Esoknya, Ghibran benar-benar datang hanya untuk membicarakan hal ini dengan Mahendra dan keluarganya. Lelaki itu tidak sendirian karena mengajak sang Mama juga. Dengan sopan, Ghibran mengutarakan maksud dan tujuannya. Mahendra sendiri terdiam sebentar sebelum akhirnya menoleh ke arah Zara.
"Bener? Nggak nunggu Zara kelas sebelas dulu, Ghib?" Mahendra mencoba meyakinkan, siapa tau lelaki muda itu masih dalam keadaan plin plan.
Namun yang didapati malah Ghibran menggelengkan kepalanya dengan kuat tanpa keraguan. Lelaki itu menghela napasnya berat.
"Saya bakalan pergi kuliah, Om. Kuliah kurang lebih lima tahun, dan saya nggak akan balik. Jadi, saya pengen sebelum saya pergi, ada ikatan saya dan Zara biar saya tenang." Ghibran mengutarakan isi hatinya dengan lantang.
Ghibran menghela napasnya berat setelah itu, "Kalau untuk masalah biaya, saya udah siapin semuanya kok, Om," ujar Ghibran dengan pelan.