Sultan menggelengkan kepalanya pelan. Ia tahu sangat berat bagi Amira untuk mengikuti semua aturan yang dibuatnya sebagai pemegang kekuasaan. Sultan juga tahu kalau Amira masih butuh untuk bereksplorasi, menggali semua kemampuan yang dimilikinya sebagai bekal untuk menjadi pemimpin, penerusnya mengendalikan pemerintahan.
"Mengapa harus kamu jawabannya sudah jelas, Amira. Setelah Romo mangkat, kau adalah pemimpin selanjutnya. bukan Anjani apalagi Rashid. Romo ingin memiliki menantu yang tepat untuk mendampingimu memimpin negeri ini."
Amira diam mencerna semua yang diucapkan sultan. Ia tahu dan sangat paham bahwa ia membutuhkan pendamping hidup yang akan menemaninya memikirkan negara. Yang sangat ia sesalkan adalah waktu pencariannya. Ia sendiri bahkan belum bisa menyelesaikan studinya dan masih ingin meneruskan menuntut ilmu di UNOC atau bahkan di luar negeri.
"Apakah Dinda Anjani tidak dicarikan jodoh bersama sayembara ini?"
Sultan mengangguk.