FLORA POV
Beberapa saat setelah suara tembakan dari sesuatu benda di balik jubah hitam wanita yang sepertinya aku kenali, aku sempat pasrah saat tubuh ini tak sanggup bergerak dan seolah menyerah pada keadaan yang akan membuat aku terluka jika saja peluru itu berhasil menembus kulit ku.
Tapi sekarang aku tidak merasakan apapun. Seketika aku mencoba memberanikan diri untuk membuka mata.
Gelap.
Namun hanya sebentar. Sesaat kemudian ballroom itu kembali terang. Dan aku melihat banyak gerombolan orang-orang di depan ku.
Mereka bukan mengelilingi ku tapi justru aku yang berada di belakang gerumulan orang-orang asing ini.
Telah terjadi sesuatu. Aku tau itu.
"Flo sayang.. Kau tak apa ??" tanya tante Rosita yang sudah berada di dekat ku.
Aku menggeleng. Dan masih menatap ke depan ke arah orang-orang yang tengah bergerombol.
Aku penasaran. Apa yang sedang terjadi.
"Flora.. Ayo kita pergi dari sini. Suasananya sudah tidak aman lagi" ucap om Joseph mengajak aku pulang.
Tapi aku tak bergeming. Rasa penasaran telah membimbing ku menerobos gerombolan orang-orang itu. Hingga aku melihat seseorang yang tergeletak di lantai dengan bersimbah darah di bagian dada dan perut nya.
Tes
Airmata ini langsung saja meluncur dengan derasnya melihat semua itu. Rasa nya seluruh jiwa ku benar-benar di paksa pergi untuk memastikan sumber kesedihan ini.
Tubuh ku begitu lemah menopang diri ku. Aku luruh ke lantai dekat lelaki itu. Tapi aku masih mampu mengendalikan tubuh ku. Aku raih kepalanya dan ku letakkan di atas paha ku.
Ku sibak topeng yang menutupi wajahnya. Aku masih menahan napas ku mencoba menguatkan diriku jika memang lelaki ini yang aku rindukan.
Yaa dia lelaki kedua yang berdansa dengan ku di pesta ini. Lelaki dengan tuxedo silver memakai topeng dan ku curigai dia sebagai Jake.
Perlahan aku menghembuskan napas dan membuka mata ku perlahan.
"Jake.. " yaa dia suami ku.
Dia sedang terluka parah. Apakah dia sengaja menjadikan dirinya sasaran tembak untuk melindungi ku ?
"Jake.. Sadar lah.. Aku mohon. Jangan tinggalkan aku Jake.. " lirih ku lemah.
*******************
Dua jam kemudian
Aku menunggu dengan gelisah di depan ruang operasi. Aku sudah tak lagi mampu meneteskan airmata seakan sumbernya sudah mengering karena tadi aku terus menangisi Jake yang tengah berjuang di dalam sana bersama team dokter.
"Flora.. Sebaiknya kamu pulang dengan tante Rosita dan istirahat. Nanti biar om yang jaga suami mu " kata Om Joseph .
Aku menggeleng.
"Om sama tante pulang aja. Kasian Angga di tinggal terlalu lama. Flo di sini saja "
"Tapi Flo.. Ini sudah sangat malam.. "
Aku segera memotong perkataan tante Rosita dan berkata,
"Flo di sini saja. Flo ingin memastikan jika operasi nya berjalan dengan baik. Dan.. Flo ingin menjaga Jake" ucap ku mantap.
"Lagipula di sini ada Kondrad dan yang lainnya. Flo akan baik-baik saja "
Karena tak berhasil membujuk ku, akhirnya pasangan beda usia itu pamit pulang .
Kini aku kembali menunggu dengan segudang rasa khawatir. Rasanya jauh lebih sakit saat melihat orang yang ku sayang hampir meregang nyawa nya hanya untuk menyelamatkan diriku.
Rasa amarah dan sakit hati ku beberapa waktu yang lalu seakan lenyap entah kemana. Tergantikan oleh rasa takut yang berlebih dan penuh kecemasan.
"Maaf nyonya.. " Kondrad sudah berdiri di dekat ku dan seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Ada apa? "
"Semua ini sudah di rencanakan.." kata Kondrad membuat aku penasaran.
"Bisa kau perjelas lagi.. " pinta ku.
"Orang yang melakukan penyerangan adalah seorang wanita yang mengincar anda"
Yaa aku sudah curiga dengan wanita misterius di pesta tadi. Karena aku jelas sekali melihat nya mengarahkan pistol di balik jubah nya ke arah ku.
"Apa lagi yang kau ketahui"
"Anda sangat mengenali wanita itu" ucap Kondrad lagi.
