Chereads / Jake and Flora / Chapter 42 - Masquarade

Chapter 42 - Masquarade

JAKE Point Of View

Dia pergi.. Yaa wanita yang selama ini aku nantikan kehadiran nya di sisiku telah meninggalkan ku begitu saja dengan membawa sejuta luka dan kebencian di hatinya.

Semua memang salah ku. Ketidakberdayaan ku dalam melindungi istriku tercinta hingga dia terluka amat dalam. Aku bisa melihat luka itu dari pancaran kesakitan di matanya.

Entah berapa banyak airmata yang dia tumpahkan karena kebodohan ku. Bahkan uang dan kekuasaan yang ku miliki tak lagi bisa membendung air suci itu hingga mampu membanjir di pelupuk matanya.

"Maafkan aku princess "

Kini aku hanya bisa memandang wajah nya dari foto-foto nya yang ada di tempat khusus di ruang kerja ku pada lantai tiga bangunan Mansion ini.

Aku tau sekarang bukan lah saat tepat untuk menemuinya. Perlu waktu entah berapa lama untuk menenangkan perasaan nya yang hancur lebur karena tayangan video laknat itu.

Sempat terpikir oleh ku untuk segera menjemputnya dari tempat Joseph, tapi sekarang hatinya masih di penuhi amarah dan kesakitan. Aku takkan sanggup lagi jika harus menerima penolakan dari nya.

Cukup sekali dia menolakku saat aku mencegah kepergiannya.

"Princess.. Aku mohon kembali lah.. Aku sangat merindukan mu sayang "

Entah sudah berapa lama aku mengurung diri di ruangan ini. Hingga aku kembali teringat dengan ayah ku. Yaa ayah. Dia harus menjelaskan semua nya padaku. Aku baru saja ingat tentang hal itu.

Yaa tentu saja karena semenjak kepergian Flora, pikiran ku hanya terpusat pada dirinya saja hingga aku melupakan suatu hal yang harus ku gali lebih dalam dari ayah ku.

Mungkin saja penjelasan dari ayah dapat mengungkap rahasia yang selama ini tersimpan. Dan mungkin saja aku bisa menemukan celah untuk ku bisa memperbaiki semua nya.

Yaa semua yang kacau balau.

Jika memang Mr.Black anak ayah berarti dia adalah saudara ku yang tak pernah di ketahui keberadaan nya. Dan mungkin saja dia ingin membalas dendam padaku dengan mendalangi semua kekacauan ini.

Tapi kenapa harus aku ?

Kenapa dia juga menyakiti orang yang ku cintai ?

Kini aku sudah menyusuri anak tangga yang akan mengantarkan ku ke lantai dua bangunan Mansion ini, tepatnya ke kamar ayah.

"Ayah.. " suara ku menggema memenuhi kamar nya.

Tapi tidak ada tanda-tanda jika dia berada di dalam nya. Akhirnya aku keluar dari kamarnya dan mendapati bibi Margaretha di depan tangga nampak terkejut melihat keberadaan ku di lantai dua ini.

Tentu saja karena aku hampir tidak pernah menginjakkan kaki ku di lantai dua ini.

"Tuan muda.. "

"Bibi.. Apakah kau melihat ayah ku? "

"Tuan besar kemarin pergi ke Meksiko.." kata bibi Margaretha membuat aku kecewa.

Di saat penjelasannya sedang di perlukan saat ini, kenapa ayah harus pergi ?

"Apakah dia bilang berapa lama dia akan pergi? " tanya ku lagi.

"Tuan besar tidak mengatakan akan pergi berapa hari.. Tapi.. "

Aku menangkap sinyal kejanggalan dari kata-kata bibi Margaretha yang di gantung nya.

"Tapi apa bi ? Katakan saja.. "

Sejenak bibi Margaretha nampak ragu untuk mengatakan nya.

