AUTHOR POV
Berada di tempat yang sama dengan Flora, setiap hari bertemu , saling berpapasan tanpa saling sapa hanya saling pandang. Joy ingin sekali berbicara dengan Flora, dia ingin minta maaf karena mengenai peristiwa tenggelam seminggu yang lalu. Dan Joy juga ingin membahas tentang nasib hubungan mereka.
Begitupun dengan Flora yang sangat ingin menjelaskan tentang situasi yang memaksanya untuk terikat dengan perjodohan itu. Dan juga Flora sudah yakin ingin mengakhiri hubungan nya dengan Joy. Yaa Flora sudah sangat yakin. Bukan karena Flora sudah tidak mencintai Joy, hanya saja rasanya sangat tidak pantas jika Flora masih berhubungan dengan Joy secara dia akan segera menjadi istri dari Jake.
Kini Flora berada di balkon kamarnya yang juga terhubung dengan balkon kamar Joy. Flora memandang ke arah pintu kamar Joy yang masih tertutup.
"Seandainya kamu di sini Joy. Flo hanya ingin menjelaskan semua nya. Tapi kenapa kamu seolah menghindari ku ?? Maafkan aku Joy "
Setetes air mata terselip di sudut mata Flora, dia sangat merasa tak enak hati pada Joy. Karena bagaimanapun Flora sudah sangat mengecewakan, Seolah-olah melakukan perselingkuhan secara terang-terangan.
Tanpa Flora sadari di sisi yang berbeda Joy yang sedang berada di tepi kolam renang tengah menengadah melihat ke arahnya yang setia berdiri di sisi balkon.
"Flo.. Mengapa semuanya terasa beda. Terasa canggung untuk ku. Dan sebenarnya aku sangat malu jika harus menampakkan diri di hadapanmu. Karena aku adalah pecundang.
Yaa aku memang lah tidak pantas untuk memiliki mu"
Setelah puas memandang Flora dari kejauhan Joy langsung naik ke lantai dua menuju ke kamar nya. Ketika telah mendekati pintu masuk kamarnya tatapan Joy bertemu dengan manik mata hitam milik Flora. Sejenak keduanya terpaku satu sama lain. Mereka sama-sama ingin berbicara namun entah mengapa hanya lah kebisuan yang ada.
"Nona Flora. Tuan Jake sudah menunggu anda di bawah" seru Mita yang sudah ada di belakang Joy.
Mendengar Jika Jake ada di bawah sana sedang menunggu Flora membuat dada Joy terasa sesak dan terbakar. Dia segera masuk ke dalam kamar nya dan melampiaskan rasa cemburunya dengan membanting pintu kamarnya sekeras mungkin.
Brukkk
Flora terlonjak kaget mendengar bantingan pintu kamar Joy. Flora kembali meneteskan air mata. Hal itu tak luput dari penglihatan Mita. Segera di usapnya airmata Flora.
"Ayo nona kita ke bawah" ucap Mita sambil membimbing nona mudanya menuruni anak tangga.
Sementara itu Joy sedang bertarung dengan pikirannya yang kalut. Dia telah kehilangan Flora. Yaa itu sudah pasti. Sebentar lagi Flora akan terikat selamanya dengan Jake. Tak akan ada lagi kesempatan untuk Joy merebut kembali Flora. Joy sadar betul siapa dirinya yang tidak lah sebanding dengan Jake.
"Aaaarrrgghhhhh dasar brengsek ... "maki Joy seolah menyesali takdirnya yang terlahir dari keluarga yang biasa saja.
Bahkan untuk hidup mewah dia harus menggantungkan hidup dari kekayaan warisan Kesuma Group dimana Flora adalah ahli waris satu-satunya yang lebih berhak.
Joy membuka lemari nya dan mengambil beberapa helai pakaian, Dia memasukkan ke dalam Koper. Rencananya Joy akan pergi dari mansion yang banyak menyimpan banyak kenangan bagi Joy.
Bukan Joy bermaksud lari dari semua kenyataan yang ada. Joy hanya ingin menenangkan hati dan pikirannya. Mungkin dengan tidak melihat Flora sama sekali akan mampu menormalkan perasaan Joy. Rencananya Joy akan menempati apartment milik Daniel yang di berikan kepada Joy kemarin.
Joy membawa sendiri kopernya dan memasukkan nya kedalam bagasi mobil. Sebelum memasuki mobil dan meninggalkan pekarangan Mansion itu, Joy kembali memandang bangunan besar dengan nuasana putih itu.
