JAKE POV
Aku masih memandangi wajah istriku yang masih terlelap dalam tidur nya. Iyaa dia seolah enggan untuk bangun kembali semenjak perjuangan hidup mati nya untuk melahirkan anak pertama kami.
Flora memang mengalami pendarahan hebat dalam perjuangannya tersebut. Itulah yang menyebabkan tubuh nya belum bisa mengembalikan kesadaran nya seperti keadaan normal. Setidaknya itulah penjelasan yang cukup logis yang ku dapat dari bu Bidan yang membantu proses persalinan anak kami.
Flashback on
"Baby... Jangan tinggalkan mommy... Hiks.. Hikssss.... " Flora yang masih menggendong bayi mungil kami yang baru saja terlahir ke dunia menangis terisak.
Aku sempat heran melihat istriku yang sudah menangis tersedu-sedu. Terlebih lagi bik Minah yang tidak henti mengatakan kata-kata yang terdengar janggal.
"Sudahlah nyonya. Anda harus ikhlas. Semua ini sudah suratan takdir dari Yang Maha Kuasa"
"Tidak bik... Bayi ku masih hidup. Flo sangat yakin" Flora bersikeras mengatakan keadaan bayi kami.
Sedangkan aku hanya termenung melihat pemandangan pilu di hadapan ku. Tidak. Tidak mungkin sesuatu yang buruk terjadi lagi setelah serangkaian tragedi yang terjadi di kehidupan kami. Tidak. Aku harus memastikan nya sendiri.
Dengan tangan yang gemetaran ku sentuh kulit halus bayi mungil kami. Terasa dingin. Dengan pelan ku genggam pergelangan tangan kecil itu dan ku coba mencari denyut nadi nya. Aku masih meyakinkan diriku jika akan ku rasa denyut mungil dari bayi kami. Tapi ternyata memang tidak ku rasakan denyut itu.
Tidak. Mungkin ini ketidaktelitian indra ku saja. Ku coba lagi mendekatkan telunjuk jari ku ke arah hidung bayi kami yang masih dalam dekapan Flora. Dan lagi. Aku tidak merasa bayi kami bernapas.
Oekkkkk oekkkkkkkk
Berharap Jika itu adalah tangisan dari bayi kami. Tapi ternyata aku hanya bisa berharap. Karena tangisan bayi itu terdengar agak jauh dari kamar ini. Tangisan bayi itu berasal dari kamar lain. Itu tangisan baby Sovia.
Ohh tidak. Bahkan bayi kami sama sekali tidak menangis saat terlahir.
Apakah..... Apakah benar jika bayi kami meninggal?????
Tidak. Ku rasa Tuhan tidak akan tega memberi kami musibah bertubi-tubi.
"Jake apa yang kau lakukan? Apa kau ingin memastikan keadaan anak mu? Kau jelas salah jika mengira bayi ini telah me....." Flora tak lagi melanjutkan kata-katanya.
Dia kembali menangis dan terlihat sama sekali tidak bisa menerima kenyataan. Sama hal nya dengan diriku yang juga tak kan rela jika bayi mungil kami harus pergi secepat ini.
"Nyonya. Tuan. Saya mengerti jika kalian sangat mendamba kehadirannya. Tapi Tuhan mungkin punya rencana lain. Percaya lah jika Tuhan tidak akan menimpakan musibah di luar batas kemampuan hamba Nya" ucapan bik Minah seolah menghempaskan kesadaran ku untuk tetap berpikir jernih meskipun perasaan ku telah luluh lantak saat ini.
Oh tidak. Mengapa Tuhan mengambil bayi kami secepat ini? Bahkan aku belum sempat menggendongnya.
Ya Tuhan mengapa Engkau beri kami ujian seberat ini??????
Haruskah aku menangis menjerit-jerit. Ataukah meraung-raung sepanjang hidup agar Tuhan kembalikan roh bayi kami ??
