Selama berjam-jam aku berdiam diri di kamar yang terasa hampa tanpa kehadiran suamiku. Jendela kamar pun masih ku biarkan terbuka lebar menyambut semilir angin yang meneduhkan jiwa.
Aku mendapati telepon dari Pricilla. Aku dan Pricilla sudah cukup lama tak bertegur sapa. Permasalahan yang terjadi di antara aku dan dirinya, menyisakan kepedihan yang tak mudah diperbaiki. Entah apa yang membuat Pricilla akhirnya menghubungiku kembali.
Ku angkat telepon dari Pricilla dengan suara yang sendu. Rasa bersalahku pada Pricilla amat terasa membuat penyesalan dalam hati ini. Aku tidak tahu dengan cara apa agar aku bisa membuat Pricilla memaafkan semua kesalahanku.
"Halo ...," sapa Pricilla.
Sejenak ku terdiam. Pricilla pun mengulang sapaannya dengan memanggil namaku. "Arini!" Dengan nada sedikit tinggi, Pricilla memanggilku.
"P-P-Pricilla ...," sahutku.