"Tuan besar pergi dengan membawa serta Mita.. "

Perkataan bibi Margaretha sontak membingung kan ku. Aneh. Tak biasanya seperti itu. Tidak mungkin kan jika ayah ingin Mita mengawal nya selama berpergian ke luar negeri. Dia bisa menyuruh bodyguard lelaki lain yang lebih tangguh yang di pekerjakan di sini.

"Maafkan saya tuan muda. Saya permisi ke bawah dulu " ucap bibi Margaretha pamit pergi.

Untuk apa Mita juga ikut pergi?

Bersama ayah?

Seharusnya dia tetap di sini untuk menjaga dan mengikuti Flora kemana pun.

Tapi sekarang ..

Tiba-tiba suatu pikiran konyol menghampiriku.

Apakah mungkin selera ayah sudah berubah haluan ke type wanita perkasa seperti Mita? Yaa memang jika Mita di dandani selayaknya wanita pada umumnya dia akan terlihat lebih menarik.

Entahlah. Jika pun memang ayah dan Mita menjalin hubungan, tak masalah bagi ku. Aku kasian juga dengan ayah yang selalu kesepian di sisa usianya.

****************

FLORA Point Of View

Aku mengendarai mobil tanpa tujuan yang jelas. Yang ada di benak ku saat ini hanya pergi dan berlari jauh dari kenyataan pahit yang amat sangat menyakitkan.

Aku tau tak selamanya aku harus lari dari kenyataan. Ada saat nya aku harus memberanikan diri untuk menghadapi nya dan menemukan jalan terbaik .

Tapi aku tak yakin jika aku bisa tegak berdiri dengan ketegaran menatap kegetiran dari setiap kebohongan yang tercipta dari lelaki yang amat ku cintai.

Harus kah aku menutup penglihatan ini. Menjadi buta dan tuli untuk tetap memeluk keegoisan ku akan cinta yang terlanjur hadir di hati ini..

Atau kah ini memang takdir yang harus ku lewati begitu saja dengan membawa duka nestapa dan kenangan yang sulit untuk ku lupa.

Apakah aku bisa hidup dengan berjauhan dari Jake ?

Sementara aku telah terbiasa dengan kehadirannya di hidup ku.

***********

Entah sudah berapa lama aku mengendarai mobil ini. Berkeliling kota Newyork yang entah mengapa setiap ruas jalan yang ku lalui hari ini terlihat tidak padat.

Akhirnya mobil ini berhenti di halaman butik tante Rosita. Wanita cantik dan anggun itu langsung menyambut ku dengan hangat. Ketika aku menyampaikan maksud ku untuk menginap di salah satu kamar milik nya, dia dengan senang hati menerima ku. Begitu pun dengan om Joseph dan Angga yang tidak keberatan jika aku menenangkan diri dan pikiranku di tempat mereka.

"Flora sayang.. Ini kamar mu. Semoga kau betah tinggal di sini yaa sayang. Anggap saja ini rumah mu. Memang tidak semewah Mansion milik mu tapi.. "

" Ini sudah lebih dari cukup tante " ucapku

"Ya sudah. Sekarang kau istirahat ya. Ingat jangan terlalu di pikirkan masalah mu. Tenangkan saja dulu dirimu yaa sayang"

Setelah mengatakan hal itu, tante Rosita meninggalkan ku sendiri di kamar ini.

Kesunyian kembali menyergapku. Aku mencoba untuk memejamkan mataku agar bisa tertidur, tapi tak bisa.

Jake masih saja memenuhi pikiran ku. Sekeras apapun aku berusaha menepis bayang-bayang nya tak mampu memudarkan sosok nya.

Pesona nya terlalu kuat mengikat ku. Dan jujur jauh di lubuk hatiku terdalam aku masih sangat mencintainya. Dan kini aku sangat merindukannya.

Tak peduli seberapa sakit yang tertoreh di hati ini tetap tak mampu mengikis rasa sayang ku yang terlanjur mendarah daging untuknya.