"Aku akan merindukan tempat ini" gumam Joy. Berat rasanya melangkahkan kaki meninggalkan Mansion itu. Dan menghilang dari Flora selama yang dia bisa.
"Joy.... Mau kemana kamu? " tanya Sarah yang baru keluar dari mobilnya. Tadi dia sempat melihat jika Joy memasukkan kopernya ke dalam bagasi.
"Joy mau pergi ma.. "
"Tidak. Kamu tidak boleh kemana-mana " cegah Sarah yang tak ingin anak semata wayangnya juga pergi seperti suami nya Daniel.
"Please ma... Jangan cegah Joy"
"Tidak Joy. Kamu enggak boleh tinggalin mama" ucap Sarah sedih.
"Ma. Joy enggak akan ninggalin mama. Joy hanya keluar dari Mansion ini, Joy rasa tidak akan kuat jika Harus tiap hari melihat Flora"
"Joy kamu tidak perlu pergi jika hanya ingin menghindari anak sialan itu"
"Ma.. Dia punya nama. Dan.. Joy sangat mencintai Flora" pernyataan Joy sontak membuat Sarah ternganga.
"Biarkan Joy pergi dari sini ma... Percaya sama Joy, kita akan sering-sering ketemu. Bye mama" ucap Joy sambil mengecup pipi Sarah.
Joy masuk ke dalam mobil dan menghilang di balik gerbang besar depan pekarangan luas Mansion tersebut.
"Lagi-lagi karena anak sialan itu. Lihat saja nanti aku akan buat perhitungan yang setimpal kepada anak sialan itu" tekad Sarah dalam hati. Dia semakin membenci Flora karena membuat Joy tersakiti dan pergi menjauh.
"Kau telah membuat ku banyak kehilangan. Aku tak pernah ragu untuk membalas mu. Tunggu saja jalang kecil" ucap Sarah dengan geram.
*****************
Tiga hari kemudian
Saat itu Joy baru saja sampai di apartement Daniel yang sekarang dia tempati. Setelah beberapa hari tidak bertemu secara langsung dengan Flora sungguh menciptakan suatu kehampaan bagi Joy. Tapi setidaknya Joy merasa lebih tenang dan sesak di hati nya hampir tak terasa lagi. Mungkin sebentar lagi dia akan sembuh dari sakit hati.
Entah kenapa pandangan Joy tertuju pada lemari kayu yang kata Daniel tidak boleh di buka . Dengan penuh rasa penasaran Joy bangkit dari sofa dan berjalan pelan ke arah lemari dan membukanya.
Ketika melihat isi dalam lemari itu Joy di buat terkejut dengan adanya beberapa botol minuman beralkohol tinggi yang harga nya sangat mahal.
"Dari mana papa mendapatkan semua ini? " pikir Joy heran ternyata papa nya yang selama ini selalu melarang nya untuk menyentuh minuman keras itu malah memiliki beberapa botol dengan harga dan kualitas yang tinggi.
Sekarang perhatian Joy teralihkan pada brangkas besi yang terkunci. Joy penasaran dengan isi dari brangkas tersebut. Dia mulai memutar otaknya memikirkan kata sandi dari brangkas tersebut.
Iseng Joy coba memasukkan kata sandi yang terlintas begitu saja di pikirannya. Dan berhasil.
Hanya beberapa map dan kaset video rekaman dengan label,
" Nasib Tragis Kesuma Family"
"Untuk apa papa menyimpan semua ini dalam brangkas jika memang tidak penting".
Joy mengambil semua isi dalam berangkas dan meletakkan nya pada meja dekat sofa.
Beberapa saat setelah mengetahui semua isi brangkas tersebut..........
Rasa sesak, kecewa,marah,sedih membaur jadi satu. Joy menggelengkan kepala nya seolah tak bisa menerima kenyataan jika orang tuanya lah yang bertanggung jawab atas kecelakaan pesawat yang menyebabkan kedua orang tua Flora meninggal dunia.
Memang Daniel tidak terlibat secara langsung. Tapi dia sedikit banyak juga harus bertanggung jawab atas peristiwa naas itu.
"Aku tidak percaya dengan semua ini . Tapi ini semua nyata. Orang tua ku pembunuh" Joy menjambak rambut nya kasar. Setetes air mata mengalir begitu saja membasahi wajahnya yang mulai di tumbuhi
rambut-rambut halus.
