesai aku akan langsung kembali."
"Tidak usah kembali juga tidak apa-apa," jawab Suri ketus.
Areez menipiskan bibirnya mendengar perkataan Suri, sudah terbiasa mendengar kalimat pedas yang terucap dari bibir mungil Suri membuat Areez kebal. Tidak ada sedikitpun rasa marah dalam diri Areez saat ini.
"Sekarang lebih baik kau tidur, aku rasa obat yang disuntikkan dokter Adam sudah mulai bekerja padamu. Kedua matamu terlihat sayu," ucap Areez pelan, sedikit saja perubahan pada Suri dengan mudahnya Areez bisa tahu. Termasuk saat ini ketika dia berhasil melihat betapa sayunya mata Suri, Areez yakin Suri tengah berusaha sekuat tenaga menahan rasa kantuk demi berdebat dengannya. "Tidurlah, jangan lawan obatnya. Biarkan obatnya bekerja, karena percayalah semakin kau cepat sembuh maka semakin cepat juga kau bisa meninggalkan ranjang ini. kau tidak mau terus berbaring di ranjang selama berminggu-minggu tanpa melakukan apa-apa, bukan?"
Suri mencebikkan bibirnya. "Jangan sok tahu!"
"AKu bukan sok tahu, tapi aku memang tahu. Cepatlah tidur Mira, istirahatkan tubuhmu. Nanti jika tenagamu sudah pulih kau bisa kembali berdebat denganku."
Suri yang memang sudah sangat mengantuk mencoba mempertahankan harga dirinya dengan tidak mengikuti perintah Areez, Suri tidak mau Areez besar kepala jika dia menuruti perintah lelaki yang paling dibencinya itu.
"Mira.."
"Aku tidur karena aku mengantuk bukan karena menuruti perintahmu, jadi kau jangan besar kepala."
Bukannya merasa marah, Areez malahan berusaha menahan sekuat tenaga kembali berusaha menahan senyum yang begitu keras kepala dan memaksa untuk tersimpul di bibir tipisnya yang berwarna kemerahan. Tidak pernah merokok dan sangat jarang mengkonsumsi alkohol membuat bibir Areez terlihat indah, pink alami seperti wanita yang sedang memakai perona bibir.
Begitu Suri menempelkan kepalanya di bantal, dalam hitungan detik gadis itu sudah tertidur pulas. Sepertinya Suri benar-benar sudah sangat mengantuk.
"Gadis keras kepala," gumam Areez lirih dengan senyum yang tertahan di bibirnya, suara nafas Suri yang lembut membuat dadanya terasa nyaman. Kecuali perban yang membebat kaki Suri yang cukup mengganggu, Suri terlihat begitu sempurna di mata Areez. Sangat sempurna sampai Areez menjadikannya tahanan rumah dan berusaha untuk menaklukkannya, meski setelah tiga tahun berlalu tanda-tanda keberhasilan itu belum juga terlihat. Suri masih sama seperti pertama Areez membawanya pulang, masih keras kepala dan sangat tidak bersahabat. Padahal diluar sana, ada jutaan gadis yang rela mengantri demi untuk bisa dekat dengan Areez. Tidak tahukan Suri betapa besarnya pengaruh seorang Areez di Auckland dan selandia baru.
Setelah memastikan Suri benar-benar tidur, Areez kemudian meninggalkan kamar bernuansa serba pink itu dengan perasaan campur aduk. Tadi saat sedang bersama Suri dikamar Areez berusaha sekuat tenaga untuk tidak menunjukkan amarahnya, Areez tidak mau membuat Suri ketakutan kepadanya. Tapi kini saat dia sudah berada jauh dari Suri, Areez pun mengeluarkan kemarahan yang sejak tadi sudah berkumpul di dadanya.
"Tuan." Shaka yang sudah kembali dari mengantar dokter Adam kembali menghadap Areez.
"Di masa depan, pastikan kejadian seperti ini tidak terulang. Ganti semua pelayan yang hari ini melayani Mira, pastikan mereka tidak akan membuka mulut tentang apa yang sudah mereka lakukan dirumah ini. Gunakan segala cara untuk tetap membuat mereka tutup mulut."
"Baik Tuan, saya akan melakukan perintah anda," jawab Shaka patuh.
"Dan...jaga Mira dengan baik selama aku pergi ke South Australia, berikan perkembangan kondisi kakinya setiap pagi kepadaku. Pastikan juga Mira tidak turun dari ranjang kecuali untuk kegiatan yang bersifat pribadi di kamar mandi," ucap Areez kembali dengan nada tidak terbantah.
Shaka mengangguk patuh. "Baik Tuan, saya akan memperhatikan Nona Mira dengan baik."
Areez terdiam. Dia terlihat bingung, di satu sisi keberadaan Areez sangat dibutuhkan di South Australia namun disisi lain Areez khawatir pada Suri. Areez ingin mengurus luka di kaki Suri secara langsung. Melihat Suri terluka benar-benar membuat Areez sangat tidak tenang.
"Hubungi Aldrich, minta dia untuk segera ke bandara. Aku akan berangkat ke South Australia sekarang, semakin cepat urusanku disana selesai maka semakin cepat juga aku kembali dan mengurus Mira."
Bersambung