"Jake.. aku mencintaimu.. Tapi mengapa mencintaimu harus sesakit ini? "

*********************

Entah sudah berapa hari aku mengungsikan diri di tempat om Joseph dan tante Rosita. Aku masih menjalani aktifitas ku seperti biasa. Aku akan pergi kuliah dan setelah nya akan mampir ke rumah paman Selim dan bibi Aisha.

Bedanya sekarang tak lagi ada pengawalan super ekstra dari Mita dan para bodyguard nya Jake. Pergerakan ku terasa lebih bebas sekarang. Tapi meski demikian tetap saja aku merasa ada yang diam-diam selalu memantau gerak gerik ku.

Orang suruhan Jake. Itu sudah bisa di pastikan.

Hari ini kebetulan aku tidak kuliah. Aku bosan tidak memiliki kegiatan apapun seperti kegiatan rumah tangga mungkin, aku juga ingin membantu Tante Rosita tapi istrinya om Joseph itu melarang aku melakukan apapun.

"Flo sayang. Kau tamu di sini. Biarkan semua itu di kerjakan para Maid " oceh tante Rosita saat menangkap basah diriku yang membantu pekerjaan Maid di dapur.

Alhasil aku hanya berdiam di kamar saja hingga aku bosan. Tapi entah mengapa sekarang aku ingin turun ke lantai dasar yang di jadikan butik milik tante Rosita.

"Ahh kebetulan sekali kau sudah di sini" kata tante Rosita tersenyum sumringah melihat kedatangan ku.

"Ayo coba gaun ini. Pasti akan cocok untuk mu"

Wanita anggun itu menyerah kan sebuah gaun indah berwarna merah darah kepada ku.

"Tapi tan.. "

"Ayo lah Flo sekarang kau masuk ke bilik ganti itu dan kenakan gaun ini. Okay!! " jika tante Rosita sudah memaksa maka akan sulit untuk aku menolaknya.

Gaun ini memang mempesona. Entah mengapa pertama kali melihat nya aku sudah langsung menyukainya.

Dan tepat sekali. Gaun ini sangat pas di tubuh ku. Seolah sudah di rancang khusus hanya untuk ku seorang. Sebuah gaun elegan lengan panjang yang agak terbuka di bagian bahu hingga punggung belakang. Bagian bawah gaun ini menjuntai indah hampir menenggelamkan kaki-kaki ku.

"Flo sayang.. Bagaimana apakah kau .. "

Tirai bilik terbuka dan tante Rosita berdecak kagum menatap ku.

"Wahh.. Aku tak salah kali ini membuatkan mu gaun. Lihatlah kau terlihat sangat menawan.. "

"Ahh tante berlebihan.. " ucap ku yang sudah memerah di puji seperti itu.

"Tidak sayang. Kau memang pantas terlihat memukau.. "

Kemudian tante Rosita meminta aku berpose dan dia mengambil gambar ku yang memakai gaun merah ini. Kata nya dia akan upload Foto aku dan gaun itu ke sosial media. Ini bukan pertama kalinya tante Rosita menjadikan aku sebagai model untuk gaun rancangan nya.

"Kau tau sayang.. Setiap gaun rancangan ku yang kau kenakan selalu laris manis dan menjadi tren di kalangan sosialita"

Aku mencoba memahami kata-kata tante Rosita.

"Kau itu bagai dewi fortuna yang membuat aku semakin untung dengan banyak pesanan gaun yang kau pakai.. "

"Masa sih tante. Flo bukan artis loh .."

"Memang kau bukan artis tapi semenjak kau menyandang gelar sebagai istri tuan Xander junior, nama mu mulai meroket dan di kenal banyak orang di seluruh dunia. Kau telah menjadi terkenal sekarang dengan polularitas melebihi selebrity "

"Ahh tante bisa saja" kilah ku .

Perkataan tante Rosita tadi kembali menguatkan rasa rinduku pada suami ku.

Aku merindukan mu Jake. Tapi aku masih marah pada mu !!

"Itu memang benar Flo sayang.. "

Tante Rosita melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 4 sore.

