Tuhan masih belum menghendaki rencanaku dan suamiku untuk hidup bahagia. Lewat masalah ini, Tuhan mengujiku. "Tapi sampai kapan?"
ARGH~~~
Teriakan yang menggema setiap sudut kamarku, sangat menggemparkan. Rasanya ingin sekali ku pergi dari kehidupan ini.
Ku tatap foto wajah kedua anakku Radit dan Arinda yang sejak tadi berada di dalam pelukanku. Aku tidak tahu apa jadinya jika tidak adanya mereka di kehidupanku. Mungkin, tidak akan sekuat ini. Aku terus bergumam di sepanjang malamku. Hingga akhirnya, aku pun tertidur di atas lantai yang berserakan tisu.
Pagi, pukul 8
Suara ponsel yang berdering seketika membangunkanku dari tidur yang tidak membuat tubuhku nyaman sama sekali. Ku ambil ponsel dari dalam tas ku dan ku lihat, Ibu menelepon. "Halo, Bu!" Aku menyapa ibu dengan bibir sedikit bergetar.
"Arini, kamu jadi kan datang ke sini untuk menjemput Radit dan Arini? Kasihan mereka, dari semalam terus menanyakan kamu, Arini!"