Chereads / Hidup Beralaskan Duri / Chapter 11 - Ulang Tahun Arinda

Chapter 11 - Ulang Tahun Arinda

Suasana rumah yang penuh dengan canda dan tawa, kini menjadi sepi dan hampa. Besok adalah ulang tahun Arinda yang ke empat tahun. Kejutan dan kado pun telah ku siapkan. Tapi, bagaimana jika Arinda bertanya tentang ayahnya. Karena selama ini, Mas Riadi lah yang selalu memberikan kejutan  kecil untuk anak-anak disaat mereka berulang tahun.

Aku menengok gadis kecilku yang sedang tertidur lelap di kamarnya. Wajahnya yang menggemaskan, membuat hatiku terenyuh karena masa kecilnya harus hidup tanpa sosok ayah di sampingnya. Aku menarik selimut dan mencium kening Arinda. Tidak lupa, aku mencium kening Radit yang saat ini sudah berusia tujuh tahun. Mereka tidur di kamar yang sama dengan kasur yang berdekatan.

Aku berjalan keluar dengan mengendap-ngendap. Aku tutup pintu kamar mereka dan duduk di depan pintu. Air mata yang tidak bisa ku bendung lagi, akhirnya jatuh mengalir deras di pipiku. Tidak henti aku memikirkan masalah-masalah yang datang di tahun pertama Mas Riadi di tahan. Ibu dan ayah ingin aku berpisah dengan Riadi, juga perjodohan yang ayah ibu lakukan terhadapku. Aku sendiri, mereka menikamku secara terang-terangan.

~~~

Hari ulang tahun Arinda

Pagi hari pukul enam, Radit membangunkanku.

"Mah ....," sahut Radit dengan menepuk-nepuk pundakku.

"Ada apa Radit?" aku membuka pelan-pelan mataku yang sembab karena tangisan semalam.

"Ayo, Mah kita beri kejutan pada Arinda," ajak Riadi.

Aku pun bangun dan mengucek mataku.

"Di mana kue dan kadonya Mah?" tanya Radit.

"Ayo, kita ke dapur Nak," aku dan Radit mengambil kue yang ku taruh di atas meja makan.

Radit berlari mengambil lilin angka empat. Lalu ia menaruhnya di atas kue yang sangat cantik dengan karakter hello kitty kesukaan Arinda.

Aku dan Radit menuju kamar Arinda.

"Selamat ulang tahun ....," aku dan Radit menyanyikan sebuah lagu ulang tahun di depan ranjang Arinda yang masih tertidur lelap.

Radit menggelitik Arinda dan membangunkannya. Arinda pun terbangun dan sangat senang ketika melihat kue hello kitty di depannya.

"Tiup lilinnya ArindaArinda," sahut Radit.

Arinda pun meniup kue dengan begitu semangat. Arinda melihat ke arahku dan Radit.

"Mah, Ayah di mana?" tanya Arinda.

"Sayang, Ayah nanti pulang kok. Kamu jangan sedih ya." Aku mengusap rambut Arinda. Dada ini terasa sesak saat Arinda bertanya keberadaan Mas Riadi.

Karena hari ini libur kerja, aku mengajak Arinda dan Radit berlibur. Tempat wisata yang ada di daerah Jakarta menjadi tempat favorit keluargaku. Ya, tempat yang pernah aku kunjungi baru-baru ini bersama Rendra juga anak-anak. Klakson taksi onlain telah terdengar. Radit dan Arinda keluar terlebih dulu.

"Mah ....," teriak Radit.

Aku langsung keluar dan menghampiri Radit.

"Ada apa Nak?" tanyaku sembari mengunci pintu rumah.

"Ini apa Mah?" tanya Radit yang memberikanku sebuah paket yang berukuran sedang. Aku pun heran, karena aku tidak memesan apapun. Aku membuka pintu rumah kembali dan menaruh paket itu di dalam.

~~~

*Satu pesan masuk*

(Semoga anak kamu suka dengan kado yang saya berikan)

Isi pesan itu dari nomor baru. Aku pikir, itu dari Rendra. Maka dari itu, tidak ku hiraukan pesan yang dikirim Rendra. Aku masih merasa sakit hati dengan ucapan Rendra tentang Mas Riadi.