"Masih ada waktu tiga jam dari sekarang untuk mempersiapkan diri"

Tante Rosita masih menatap ku dan tersenyum. Aku mengerti arti dari tatapan nya ini. Dia pasti akan meminta sesuatu.

"Flo.. Malam ini kau ikut aku dan Joseph ke pesta topeng"

"Apa? Pesta topeng? No. Big no " tolak ku.

"Aku tidak menerima penolakan Flo ..!!" ucap tante Rosita tak bisa lagi di bantah.

***************

AUTHOR Point Of View

Jake masih terpaku berdiri sambil memandang gedung-gedung pencakar langit yang tinggi menjulang dari kaca besar di belakang kursi kebesaran nya.

Pikiran nya tidak lah terfokus pada apa yang dilihat nya. Hanya jasad nya saja berada di sana tapi pikirannya entah mengembara kemana seolah melanglang cakrawala. Jiwa nya yang bersemangat seakan hilang semenjak kepergian Flora dari sisi nya.

"Aku merindukan mu princess" lirih Jake dalam hati.

Flora tidak benar-benar hilang dari pengawasan Jake karena anak buah nya selalu mengikuti Flora ke manapun. Mereka selalu mengintai Flora meski dengan cara sembunyi-sembunyi agar Flora tak curiga. Bukan tanpa alasan mereka melakukan itu, semua itu terjadi semata-mata hanya untuk membuat Flora merasa nyaman dan lebih tenang.

Bagaimanapun ketenangan bathin sangat di perlukan bagi seseorang yang sedang terluka dalam di bagian hati nya. Jake paham itu. Bahkan penjelasan Jake saja tidak lah cukup untuk mengobati luka itu.

Mungkin kah Jake bisa menemukan sesuatu yang bisa mematahkan semua fitnah yang tertuju padanya?

"Tuan Jake.. Kau melamun ya " kata seseorang dengan suara berat nya.

Jake membalikkan badan nya dan mendapati jika Joseph telah berada di ruangannya. Lelaki tua seumuran Anthony itu duduk santai di sofa hitam.

"Sejak kapan kau di sini? " tanya Jake.

"Baru saja.. " jawab Joseph yang meraih suatu undangan di meja kaca itu.

"Kau juga mendapat undangan ini. Bagus sekali.. "

"Apa yang bagus? Bahkan aku sama sekali tidak berminat untuk datang ke sana " ucap Jake dengan ekspresi datar nya.

"Bahkan saat istri mu juga ada di sana, aku tak bisa bayangkan bagaimana reaksi lelaki hidung belang jika bertemu dengan Flora yang selalu terlihat cemerlang"

Ucapan Joseph sontak mengubah ekspresi di wajah Jake dengan cepat.

"Apa maksud mu? "

Joseph bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Jake.

"Datang lah ke pesta malam ini. Temui Flora. Siapa tau pertemuan kalian kembali akan memperbaiki hubungan kalian " ucap Joseph sambil menepuk pundak Jake sebelum meninggalkan ruangan itu.

Jake masih termenung.

"Akan kah keberuntungan kembali berpihak pada hubungan kita princess"

****************

Pesta topeng yang di adakan oleh salah satu orang yang paling berpengaruh di New York itu, di hadiri oleh banyak kaum sosialita dan juga pejabat serta para selebrity.

Tak terkecuali dengan Flora yang terpaksa ikut menghadiri pesta karena desakan oleh Rosita istri Joseph.

Kedatangan mereka langsung di sambut jepret kamera para pencari berita. Layaknya selebrity yang sedang naik daun perjalanan di karpet merah itu pun tidak lah luput dari perhatian paparazy.

Seakan tau dan mengenal Flora meski kini dia mengenakan topeng yang menutupi bagian mata nya saja.

"Flo sayang.. Ayo berpose yang anggun. Tidak kah kau lihat jika penampilan mu sedang di sorot. Ini sangat bagus "

Rosita terlihat heboh sendiri. Bagaimanapun gaun yang di kenakan Flora selalu menjadi tren dan keuntungan berkali lipat sudah pasti di dapat Rosita yang kebanjiran orderan gaun sejenis itu.