"Tuan. Saya mengerti perasaan Anda. Tapi anda harus tegar. Bagaimanapun nyonya Flora juga perlu sandaran untuk menjalani hari-hari ke depan. Untuk itu anda harus menguatkan diri anda sendiri dan juga nyonya. Hidup kalian masih panjang. Kalian pasti bisa menjalani semua ini bersama dengan saling menguatkan"
Setelah mengatakan kata-kata itu bik Minah dan bu Bidan meninggalkan kamar ini.
Sekarang hanya ada aku dan Flora yang masih mendekap erat bayi mungil kami.
"Dia masih hidup Jake.." ucap Flora lirih.
Aku yang tak lagi bisa menahan kesakitan ku pun ikut menangis sambil memeluk istriku dan anak kami.
Ya Tuhan mengapa harus semenyakitkan ini cobaan untuk kami??????
Tapi kemudian aku kembali terpikir jika ucapan dari bik Minah ada benarnya. Aku tidak bisa terus menerus bersedih. Aku tidak boleh rapuh. Aku harus menguatkan diriku dan juga Flora. Yaa aku harus bisa tegar. Setidaknya aku akan mencoba, meskipun aku tidak yakin jika aku bisa sekuat karang yang di terpa badai .
"Sttttt... Sayang sudahlah. Berhenti menangis. Kita harus ikhlas. Kita memang sangat mencintai bayi ini. Tapi mungkin yang maha menciptakannya lebih teramat cinta akan bayi ini hingga Dia ingin segera meraih nya di Surga"
Apakah kata-kata ku sudah terdengar bijak? Ironis sekali karena yang ku ucapkan sama sekali bertolak belakang dengan apa yang di rasakan hati ku yang masih belum bisa menerima kenyataan.
Katakan lah aku munafik. Atau apapun itu. Aku hanya mencoba menguatkan Flora dan dan juga diriku.
"Jake.... I hate you...."
Aku hanya diam mendengar perkataan Flora.
"Tega sekali kau katakan hal itu setelah perjuangan setengah mati ku melahirkan anak kita. Kau keterlaluan!!! "
Apakah aku salah bicara ? Mungkin. Jika melihat ekspresi Flora yang terlihat sangat emosi.
"Bayi ku masih hidup Jake. Dia kuat. Dia akan bertahan. Dia hanya sedang bercanda dan membuat mommy dan daddy nya cemas. Yaa dia hanya iseng. Dasar anak nakal. Nanti mommy akan cubit bokong mu nak.... "
Perasaan ku semakin hancur melihat Flora yang semakin jauh dari akal sehat nya. Dia bisa benar-benar gila jika benar bayi kami tidak bernyawa lagi.
" Sayang... Kita harus ikhlas. Anggap saja kita menitipkan anak pertama kita pada Tuhan. Percayalah jika dia akan senang berada di Surga. Jika kita terus meratapi kepergiannya dia juga akan sedih"
Flora hanya diam. Entah dia mendengar perkataan ku atau tidak.
"Lagipula kita masih bisa memiliki anak lagi. Kita akan punya banyak anak. Rumah kita akan ramai dengan tangisan bayi-bayi. Dan juga....
"Apakah kita bisa benar-benar ikhlas??? "
Dengan cepat Flora memotong perkataan ku.
Aku kembali mengulang kata-kata Flora.
Apakah kami bisa benar-benar ikhlas?
"Tidak. Siapapun dia pasti akan terasa berat untuk mengikhlaskan suratan takdir yang sedang tak bersahabat. Begitu pun dengan kita. Tapi bagaimana pun kita harus belajar. Dan belajar lagi. Karena aku yakin dengan seiring berjalannya waktu, seluruh luka dan rasa sakit akan sembuh dengan sendirinya. Dan ikhlas itu akan benar-benar ada di hati dan jiwa saat diri kita telah terbiasa dengan keadaan"
Hening. Entah berapa detik dan menit terlewati. Kami masih saling diam.