Setelah bisa menguasai dirinya, Joy bangkit meraih sebotol whisky dalam lemari tanpa membereskan semua barang bukti yang akan menyeret kedua orang tuanya jika di ketahui pihak yang berwajib.
Joy langsung menegak minuman beralkohol itu hanya beberapa teguk dan itu belum membuatnya mabuk. Dengan langkah gontai Joy keluar dari apartement. Dia memasuki lift yang akan mengantarkannya ke lantai bawah. Baru satu lantai turun lift itu kembali terbuka. Seorang gadis akan masuk namun langkah nya terhenti saat melihat ada Joy di dalam nya. Gadis itu masih terpaku di posisinya. Dengan cepat Joy langsung menarik tangan gadis itu untuk masuk ke dalam lift yang sama dengannya. Dia menekan tombol naik.
"Flo aku merindukan mu" kata Joy yang sudah mendekap Flora dalam pelukan eratnya. Hal itu tidak lah membuat Flora merasa nyaman.
"Joy tolong lepas aku tidak bisa bernapas"
"Tidak biar saja seperti ini" tolak Joy yang sudah melonggarkan dekapannya tanpa melepas kungkungan tubuhnya dari Flora.
Ting
Pintu lift terbuka. Joy membawa Flora menuju ke apartement Daniel yang kini di tempati nya.
"Joy kamu mau membawa ku ke mana?? Aku harus pulang Joy. Mita sudah menungguku di parkiran"
"Hanya sebentar Flo. Aku Janji"
**************
FLORA POV
Sudah beberapa hari ini aku tidak melihat Joy di manapun.
Kemana dia??
Semenjak aku dan dia berpapasan tempo hari dia tidak pernah lagi terlihat.
Apakah dia pergi dan menghindariku?
Kenapa dia harus pergi?
Padahal aku ingin sekali bicara dengan dia dan menjelaskan semuanya. Pernah beberapa kali aku ingin mengajaknya bicara tapi dia seakan menghindar dariku. Aku bingung bagaimana harus bersikap. Mungkin Joy masih marah dengan ku.
Yaa dia berhak untuk marah.
Dan mungkin penjelasan dari ku tak akan berguna lagi, tapi setidaknya aku ingin sesuatu yang mengganjal di benakku bisa hilang setelah dia mengetahui penyebab aku harus menempuh jalan ini. Jalan yang harus ku pilih dengan memutuskan hubungan di antara kami.
**************
Sore itu Catty mengajak ku untuk
jalan-jalan ke mall, apalagi jika tidak shopping. Dia membeli banyak sekali pakaian,sepatu dan tas.
"Sudah Catt. Lihat lah banyak sekali belanjaan kamu" kata ku mengingatkan Catty. Aku heran dengan sahabat ku yang satu ini jika menyangkut soal shopping dia tidak bisa mengontrol diri. Untungnya dia selalu membawa kartu atm dan kartu kredit yang unlimited katanya.
"Iya nona Catty. Saya lelah jika harus keliling lagi dengan membawa barang segini banyak nya "gerutu Mita kesal karena dia yang membawa semua barang belanjaan aku dan Catty.
Aku sudah menawarkan untuk membawa sendiri barang belanjaan ku yang hanya beberapa helai dress , tapi dia menolak .
Alhasil jadi lah dia mebawa semua barang belanjaan ku dengan Catty.
"Hahaha salah sendiri kenapa tadi enggak mau di bantuin" ucap Catty yang mengambil beberapa barang dari tangan Mita dan membaginya kepadaku.
"Makan yuk.. laper" ucap Catty lagi yang sudah memasuki sebuah restaurant , aku dan Mita mengikuti dari belakang karena kami juga lapar.
Setelah selesai makan kami memutuskan untuk pulang dengan mengantar Catty terlebih dahulu. Barang belanjaan Catty sangat banyak jadi aku membantunya membawa semua barang nya. Mita ingin membantu juga tapi aku memintanya untuk menunggu saja di dalam mobil di area parkir apartement.
"Makasih aunty Flo udah nemenin Catty shopping dan bawain semua barang belanjaan ku "
"Iya. Sama-sama Catt. Panggil aku Flo aja seperti biasa. Okay" ucap ku yang masih merasa aneh dengan panggilan barunya padaku dengan embel-embel 'aunty'.