Setelah beberapa saat kini Joseph,Rosita dan Flora sudah berada di ballroom hotel mewah tempat berlangsungnya pesta topeng tersebut.

"Flo sayang kau kenapa diam saja dari tadi hm? ayo nikmati saja pesta ini" kata Rosita.

"Tan.. Flo Pulang aja yaa.. Flo kurang suka berada di sini" ucap Flora yang sesungguhnya tak menyukai suasana ingar bingar pesta.

"No sayang.. Pesta nya baru saja di mulai. Kau harus tetap di sini dan nikmati lah kesenangan ini. Aku tak kan membiarkan kau pulang dan mengunci dirimu di kamar sendirian "

"Tapi tan.. " sergah Flora dan Rosita menggelengkan kepala sebagai tanda jika Flora tak bisa melakukan tawar menawar lagi.

"Sebentar lagi dansa akan di mulai.. Bersiaplah siapa tau ada seseorang yang mengajak mu untuk.. "

"ehemm" seseorang yang berdiri di dekat Flora dan Rosita mendeham membuat Rosita menghentikan perkataan nya.

"Permisi Madame.. Boleh kah saya mengajak nona yang cantik ini untuk berdansa? " pinta lelaki berpakaian formal serba hitam dengan topeng hitam yang membingkai bagian mata dan hindungnya.

Flora dan Rosita saling melempar pandang karena kehadiran lelaki asing secara

tiba-tiba saja .

"Bagaimana madame? " tanya lelaki itu sopan.

Rosita masih melirik ke arah Flora yang menggeleng pelan tanda dia tak bersedia. Tapi Rosita malah menyeringai dan mengatakan sesuatu yang tidak di inginkan Flora.

Maafkan tante mengerjaimu kali ini Flo. Tapi kamu harus coba menghibur hati mu.

"Tanya kan saja pada nona ini. Aku permisi dulu" ucap Rosita meninggalkan Flora yang masih terpaku kaku.

"Bagaimana nona? "

Flora hanya diam tak menjawab pertanyaan lelaki di dekatnya.

Pertunjukan dansa telah di mulai dengan saling berpasangan. Flora masih asyik memperhatikan setiap pasangan yang berdansa dengan mesra nya.

Seketika Flora kembali teringat Jake.

"Aku merindukan mu.. Suami ku "

Ya Flora merindukan Jake. Tak peduli sesakit apapun luka itu jika teringat sosok Jake yang dia cintai. Kerinduan dan kesakitan muncul di saat bersamaan terasa memilukan.

"Heii nona. Aku tidak bisa menunggu lagi. Ku anggap kediaman mu sebagai persetujuan"

Lelaki itu langsung menarik Flora ke tengah lantai dansa.

Flora yang baru saja tersadar dari lamunannya tak bisa berbuat banyak untuk menolak.

"Maaf tuan. Tapi bisakah anda membiarkan saya kembali ke kursi saya saja " pinta Flora kemudian saat lelaki itu akan menyentuh pinggangnya.

"Tidak kah kau hargai usaha ku membawa mu kemari nona. Paling tidak sampai musik selesai akan ku antar kau kembali ke kursi mu "

Lelaki itu sama sekali tak menghentikan usahanya untuk bisa berdansa dengan Flora.

Di raih nya jemari Flora agar melekat dengan genggaman kokohnya. Tangan nya yang lain telah berhasil mendarat dipinggang Flora.

"Kita akan mulai berdansa.."

"Jangan permalukan dirimu dengan memilih aku sebagai teman mu berdansa karena aku tidak pernah melakukan nya sebelum ini"

Ucap Flora yang masih menatap ke arah lain.

Dia sama sekali tidak berminat untuk melihat lelaki yang kini mulai membimbing nya untuk menyesuaikan gerakan tersebut dengan irama musik.

Lelaki itu terkekeh. Sontak Flora melihat juga ke arah lelaki itu.

