Riadi paham betul sifat Arini yang tidak bisa membuat suaminya mempunyai beban pikiran yang terlalu berat. Apalagi, saat itu Riadi sedang dalam tahanan jeruji besi.
Kemudian perbincangan antara Riadi dan Arini di akhiri dengan peluk mesra antar kedua insan Tuhan yang baru saja di beri kesempatan ke dua untuk bisa bersama dan menyentuh tubuh satu sama lain.
Manik mata Arini membola ketika wajah Riadi berada tepat di depan kedua matanya. Seketika ingatannya membawa hari biru ketika Riadi menghirup udara bebas untuk pertama kalinya.
Saat itu ...
Riadi sudah tahu bahwa esok ia akan segera bebas. Antusias Arini dan juga anak-anaknya pun turut mewarnai suasana yang memancarkan bahagia setelah enam tahun tidak merasakan apa yang telah hilang dari keluarga Riadi.
Ketika hari itu datang, Arini dan juga anak-anaknya pergi untuk menjemput orang tersayang mereka untuk pulang ke rumah, rumah yang selalu hampa karena tidak adanya sosok Riadi di tengah-tengah mereka.