Papa mencoba menenangkan putra sulungnya yang emosi. Lelaki itu menghela napas berat. Baru kali ini kedua putranya bertengkar seperti ini. Biasanya hanya sesekali mengejek, itu pun hanya sebagai candaan belaka.
"Rayn, masuk dulu ya sama mama. Biar Papa yang ngomong sama Zayn." Papa menepuk pelan bahu Rayn.
Rayn menghela napasnya berat, "Nggak usah sama mama. Rayn bisa pergi sendiri."
Lantas lelaki itu memilih untuk menuruti sang Papa untuk segera beranjak dari sana. Papa menghela napas, ia kembali mendudukkan diri di samling putra keduanya. Jadilah kini Zayn duduk diapit oleh kedua orang tuanya.
Papa merangkul bahu putranya, ia tersenyum, "Tau nggak, Zayn? Dulu Mama juga pernah loh dijadiin bahan taruhan."
Zayn tampaknya mulai tertarik dengan itu, ia menoleh ke arah sang Papa, "Sama Papa?" tanyanya.