Kekehannya seperti Jake.

Sesaat kemudian hazel hitam milik Flora bertemu dengan bola mata biru terang milik lelaki itu.

Warna biru itu seperti bola mata nya Jake.

Flora sempat berpikir jika lelaki yang kini berdansa dengan nya adalah suaminya yaitu Jake. Tapi kemudian Flora menyadari jika lelaki ini bukan lah Jake.

Flora sempat tertipu dengan suara kekehan yang sama dan warna bola mata yang mirip. Tapi Flora jelas tau perbedaan nya.

Jake memiliki bola mata berwarna biru gelap seperti ibunya Madeline.

Sedangkan lelaki di depannya ini memiliki warna bola mata biru cerah seperti Anthony ayah mertua Flora.

"Sedang merindukan suami mu huh" kata lelaki itu seolah membuyarkan Flora pada lamunan nya tentang Jake.

"Bukan urusan anda " kata Flora datar.

Lelaki itu menyeringai dengan masih menatap ke arah Flora.

"Kalau di lihat dari jarak sedekat ini kau terlihat sangat menawan dan menggoda " kata laki-laki itu dan mendekatkan wajah nya pada Flora.

Bibir mereka hampir bertemu jika saja Flora terlambat menghindar.

Lagi. Lelaki itu terkekeh mendapat penolakan dari Flora.

"Jangan kurang ajar " tegas Flora yang sudah menggeram.

Dia mencoba melepaskan diri tapi tidak lah mudah .

"Ternyata kau galak juga adik ipar " kata lelaki itu terdengar aneh bagi Flora.

Bagaimana tidak. Setahu Flora Jake adalah anak tunggal Anthony. Dan itu artinya suaminya itu tidak memiliki saudara . Dan mana mungkin sekarang lelaki di dekatnya ini menyebut nya' adir ipar '.

"Adik ku tidak salah sudah sudah menggilai mu sejak lama. Bahkan sejak kau masih sangat kecil"

Ucapan lelaki ini semakin membuat Flora bingung. Dia seolah sangat mengenal Jake.

"Saya tidak mengerti apa yang anda katakan. Jangan sok kenal !! " kata Flora tajam dan menegas.

Lelaki itu tersenyum kecil.

Dan membisikkan sesuatu kepada Flora.

"Aku tau segalanya lebih dari yang kau bayangkan"

Entah mengapa perkataan lelaki itu membuat Flora merinding. Seketika perasaan nya menjadi tak enak. Seolah akan terjadi sesuatu yang tak di ingin kan.

Musik berhenti. Lelaki itu melepaskan Flora. Sempat berpikir pertunjukkan dansanya selesai, Flora sudah akan kembali ke kursinya.

Tapi kemudian musik lain yang lebih lembut mengalun dan dansa berpasangan itu belum berakhir.

Kini di depan Flora sudah berdiri lelaki lain dengan tuxedo berwarna silver lengkap dengan Topeng yang menutupi mata dan hidung.

Lelaki itu meraih tubuh Flora, mengajaknya kembali berdansa. Entah mengapa Flora tak melakukan penolakan seolah tubuhnya sangat mendamba sentuhan dari kehangatan lelaki di dekatnya.

Aroma itu, begitu menenangkan .

Deru napas itu sangat familiar bagi Flora.

Degupan di dada Flora bertalu-talu sesaat setelah manik matanya bertemu pandang dengan mata sebiru laut itu.

Kembali tenggelam pada pesona itu. Seolah melarutkan sejuta luka yang masih tersisa di hatinya.

"Jake.. Apakah ini kau "

Hanya dalam hati Flora mampu berkata.

Tidak ada percakapan yang terjadi di antara keduanya. Tubuh mereka saling menempel menciptakan gerakan dansa yang lembut menyatu dengan alunan musik klasik.

Jika tak ada kata-kata yang mampu di sampaikan oleh lidah yang terasa kelu, maka carilah sejuta jawaban itu dengan bercermin pada jendela hati yang tersirat oleh pacaran kasih di mata indah itu.