"Aku ingin kita memiliki banyak anak. Aku ingin menyaksikan tumbuh kembang anak-anak ku hingga mereka memiliki kehidupan sosial masing-masing. Aku ingin melihat anak-anak ku mengenalkan pasangan mereka pada kita. Aku ingin melihat anak-anak ku menikah dan bahagia"
Setelah sekian menit berlalu akhirnya kata-kata itu meluncur juga dari mulut Flora.
"Aku tidak bisa ikhlas Jake. Tidak untuk sekarang. Tapi mungkin nanti. Entah kapan itu. Tapi untuk sekarang biarlah mulut lu berkata jika aku telah ikhlas meski hati ku belum siap untuk satu kata itu"
Aku tercengang mendengar kata-kata Flora. Ternyata pemikirannya tidak jauh berbeda dari pada aku.
"Yaa. Kita harus ikhlas"
Cup
Ku kecup kening istriku lembut. Hanya sebentar. Dan kembali ku dengar isak tangis yang memilukan dari Flora.
Tanpa malu mata ku juga sudah kembali basah. Ohhh tidak. Ini memalukan. Bagaimana tidak seorang Jake menangis huh...
" Selamat tinggal my baby. Kami selalu mencintai mu " Begitu lah ucapan ku dan Flora bersamaan.
Kami berikan kecupan sayang untuk terakhir kali pada bayi mungil kami.
Ya Tuhan.... Mengapa ikhlas itu begitu menyakitkan......
Kemudian Flora menyerahkan bayi di gendongannya pada ku. Dengan kikuk ku terima tubuh bayi mungil kami. Hati ku terasa semakin sakit.
Inilah saat pertama ku gendong bayi pertama kami. Tapi inilah saat terakhir kali ku dekap dia. Kenyataan yang teramat sangat sulit di terima.
"Kita harus ikhlas Jake" ucap Flora dengan suara bergetar.
Yaa ikhlas. Satu kata itu. Ikhlas.
Dengan pelan ku langkahkan kaki ku menuju pintu kamar dimana di balik pintu itu bik Minah dan bu Bidan sedang menunggu untuk membersihkan bayi kami.
Ku lihat wajah kedua wanita itu terlihat sedih. Sama hal nya dengan aku dan Flora.
"Kami sudah ikhlas... " ucap ku lirih.
Sebelum ku serahkan bayi kami ke pada bu Bidan, masih ku pandangi wajah bayi pertama kami. Ku kecupi wajah mungil itu dengan segenap rasa cinta yang ku miliki.
Good bye baby boy. We will always love you.
Oeekkkkkkk oooeekkkkkkk oooekkkkkk
Ahhh aku kembali berkhayal jika bayi kami kembali dan keajaiban telah terjadi.
Tapi. Tunggu... Suara tangis itu terdengar jelas sekali.
"Alhamdulillah... Subhanallah.. " ucap bu Bidan takjub.
"Keajaiban kuasa Tuhan telah mengembalikan bayi kalian" kata bik Minah mengherankan ku.
Aku kembali memastikan hal itu dengan kembali memandangi bayi kami yang masih dalam dekapan ku.
Oeekkkkkkkk oeeeeekkkkk
"Baby... Kau kembali nak.. "
"Selamat Tuan. Anda resmi menjadi ayah " ucap bik Minah dan bu Bidan.
"Terimakasih" ucap ku.
Dengan kebahagiaan yang membuncah di hati dan jiwa ku , ku bawa kembali bayi kami mendekati istriku yang masih terbaring di ranjang.
"Sayang. Bayi kita kembali. Kau benar bayi kita masih hidup. Keajaiban telah terjadi" ucap ku saat sudah berada di dekat pembaringan istriku.
Tapi ada yang aneh. Flora sama sekali tidak merespon kata-kata ku. Apakah dia tidak senang dengan kabar baik ini???
Ooekkkk oooekkkkk
Bayi kami terus saja menangis.
Ada apa ini?
