Sebuah kerajaan yang luas akan daratan dari utara membentang ke timur. Kerajaan yang diapit oleh tiga kerajaan lain serta dibatasi dengan lautan beku.
Kerajaan dengan simbol sebuah kekuatan dan kemajuan. Latar merah menandakan sosok pemberani yang pantang menyerah akan rintangan dan halangan.
Dua garis warna hitam pekat berdiagonal saling berpotongan. Pada garis berpotongan, sebuah perisai warna perak dengan sebuah gambar cincin merah menyala yang didampingi 4 bintang emas.
Kerajaan Roshan, kerajaan yang luas dan maju akan peradaban.
Kemajuan ilmu pengetahuan, ekonomi, dan militer merupakan prestasi yang diperoleh Kerajaan Roshan. Benteng Selatan Roverya merupakan perbatasan benteng dengan penjagaan ketat akibat konflik berkepanjangan dengan kerajaan selatan.
Kerajaan itu berselisih dengan kerajaan selatan dengan alasan suci mereka. Perselisihan yang berlarut tidak akan berakhir dalam satu dekade.
Perang Suci, perang yang berkepanjangan dengan dua pandangan berbeda. Perang ini berakibat korban yang parah, dan kerugian harta yang menggunung.
Banyak kota hancur akibat diduduki prajurit dari kedua belah pihak. Harta dijarah, wanita dan anak-anak diculik, dan bendera kerajaan dikibarkan di atas langit.
Kerajaan Roshan sudah menduduki kota dengan kekuatan militer mereka. Kemenangan mereka masih belum berarti selama serangan balasan dilanjutkan.
Banyak kerajaan lain yang berpikir Kerajaan Roshan seakan-akan merupakan kerajaan yang kuat. Dengan kekuatan militer Dark Crusader milik Kerajaan Roshan, pasukan lawan tiada artinya.
Mereka belum menelusuri Kerajaan Roshan lebih dalam. Sebenarnya sistem Kerajaan Roshan merupakan sistem kerajaan yang tergelap yang pernah ada.
Di ibukota Kerajaan Roshan, kota penuh dengan kekuatan ilmu. Luas kota itu hampir setara dengan 5 kota sedang. Kota yang mengangkat derajat Kerajaan Roshan dengan bendera berkibar di langit.
Roshan Capital, kota yang maju di berbagai bidang. Ibukota indah dengan penduduk yang beradab. Dengan penduduk sekitar 1 juta, ibukota itu ramai dan pesat.
Bangunan kota klasik berdiri kokoh di atas tanah, pabrik rumah tangga yang mengeluarkan asap, serta jalanan beraspal dengan batu bata.
Sebuah produk hasil pabrik diciptakan untuk kemakmuran ibukota itu. Lentera dengan lilin yang dipasang sepanjang jalanan adalah salah satu dari hasil pabrik tersebut.
Kendaraan di ibukota itu berbeda dengan umumnya. Kendaraan itu memiliki alat setir untuk mengubah arah ke kanan atau ke kiri. Itu dapat memberikan keuntungan bagi manusia dengan bisnis transportasi.
Kota itu memiliki sebuah wilayah khusus untuk bangsawan. Penduduk selain kaum bangsawan dilarang menempati wilayah itu tanpa izin. Kawasan itu dijaga ketat oleh Dark Crusader.
Krasnaya Line, daerah bangsawan dengan bangunan merah yang megah dan indah. Semua keperluan akan dipenuhi. Bahkan, banyak maid berkostum klasik siap melayani semua keperluan.
Wilayah yang dipisahkan dengan sungai. Empat jembatan yang menghubungkan kota dengan Krasnaya Line.
Wilayah itu diduduki oleh Igor Slavyark II, seorang raja yang tua dan bijaksana. Meskipun begitu, banyak bangsawan yang berperilaku sewenang-wenang.
Di luar Krasnaya Line, banyak profesi jasa yang bertebaran di ibukota tersebut. Profesi itu memberikan pelayanan yang terbaik dengan bayaran mata uang Aegis, mata uang Kerajaan Roshan.
Satu Aegis setara dengan 0,4 Poundsterling di Inggris. Satu Poundsterling bisa membeli emas dengan seharga 0,03 gram. Jadi, harga 2,5 Aegis mendapatkan emas sebesar 0,03 gram.
Para pekerja di bidang jasa memperoleh uang Aegis untuk keperluan mereka. Guru yang mengajar di ibukota itu mendapatkan kesejahteraan meski mendapat tekanan dengan pekerjaan mereka.
[***]
Hujan deras mengguyur Roshan Capital. Para penduduk berteduh di sebuah bangunan yang mereka lalui. Menunggu hujan reda adalah keputusan yang terbaik bagi mereka.
Mereka yang memiliki payung, membuka payung untuk menghalau air hujan yang terjun. Kaki mereka menginjak rintik hujan yang membasahi lantai.
Di sebuah gang yang sempit dan dipenuhi dengan kegelapan, sosok yang terdiam penuh dengan darah. Gang yang jarang ditemui oleh khalayak umum. Hanya sedikit orang yang menelusuri tempat itu.
Seorang pemuda yang membiarkan dirinya dihujani. Tidak menutup kemungkinan gang tersebut diguyur hujan. Tubuhnya diam dan basah diguyur hujan deras.