"Hey kau akan menjadi istri dari uncle ku yang tampan itu. Sudah seharusnya kamu membiasakan diri dengan panggilan baru mu itu. Aunty Flo"katanya lagi. Terdengar menggelikan jika dia memanggilku seperti itu.
Aku hanya bisa mendengus kesal jika sudah di ingatkan tentang status ku yang akan berubah itu.
"Ya sudah aku pulang dulu. Kasian Mita kelamaan nunggu di mobil"
"Baiklah. Perlu aku antar nty ??
"Enggak usah "jawab ku singkat.
Rasanya masih kesal mendengar Catty seperti menjadikan panggilan itu sebagai lelucon untuk menggodaku.
"Hati-hati aunty.... Bye"
Aku berjalan menuju pintu lift.
Saat pintu terbuka aku di buat terkejut dengan kemunculan lelaki yang beberapa hari ini ingin ku lihat. Siapa lagi jika bukan dia.
Joy !!!!
Dia segera menarik tangan ku untuk masuk ke dalam lift yang sama dengan nya.
Pintu lift tertutup. Aku melihat Joy menekan tombol naik ke atas.
Tidak. Aku harus turun. Dan pulang...!!!
"Flo aku merindukan mu" kata Joy yang sudah mendekap ku dalam pelukan eratnya.
Hal itu membuat ku merasa risih. Rasanya sekarang berbeda. Tak senyaman dulu.
Apakah karena sekarang ada uncle Jake yang membuatku merasa nyaman dalam pelukan nya ?
"Joy tolong lepas aku tidak bisa bernapas"
"Tidak biar saja seperti ini" tolak Joy yang sudah melonggarkan dekapannya tanpa melepas kungkungan tubuhnya dari diriku.
Ting
Pintu lift terbuka.
"Joy kamu mau membawa ku ke mana?? Aku harus pulang Joy. Mita sudah menungguku di parkiran"
"Hanya sebentar Flo. Aku Janji" kata Joy yang membawa ku berjalan di sepanjang koridor apartement .
"Tunggu sebentar di sini" kata Joy yang sudah masuk ke dalam sebuah apartement entah milik siapa dari depan pintu yang terbuka bisa ku lihat Joy sedang membereskan sesuatu dan dengan tergesa memasukkan nya ke dalam lemari dekat sofa.
"Maaf membuat mu menunggu. Ayo masuk Flo"
"Tidak Joy. Aku harus pulang. Mita sudah menungguku di bawah " ucap ku mengulangi perkataan ku.
"Please Flo sebentar saja"
Ku pikir tidak ada salah nya memberikan kesempatan pada Joy. Lagipula bukan kah aku dan Joy perlu berbicara secara baik-baik.
"10 menit. Okay"
Joy hanya tersenyum dan membimbing ku masuk.
"Duduklah Flo" aku mengikuti perkataan Joy. Dia pun duduk di sebelah ku.
Sesaat tidak ada pembicaraan di antara kami. Hanya ada kesunyian.
"Ini apartement papa dan aku tinggal di sini sekarang" ucap Joy mencoba mencairkan suasana canggung yang tercipta.
Pertanyaan ku beberapa hari ini terjawab. Jadi selama beberapa hari ini Joy tinggal di sini. Aku menghela napas lega mengetahui hal itu. Jujur saja aku khawatir dengan ketidakberadaan Joy di mansion.
Aku tersentak saat tangan besar Joy menyentuh jemari ku. Dia menatapku dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.
"Aku minta maaf Flo" apa aku tidak salah dengar. Seharusnya aku yang minta maaf pada nya.
"Tidak Joy. Aku yang harus minta maaf"
Kami pun berbicara dari hati ke hati mengeluarkan semua uneg-uneg yang selama ini mengganjal.
Mengenai peristiwa tenggelam itu sungguh aku tidak menyalahkan Joy. Aku terjatuh karena rasa sakit di kepalaku yang membuat ku kehilangan kendali, melepas pegangan tanganku pada pinggang Joy dan jatuh.
Tapi seperti nya Joy merasa sangat bersalah karena tidak menyadari hal itu.
"Maafkan aku Flo karena emosi sesaat aku tidak menyadari jika kau tidak baik-baik saja bahkan aku tidak menolong mu saat itu"
"Sudah lah Joy. Aku sudah melupakan hal itu"ucap ku tulus.
Joy langsung memeluk ku dan berkata "Terimakasih Flo. Aku mencintaimu "
Aku berontak dan melepaskan pelukan Joy. Dia menatapku dengan heran.
