Amira terus saja mengikuti kereta kencana yang dinaiki oleh kedua orang tuanya mengelilingi kota. di sepanjang jalan ia mendengar komentar yang sama dari para warga yang melihat iring-iringan pasukan keraton. Amira tersenyum dan membelokkan motornya menghindari keramaian menuju keraton melewati jalan lain.
"Yaa Tuhan, apakah besok ketika aku menjabat sebagai ratu, wargaku juga akan memiliki kesan yang sama dengan masyarakat yang tadi kudengar? Ah, tentu saja tidak akan berbeda. Mereka akan mengatakan hal yang sesuai dengan apa yang mereka rasakan dan pikirkan. Tidak akan bisa mengubah pikiran seseorang untuk selalu berprasangka baik kepada kita."
Amira memarkirkan motornya di tempat parkir khusus untuknya lalu melangkah menuju istananya tanpa memandang apapun. Ia abaikan semua emban yang sedang sibuk menyiapkan makanan untuk jamuan para tamu besok serta mengabaikan seluru abdi yang sibuk dengan tugas masing-masing.
"Kakak dari mana?"