"Princess sayang. Kau tertidur huh?? Sayang sekali kau tidak lihat jika bayi kita berhasil selamat" ucap ku lagi.
Tapi percuma Flora tidak juga kembali membuka mata.
"Tuan. Anda tenang saja. Biar kan bu Bidan menyelesaikan tugas nya merawat nyonya pasca persalinan. Sebentar lagi nyonya akan kembali sadar"
Ucapan bik Minah tak juga membuat kekhawatiran ku sirna.
Ya Tuhan cobaan apalagi ini?????
Flashback off
Setelah Flora pingsan dua hari yang lalu hingga kini dia masih belum juga menunjukkan tanda-tanda jika kondisinya membaik. Aku semakin cemas saja.
Bu Bidan yang menangani Flora sudah berhasil mengatasi pendarahan hebat yang terjadi pada Flora pasca persalinannya. Bidan itu juga menggunakan bahan-bahan tradisional untuk mengobati Flora. Entah bagaimana metodenya yang jelas bu Bidan mengatakan jika Kondisi Flora semakin membaik.
Aku sempat lega dan mengakui hebat nya pengobatan tradisional dari alam Kalimantan yang bisa mengatasi hal tersebut. Meskipun begitu, jujur saja aku masih gelisah setiap kali melihat wajah istriku yang pucat pasi itu masih tertidur nyenyak.
"Tuan. Bayi anda sudah tertidur " ucap Mirna yang baru saja selesai menyusui bayi kami.
Beberapa saat setelah bayi kami di ketahui masih bernyawa, bayi mungil itu tidak berhenti menangis. Bu bidan mengatakan jika bayi kami lapar. Aku sempat bingung bagaimana cara memberi makan bayi. Karena jujur saja aku tak pernah berurusan dengan makhluk menggemaskan itu sebelumnya.
Bik Minah mengatakan jika bayi kami perlu air susu ibunya. Tapi bagaimana bisa istriku menyusui bayi kami dalam keadaan nya yang belum juga sadar.
Akhirnya Mirna berbaik hati untuk memberikan air susu nya kepada bayi kami yang baru lahir. Aku sempat sangsi saat Mirna menawarkan diri untuk menolong, karena dia juga masih harus menyusui baby Sovia yang juga masih memerlukan asi nya. Tapi Mirna meyakinkan ku jika anak perempuannya itu tidak akan kekurangan asi karena menurutnya produksi asi nya sangat melimpah.
Dan sejak saat itu hingga kini bayi mungil kami di susui oleh Mirna. Karena Flora juga belum terbangun dari tidurnya.
"Terimakasih " ucap ku yang sudah meraih bayi kami ke dalam gendongan ku.
Mirna mengangguk dan pamit pergi.
Kini di dalam kamar ini hanya ada aku, baby dan juga Flora. Kebahagiaan sempurna mestinya dapat ku rasa seandainya Flora kembali menemukan kesadarannya dari keadaan tidurnya saat ini.
Yaa Tuhan. Harus berapa lama lagi kami menungggu Flora kembali????
***********
FLORA POV
Aku berjalan dan terus berjalan di suatu tempat yang aku tak tau di mana itu. Semua nya kelabu. Aku sempat terhenti dan ku lihat suatu cahaya terang di ujung jalan itu, dengan langkah gontai ku langkahkan kaki telanjangku hingga menginjak suatu rerumputan hijau.
Udara sejuk begitu menyegarkan paru-paru ku saat ini. Ku edarkan pandangan ku pada sekelilingku yang penuh dengan bunga warna warni yang begitu indah. Harum semerbak menyeruak dan aku seperti tak ingin pergi dari tempat ini.
Ku pejam kan mata ku sejenak sembari merentangkan kedua tangan ku demi menikmati keindahan ini. Saat ku buka kembali mata ku seketika taman bunga ini menjadi ramai dengan orang-orang.
Di mana ini? Apa yang telah terjadi?
Aku membalikkan tubuh ku dan melihat bangunan Mansion besar berwarna putih gading yang seperti tak asing bagi ku.