Bibirnya tidak bergerak sekalipun. Badan yang penuh keterbelakangan serta pisau yang digenggam berlumuran darah. Pakaian lusuh diterjang dengan air hujan.
Pemuda itu meredupkan pandangan dengan mata hitam alami. Rambut hitam natural menutupi alis mata dan menghalangi air hujan membasahi dahinya.
Tubuhnya semakin melemah. Badannya menyatu dengan lantai. Ia menatap langit dengan mengharapkan kematian yang akan menjemputnya.
Pikirannya seolah-olah pudar dan menghilang dalam hitungan waktu. Hanya kematian yang ia pikirkan. Kelopak mata yang kaku tidak bisa berpaling dari turunnya air hujan.
Beberapa selang, seorang pria paruh baya dengan pakaian rapi dan payung yang digenggamannya. Langkah kakinya terhenti karena teralih dengan keberadaan yang menyedihkan.
Kumis dan jenggot yang tipis menghiasi wajah tua. Mata sayu dengan penglihatan yang terhalang air hujan. Tangan terlihat tua menggenggam sebuah payung sekuat tenaga.
"Hm? Sepertinya ada orang di sekitar sini. Lebih baik, aku mengecek orang itu."
Paman itu menghampiri yang mengalihkan perhatiannya. Langkah sepatu menghantam genangan air hujan. Sedikit demi sedikit semuanya terungkap di depan matanya.
Ia menemukan seorang pemuda yang diliputi dengan mimpi buruk dan keputusasaan. Senyuman iba dan rasa empati terlukis di depan pemuda yang malang.
"Kasihan sekali. Dia malah diguyur hujan di saat begini Dasar anak malang!"
Ia membiarkan dirinya diguyur hujan. Air hujan yang turun mendarat ke payung. Pemuda itu diberikan kesempatan untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
" .... " Pemuda itu membuka mata dengan lebar dan menghampiri pria tersebut.
"Kau akan sakit apabila kau membiarkan dirimu kehujanan."
"Jangan khawatir! Aku tidak akan membiarkanmu kehujanan. Kau akan demam jika dibiarkan seperti itu."
Paman itu memberikan uluran tangan kiri ke arah remaja itu. Pemuda itu diberikan sebuah harapan.
"Nak! Ayo! Kita pulang. Kau akan merasa hangat di sana."
Pemuda itu menolak ukuran dan pemberi harapan. Tatapan mata yang penuh dengan pengkhianatan. Bukan berarti, ia menyalahkan pria itu.
Tanpa pamrih, pria itu mendapatkan ide yang bagus untuk menangani masalah pemuda itu. Dengan senyuman dan keramahan, ia mengajaknya ke suatu tempat.
"Kalau begitu, ikutlah denganku! Kau tidak akan menyesal untuk kali ini."
Ia pun meninggalkan pemuda itu setelah mengatakan sesuatu. Senyuman yang hangat terbentuk menghilang dari pandangan pemuda itu.
Namun, pemuda itu berdiri dengan susah payah. Genggaman pisau belum terlepaskan. Pakaian basah yang dikenakan masih diguyur hujan. Ia pun mengikuti pria dari belakang. Pria itu tersenyum dengan gigi putihnya.
"Rupanya, kau mengikutimu. Jangan khawatir! Kau akan mendapatkan ruangan yang hangat dengan teh panas di samping meja."
Langkah kaki yang tidak sama. Pria itu tertawa kecil sembari berpaling pandangan dariku. Ia mulai menggerakkan mulutnya untuk menceritakan keseharian yang ia lakukan.
Pria itu ... memberikan kehangatan.
[***]
Sejak kejadian itu, pemuda itu diperlakukan dengan baik oleh pria itu. Pergantian ruangan hangat pada musim yang berganti.
Dengan keramahan pria itu, pemuda itu sedikit demi sedikit mendapatkan pengalaman yang baik. Awalnya, ia hanya cuek sambil menolak mandi dan makan.
"Sekarang. Namamu adalah Rivandy Lex! Nama yang bagus bukan?"
Pemuda itu menerima panggilan nama itu. Ia sering mendengarkan cerita darinya. Pria itu mengubah pemuda itu menjadi lebih baik. Ketakutan dan kecemasan menghilang untuk sementara di sisinya. Ia membuka matanya.
Berbulan-bulan kemudian, perubahan yang signifikan. Pria itu bercerita tentang ceritanya.
Karena pemuda itu merasakan kehangatan dari pria itu sejak tinggal bersama, pemuda itu tidak sadar mendapatkan hidup yang lebih baik. Sampai di saat yang terakhir. Pria itu memberikan salam untuk meninggalkan kota ini.
"Saat aku tidak di sisimu, jalani kehidupanmu sendiri!"
"Jika kamu bertemu dengan remaja ini, tolong bertemanlah dengannya! Dia pasti sangat senang bertemu denganmu."
Pesan itu dipegang teguh oleh pemuda itu dengan sungguh-sungguh. Akhirnya, dia hidup mandiri berkat kumpulan buku di rak dengan sesuatu yang lebih baik.
"Terima kasih, Paman! Aku akan menjalani kehidupan baru."