Kini manik mata hitam Flora tengah bertemu pandang dengan bola mata sebiru laut itu.

Terlihat kerinduan dan kesedihan yang membaur dengan kebahagiaan karena pertemuan tak terduga.

Jake.. Aku tau ini kau.

Kenapa kau hanya diam saja?

Tatapan mu .. mengapa penuh dengan kesakitan di sana?

Apakah karena aku?

Heii di sini aku yang tersakiti. Kenapa aku jadi merasa begitu egois karena menjauhi mu ??

Jawab aku Jake.. Mengapa??

Hingga musik berhenti mereka saling diam dan akhirnya melepaskan diri. Flora kembali duduk di tempat nya awal di mana Rosita dan Joseph sudah lebih dulu menunggu.

Kenapa kau membiarkan musik indah itu berhenti begitu saja? Bukan kah sangat indah saat kita berdansa dalam diam seolah melupakan kepahitan di masa itu.

Jika kau tak bisa menahan nada musik itu tetap mengalun, setidaknya Tahan lah diriku agar selalu dalam rengkuhan mu..

Tidak kah kau tau jika aku merasa begitu kehilangan saat kau mendiamkan ku dan melepas ku..

Jake aku rindu..

Tes

Dari sudut mata Flora jatuh lah airmata kerinduan itu.

"Flo sayang.. Kau kenapa? " tanya Rosita saat Flora sudah kembali bergabung di meja mereka.

"Tidak tante.. Flora hanya perlu ke toilet saja.. " ucap Flora yang segera menghilang dibalik kerumunan orang-orang yang memeriahkan pesta itu.

***********************

Flora memandang terkejut pada cermin besar di toilet. Bukan tampilan dirinya yang buruk. Tapi kemunculan seseorang yang seketika membuat suasana menjadi mencekam.

Seseorang itu adalah wanita yang berpakaian serba hitam. Dengan topeng yang menutupi seluruh wajah nya. Wanita itu mendekat ke arah wastafel di dekat Flora.

Dia membuka kran air dan mencuci tangannya pelan.

Entah mengapa Flora sempat menatap ke arah benda yang di pakai wanita itu pada tangan sebelah kanannya.

Gelang Mommy

Jerit Flora dalam hati.

Seolah sudah mewanti-wanti dirinya agar selalu waspada, dengan cepat Flora segera menuju pintu keluar toilet dan perasaan nya sedikit lega saat sudah berada di antara orang-orang yang sedang menikmati hidangan di pesta tersebut.

Flora masih mencari-mencari letak meja nya. Di seberang sana Joseph dan Rosita sudah menunggu. Flora berjalan cepat ke arah Rosita yang melambaikan tangan ke atas agar Flora segera bergabung.

Tapi ketika Flora semakin mendekati meja itu, seseorang sudah menabraknya dan membuat tubuhnya berbalik arah dan melihat wanita yang tadi di temui di kamar mandi.

Terlihat wanita itu menatap tajam Flora penuh kebencian. Dari jubah hitam yang di kenakan nya, Flora bisa melihat jika wanita itu Tengah mengarahkan sesuatu ke arah nya.

Seolah kaki-kakinya telah terpaku dan tak lagi bisa di gerakkan .

Ya Tuhan ..

Aku harus lari. Selamatkan diri.

Tapi kenapa di saat seperti ini tubuh ku tak lagi bisa bisa di ajak kerjasama.

Flora pasrah dan memejamkan matanya.

Dan..

Duarrrrr

Duarrrrrrrr

Dua suara tembakan itu menggema di seluruh ballroom itu. Seketika penerangan pun lenyap berganti gelap. Para tamu undangan mulai kalang kabut dan di hantui kecemasan berlebih.

Ya Tuhan..

Ini kah saat nya ku lepas rasa sakit di hati ini dengan keabadian yang menjemput di depan mata..

Mommy.. Daddy.. Ini kah saatnya Flora berjumpa kalian..