Hey bukan kah itu Mansion ku di Jakarta. Dan taman bunga ini adalah halaman belakang Mansion. Yaa aku ingat sekarang. Aku kembali berada pada saat hari perayaan pernikahan aku dan Jake. Yaa aku yakin itu.
Tiba-tiba seorang pelayan sedang berjalan cepat ke arah ku sambil membawa nampan berisi gelas minuman. Aku sempat panik saat pelayan itu sama sekali tak mengindahkan kehadiran ku di tengah banyak nya orang di tempat indah ini.
Dia terus berjalan semakin cepat dan menabrak ke arah ku. Ohh tidak. Dia akan menjatuhkan semua gelas berisi minuman itu. Tapi tidak. Perkiraan ku salah. Tidak ada gelas kaca yang berserakan .
Kenapa bisa begitu? Seolah aku tidak terlihat di sini. Bukan hanya itu tubuhku seolah tembus pandang selayaknya udara saja. Apa yang sebenarnya terjadi???
Segala kebingungan ku sempat teralihkan saat ku lihat karpet merah dengan taburan mawar putih di atasnya yang berujung pada sebuah sangkar besar yang sudah beriaskan bunga-bunga sedemikian rupa yang aku tau jika di sanalah singgasana Jake dan aku pada hari bahagia pernikahan kami.
Aku menyunggingkan senyumku saat kaki-kaki ku melangkah di karpet penuh taburan bunga mawar putih. Tapi senyum itu hanya sekejap saja menghias wajah ku karena aku kembali di buat bingung saat melihat sudah ada diriku di pelaminan itu dengan Jake yang saling bergenggaman tangan.
Kenapa diriku bisa menjadi dua? Aku sadar betul jika aku berdiri di tengah karpet ini. Sementara di sana ada Jake dan aku yang lain saling tatap penuh cinta. Aku masih ingat jika saat indah itu pernah ku alami.
"Flora sayang... " seseorang menyentuh pundak ku dan itu mengalihkan perhatian ku.
"Mommy... " teriak ku.
"Ini benar mommy. Ya aku yakin kau mommy. Tapi mengapa mommy tidak menua? Sedangkan aku sudah sebesar ini " ucap ku riang.
"Ya Flo. Ini mommy. Lama juga kita tidak bertemu nak. Sekarang kau telah menjadi ibu dan aku menjadi nenek. Meskipun begitu aku tidak akan menua karena segala keindahan akan mengabadi di surga" Ucapan mommy terdengat aneh.
"Kau harus menjadi ibu yang baik Flo. Curahkan lah seluruh cinta yang kau miliki untuk buah hati mu. Jangan kau biarkan dia tumbuh tanpa campur tangan mu sendiri. Cucu ku tidak boleh kekurangan kasih sayang dan perhatian"
Ucapan mommy mengingatkan ku pada diriku sendiri yang merasa kesepian dan sendirian saat di tinggal mommy dan daddy pergi dalam urusan bisnis.
"Ya mom " ucap ku pelan.
"Tapi benar kah Flo memiliki bayi? "
"Ya sayang. Kau memiliki nya. Bayi mu sudah lahir dan dia sangat memerlukan kehadiran mu, Flo" ucapan mommy membuat ku tambah bingung.
"Mommy mengerti jika alam bawah sadar mu hanya merekam segala hal-hal indah yang kau alami. Termasuk saat ini. Saat pesta pernikahan mu. Meski begitu jiwa mu tidak akan seimbang jika jejak kesakitan di hidup mu terhapus begitu saja. Itu lah kehidupan Flo. Kebahagiaan dan kesedihan berjalan lurus secara seimbang pada cara yang berbeda".
Setelah mommy berkata demikian entah mengapa jauh dari lubuk hatiku yang terdalam terasa suatu kehampaan. Apakah semua itu karena tidak ku temui keseimbangan pada jiwa ku???
