Tiga puluh menit sudah berlalu sejak Areez duduk diatas ranjang yang digunakan Suri untuk tidur, darah yang berasal dari kedua tangannya kini sudah mengotori ranjang Suri. Areez duduk dalam kegelapan seorang diri, berusaha merasakan sisa-sisa keberadaan Suri di kamar itu.
"Sebenci itukah dirimu padaku, Suri."
Setelah tiga tahun berlalu, baru kali ini Areez menyebut nama Suri dengan benar. Rasa sesak yang saat ini mendera dadanya benar-benar membuat Areez tidak bisa bernafas, seolah ada tangan raksasa yang membekap dadanya dari dalam.
Kedekatan yang dipaksakan itu ternyata tidak berhasil, keegoisan yang selama ini menguasai diri Areez kini justru menjadi boomerang untuknya sendiri. Rasa sakit yang saat ini dialaminya karena kepergian Suri membuat Areez tidak bisa berpikir.
"Kenapa rasanya sesakit ini, Tuhan? Apakah ini adalah hukuman yang Engkau berikan padaku? Apakah ini balasan atas semua keegoisanku selama ini?"
***