"Maaf Joy. Kita tidak bisa seperti ini lagi" ucap ku menyesal.
Aku menceritakan semuanya pada Joy. Tentang keadaan yang tak berpihak pada kisah cinta kami yang harus berakhir.
"Aku mengerti. Kamu enggak perlu minta maaf. Kamu enggak salah" ucap Joy kemudian bangkit dan meraih sebuah botol di atas nakas samping lemari.
Dia meneguk habis isi botol tersebut seolah hal itu bisa menenangkannya.
"Ini sangat nikmat Flo. Apa kau mau mencobanya ? " ucap Joy menatap ku tajam.
Aku menggeleng.
"Tentu saja tidak ini sudah habis hahaha" tawa Joy menggema di ruangan ini.
Tiba-tiba perasaan ku jadi tidak enak. Aku jadi takut melihat perubahan yang terjadi pada diri Joy.
Dia membuka lemari dan mengambil beberapa botol minuman lagi dan meletakkan nya di meja kaca.
" Aku sungguh tidak sopan mengajakmu masuk ke apartement ini tanpa menyuguhkan sesuatu untuk mu cantik" aroma menyengat menguar dari mulut Joy.
"Apa yang kau minum Joy? Kau seperti orang mabuk" ucapku yang mencoba menjauhkan diri darinya.
"Aku enggak mabuk Flora sayang" ucap Joy yang sudah mendekatkan mulut nya ke wajah ku. Aroma menyegat menguar lagi dan membuat aku jadi mual.
Joy kembali menegak minuman di botol yang baru di buka nya.
"Hentikan Joy. Jangan minum lagi" tapi Joy tidak bergeming. Dia menuang kan minuman itu ke dalam gelas dan menyodorkannya padaku.
"Minum lah sayang. Coba sedikit saja" katanya lagi sambil menatap ku tajam.
"Enggak Joy. Aku mau pulang saja" aku langsung bangkit berdiri dan dengan cepat melangkah menuju pintu.
Ketika pintu hampir terbuka Joy menahan pintu itu agar tetap tertutup. Aku mendonggakkan kepala ku dan melihat Dia menyeringai. Seperti bukan Joy yang ku kenal.
"Minggir Joy. Aku mau pulang"
"Enggak boleh"
"Joy aku mau pulang. Biarkan aku pergi" ucap ku lagi.
Joy langsung mendekap erat tubuh ku. Dia membawaku ke sudut tembok dan memenjarakan ku dalam kungkungan tubuh nya.
"Joy jangan seperti ini. Biarkan aku pergi" ucap ku memelas sambil menahan airmata yang hampir tumpah. Jujur aku sangat takut berada dalam situasi seperti ini.
Joy tak bergeming. Dia terus menatapku tajam dan seakan menusuk.
"Kamu sungguh mau pergi? "Tanya Joy sambil mengelus wajah ku dengan lembut.
Aku hanya dapat mengangguk lemah. Dia mulai memberi jarak pada tubuh kami.
"Kenapa kamu harus pergi Flo? Kamu itu punya aku. Kamu harus selalu ada di samping aku bukan lelaki tua itu" racau Joy yang berjalan mundur dengan sempoyongan.
Dia meraih gelas yang tadi di sodorkannya padaku dan meminumnya hingga tandas. Kemudian dia meraih botol minuman lain dan meminumnya sampai habis tak tersisa. Tak berhenti di situ dia mengeluarkan semua botol minuman keras itu yang ada dalam lemari.
Dia sudah menghabiskan 2 botol minuman. Dia sudah sangat mabuk. Aku ingin menghentikan apa yang di lakukannya. Tapi aku terlalu takut . Aku tak pernah berhadapan dengan orang mabuk sebelumnya dan aku takut dia melakukan hal-hal yang tidak di inginkan.
Dengan pelan aku melangkah lagi menuju pintu keluar. Aku sempat menoleh ke arah nya yang belum menyadari hal itu. Oke dua langkah lagi. Dan aku berhasil membuka pintunya. Dengan pelan aku menutup pintu itu sebisa mungkin aku berusaha agar tidak menimbulkan suara. Aku tidak mau Joy akan kembali membawa ku ke dalam dan membuat aku berada dalam keadaan mencekam seperti tadi.
Fiuhh
Melihat pintu lift yang akan terbuka sungguh membuat ku gelisah. Aku harus segera turun ke bawah.