Aku masih memandang wajah mommy yang masih muda seperti dulu. Kami hampir seperti seumuran sekarang.
"Sekarang mommy akan membawa mu pada potongan cerita yang tak boleh kau lewatkan begitu saja Flo" mommy meraih jemari ku dan seketika itu juga kami tidak lagi berada pada taman indah penuh bunga.
Seketika potongan-potongan cerita mulai terlihat secara cepat membentuk suatu rantai dan semakin jelas untuk menyempurnakan hidup ku.
Kemudian aku berada pada suatu tempat seperti kamar. Aku sempat terkejut saat melihat diriku yang sudah terbaring pada ranjang dengan Jake di sisiku. Suami ku itu tengah menggendong bayi mungil yang terlihat sangat mirip dengan nya.
"Kau sudah lihat semua Flo. Sesuatu akan terlihat indah setelah melalui berbagai hal yang sulit bahkan menyakitkan. Seperti indah nya pelangi yang terlihat setelah hujan turun"
"Ya mom. Sekarang Flo mengerti. Sesuatu akan indah pada waktunya. Begitupun saat itu. Saat Flo bisa ikhlas, ternyata Tuhan mengembalikan bayi kami" ucap ku terharu.
"Ya bayi mu sangat memerlukan ibunya. Tunggu apalagi Flo. Ayo bangun sayang"
Bangun??? Aku harus bangun. Yaa aku harus bangun. Aku ingin menyentuh bayi ku dan memeluk nya dengan penuh rasa cinta.
Seketika aku tak lagi melihat Jake dan juga bayi kami. Aku juga tidak melihat mommy. Aku kembali berada di ruang hampa udara. Semua nya kelabu.
Oeeekkkkk ooekekekkkkkkkkkk
Suara itu. Itu terdengar seperti suara tangis bayi. Bayi ???? Bayi ku????
Dimana bayi ku????
Ya Tuhan di mana bayi ku ???
Suara tangis bayiku semakin nyaring dan aku semakin panik. Di mana asal suara itu?
"Flora. Sayang. Kau dengar itu? Bayi kita menangis lagi. Dia sangat merindukan mu. Kembali lah sayang... "
Jake. Yaa itu suara Jake. Aku hapal betul suara suami ku.
"Bangun sayang. Buka mata mu. Dan lihat lah bayi kita. Dia sangat lucu. Tapi sayang belum memiliki nama. Aku ingin kita yang memilihkan nama untuk nya "
Air mata ku langsung membanjir. Aku menangis sedih karena tak bisa melakukan apa-apa.
"Hey sayang kau menangis? Kau bisa dengar aku? " ucapan Jake terdengar sangat dekat di telinga ku.
Dapat ku rasa jika jemari hangatnya membelai sudut mataku yang basah. Suara itu dan sentuhan itu seakan nyata. Tapi mengapa semua nya masih kelabu???
Aku harus apa Jake? Aku tidak bisa kembali meski pun aku ingin....
"Flora. Sayang. Jika kau dengar aku, Tolong bangunlah. Sadarkan dirimu demi cinta kita. Demi kasih yang tak terhingga untuk buah hati kita"
Setelah mengatakan hal itu dapat ku rasa kecupan hangat Jake mendarat di kening ku.
Seketika itu juga semua kelabu yang terlihat sirna tergantikan pada suatu ruangan seperti kamar.
Mataku telah terbuka secara sempurna.
"Princess. Sayang. Kau kembali... Alhamdulillah. Terimakasih yaa Allah" Jake kembali mengecup kening ku.
Aku hanya bisa tersenyum dan merasa terharu.
Oeekkkkkk oekkkk
Bayi ku?
Pandangan ku langsung tertuju pada bayi mungil yang berada di dekat ku.
"Bayi kita kembali sayang" ucap Jake.
Segera ku raih bayi mungil itu dalam dekapan ku. Ku ciumi dia dengan segenap cinta yang ku miliki.
Terimakasih Tuhan.
**************
Aku sempat kebingungan saat menenangkan bayi ku yang terus menangis. Aku tak tau harus melakukan apa. Tapi kemudian aku teringat dengan Mirna yang akan menenangkan baby Sovia yang sedang rewel dengan menyusui nya.
"Sayang. Mungkin dia haus. Coba kau susui dia" ucap Jake yang masih berada di dekat ku.
Ya aku harus belajar menyusui bayi ku. Dengan canggung ku buka kancing baju ku dan mengeluarkan payudara ku yang penuh dan hampir tumpah. Aku mengarahkan puting payudara ku itu ke arah mulut mungil bayi kami. Dia segera melahap nya dan berhenti menangis. Terasa geli. Sedikit sakit dan canggung saat berusaha memberikan asi pertama kali nya pada bayi ku.
Hal yang ku lakukan tak luput dari perhatian Jake. Aku sempat salah tingkah dan malu saat suamiku itu melihat yang ku lakukan.
"Jake. Jangan lihat. Flo malu" ucap ku yang sudah merubah posisi dengan membelakangi suami ku itu.
Aku sempat mendengar kekehan Jake.
"Tidak usah malu. Bukan kah aku sudah terbiasa melihat nya. Bukan kah ' itu' dulu hanya milik ku. Tapi sekarang mau tidak mau aku harus membagi nya dengan Jason
" ucap Jake terdengar tak rela.
Kami sepakat memberi nama pada anak pertama kami , Jason.
Yaa Jason.
Jason O'Xander
Bayi kami nampak tenang dalam dekapan ku. Namun hanya sebentar. Dia kembali menangis dengan kencang.
Oeekkkk oekkkk
"Baby. Sayang. Kenapa nak...? " aku sempat bingung saat bayi kami tak juga berhenti menangis.
Beberapa menit telah berlalu tapi bayi kami tidak juga bisa di tenangkan.
Hingga akhirnya Mirna datang dan menawarkan diri untuk menenangkan bayi kami.
Aku memberi kode pada Jake untuk meninggalkan kamar ini. Kini hanya tinggal aku dan Mirna saja yang masih menggendong bayi kami.
"Nyonya. Syukur lah anda sudah sadar" ucap Mirna tulus.
"Apakah nyonya mengijinkan saya memberi kan asi saya untuk bayi anda"
Ucapan Mirna sempat mengheranku. Bukan kah tadi bayi ku sudah diberi asi?
"Silakan Mirna. Terimakasih" setelah mendapat persetujuan ku Mirna mulai menyusui bayi kami.
Aku merasa tersentuh melihat bayi ku lahap sekali menyusu asi dari Mirna.
Aku mulai meraba payudara ku dan mencoba meremasnya pelan. Tapi tidak ada setetespun asi yang keluar.
Seketika aku merasa sedih. Aku merasa gagal menjadi seorang ibu.
"Jangan bersedih nyonya. Nanti asi nya juga akan keluar dengan sendirinya. Nanti saya akan buatkan ramuan khusus supaya produksi asi anda lancar" kata Mirna tulus.
"Aku tidak tau harus bagaimana lagi mengucapkan kata terimakasih pada kebaikan mu dan juga keluarga mu"
"Ahh nyonya tidak perlu sungkan. Justru keluarga saya banyak berhutang budi pada kebaikan keluarga Kesuma. Hal yang saya lakukan bukan lah apa-apa" ujar Mirna yang masih menyusui bayi kami.
"Mirna. Terimakasih karena kau mau menyusui Jason selama aku tak sadarkan diri. Tapi saat aku sudah sadar seperti saat ini pun kau masih harus susah payah membagi asi mu untuk bayi ku".
"Tidak masalah nyonya" ucap Mirna yang telah selesai menyusui Jason.
Jason sudah tertidur dengan sangat pulas. Dia terlihat sangat menggemaskan. Dan dia anak ku.
Jason. Anak mommy dan daddy. Kami sangat mencintai mu nak.