Ting
Pintu lift terbuka. aku bergegas memasukinya dan menekan tombol turun. Perasaan lega ku tak bertahan lama karena pintu lift kembali terbuka dan aku melihat dia di sana.
"Kamu enggak boleh pergi dari ku " dia menarik lengan ku kasar. Aku hampir terseret karenanya. Dia kembali menahanku dalam apartement papanya.
Brakk
Pintu di banting dengan keras hingga tertutup membuat aku sangat takut. Aku langsung mundur saat dia mendekatiku.
"Sudah ku katakan jangan pergi dari ku" dia semakin mendekat dan aku terus mundur hingga aku kembali tersudut pada dinding yang dingin.
"J.joy .. a.aku mo..hon biar..kkan aku
p.pergi d.dari sini.. Ja.jangan membu.buat ku t.takut" pinta ku dengan suara terbata-bata.
Dia tertawa nyaring suaranya menggema seantero apartement ini.
"Jadi kau mau pergi dariku Flo? " aku mengangguk mengiyakan pertanyaan yang sudah di ulang nya dua kali seingat ku.
"Baiklah. Aku akan melepaskan mu Flo" katanya membuat ku sedikit lega. Dia berjalan mundur dengan masih menatap ku ,dia kembali meraih botol minuman laknat itu dan meminum nya lagi sampai habis. Ya Tuhan .... Sudah 3 botol dia minum dan kini dia akan sangat mabuk dan tak akan menyadari apa yang sudah di lakukannya karena pengaruh dari minuman keras itu.
Dia berjalan cepat ke arah ku.
"Jika kau ingin lepas dariku, kau harus memberiku kenangan terindah yang takkan aku lupakan" ucap nya sambil mencengkram wajah ku kasar bisa ku rasakan jika kuku nya bisa saja menggores wajah mulus ku.
"Joy apa maksud mu?? "
"Aku menginginmu .. Now.. Just for me" ucap nya serak di dekat daun telinga ku.
Dengan susah payah aku menelan saliva ku untuk sekedar membasahi kerongkongan ku yang terasa tercekat mendengar pernyataan Joy. Aku tidak lagi meladeni kata-kata nya yang terdengar mengerikan.
Apa maksud perkataan nya? Aku tak lagi berani menatap ke arah nya karena saat ini memandangi lantai dingin lebih menenangkan meski keadaannya kian mencekam.
"Lihat aku Flo"
Aku sedikitpun tidak bergeming. Aku terlalu takut jika harus memandang dia yang sedang dalam pengaruh minuman keras.
"Ku katakan pada mu. Lihat aku !! " bentaknya pada ku. Aku sungguh takut. Joy berubah menjadi sosok yang mengerikan.
Yaa Tuhan.. Semoga ini hanya mimpi buruk dan segera berakhir saat Flo bangun dari tidur.
Tapi ini bukan mimpi. Ini nyata. Kenyataan yang mengerikan ku rasa.
"Lihat aku Flora. Layani aku sekarang juga jalang" ucapnya yang sudah mencengkram leher ku. Aku tercekik dan hampir tidak bisa bernapas.
Ya Tuhan ucapan Joy sungguh sangat menyakitkan hatiku. Bahkan perlakuannya padaku saat ini jauh lebih buruk dari yang biasa tante Sarah lakukan padaku.
Prakkkk
Dress yang ku gunakan di robek paksa hingga kini aku hampir polos jika tidak ada bra dan g-string yang ku gunakan.
Airmata yang terus ku tahan akhirnya mengucur juga. Aku tak lagi bisa
berkata-kata saat mulut ku telah di lumat kasar oleh lelaki ini. Aku rasa aku akan mati sekarang juga karena tidak ada oksigen yang bisa ku hirup dengan baik karena cengkraman tangan kirinya masih mencekik leher ku sementara tangan kanan nya menahan kedua lengan ku agar tidak bisa memberi perlawanan pada pelecehan yang di lakulannya.
Dia menahan kedua tangan ku dalam satu genggaman besar dan menaruhnya di atas kepalaku.
Saat ini yang bisa ku lakukan hanya memohon kepada Tuhan agar menyelamatkan ku . Dan entah mengapa dari lubuk hatiku yang terdalam aku berharap Tuhan mengirimkan Calon suami ku untuk menyelamatkan ku sekali lagi.
Sekali lagi?? Tiba-tiba aku merasa de javu.
"Uncle Jake.. Help me.." aku menutup mata saat ku rasa harapan ku itu mustahil.