Perkataan Kondrad kembali mengingatkan ku pada wanita itu.
Dia memakai gelang mommy.
Apakah dia...
"Kami sudah berhasil menangkap wanita itu. Kini dia sudah berada di tempat yang aman dengan penjagaan ketat. Jika anda mengijinkan, kami akan segera menyerahkannya pada pihak yang berwajib. Bagaimanapun dia harus mempertanggung jawabkan perbuatan nya "
Aku mengiyakan perkataan Kondrad. Setelah di cari sekian lama akhirnya wanita itu memunculkan dirinya.
"Nanti saja kita bahas tentang itu. Pastikan saja dia di jaga dengan baik dan jangan sampai kabur " ucap ku pada Kondrad.
Bagaimana pun aku ingin fokus menjaga Jake dulu. Setelah itu kami akan pikirkan lagi apa yang akan di lakukan pada wanita itu . Yaa dia harus bertanggung jawab penuh terhadap setiap perbuatan nya.
Aku tak akan lagi mengampuninya.
Seketika aku merasa sangat pusing. Aku hampir saja jatuh jika saja Kondrad tak memegangi tubuh ku.
"Nyonya.. Anda harus pulang dan istirahat" ucap Kondrad yang kini sudah membantu ku untuk duduk di kursi tunggu depan ruang operasi Jake.
ia
"Tidak.. Aku baik-baik saja" kilah ku.
"Tapi nyonya.. Anda terlihat tidak baik sekarang"
"Aku tidak akan kemana-mana. Aku harus menjaga suami ku" aku masih saja bersikeras .
"Nyonya.. "
"Bisakah kau berikan aku air putih saja " ucap ku mengalihkan pembicaraan agar Kondrad tak lagi meminta ku untuk pulang.
Aku tak ingin lagi jauh dari Jake. Cukup sudah kehampaan ini saat kami terpaksa saling terpisah. Entah Karena takdir dari Tuhan atau kah hanya skenario yang di rekayasa oleh pihak yang ingin melihat kehancuran kami.
Dan.. Jika semua itu memang lah takdir yang tak adil dari yang maha kuasa, mungkin kah aku dan Jake hanya di jodohkan dalam waktu yang singkat?
Boleh kah aku menentang takdir?
Aku ingin merancang sendiri takdir ku bersama Jake sedikit lebih lama lagi. Melupakan semua luka di masa lalu dan menikmati kebersamaan kami yang selalu manis.
Yaa .. Aku sudah membuat keputusan.. Tuhan ijinkan aku menentang takdir buruk itu. Ijinkan aku merubahnya menjadi lebih baik lagi.
Mungkin aku egois.
Cinta ku untuk Jake memang egois. Aku tak akan bisa berbagi hati dengan siapapun.
Mungkin di masa lalu aku tak bisa memperjuangkan hati nya hingga terbagi ke peraduan yang lain. Tapi ku pastikan tidak untuk saat ini. Karena aku akan berjuang demi cinta itu. Perasaan utuh Jake yang hanya untuk diriku seorang. Tak peduli jika Devani dan Queen memaksa untuk ku berbaik hati.
"Jake.. Cepat lah sadar sayang..
Aku merindukan mu.
Maafkan aku yang sempat pergi.. "
***********************
Tiga hari. Selama itu suamiku belum juga sadarkan diri. Dokter mengatakan jika Jake telah melewati masa kritisnya. Seharusnya dia sudah sadar tapi lihat lah sekarang, keadaan nya seperti tidak mengalami perkembangan berarti.
Selama tiga hari ini juga aku menemani Jake di ruang rawat inap nya. Aku sama sekali tidak mau beranjak barang sedikitpun dari tempat dia berbaring lemah.
"Nyonya.. " seseorang menyentuh punggung ku membuat aku tersentak dari lamunan.
Aku menoleh ke belakang dan ku dapati Mita dan Ayah Anthony sudah berada di dalam ruangan ini .
"Ayah.. Mita.. " ucap ku lemah dan tak bersemangat .
Bagaimana tidak, semangat hidup ku seakan hilang semenjak menyaksikan Jake bersimbah darah di pesta topeng beberapa malam yang lalu.
"Bagaimana keadaan anak ku? " tanya ayah Anthony khawatir.
"Belum ada perkembangan. Dia masih belum sadarkan diri" lirih ku.
Tes
Aku kembali meneteskan air mata. Aku benar-benar sedih melihat keadaan Jake seperti ini.
"Nyonya.. Sudah lah,jangan bersedih" ucap Mita yang kini sudah memeluk ku dengan sayang.
Dia membimbing ku untuk duduk di sofa yang ada dalam ruangan ini.
"Nyonya Flo pucat sekali. Apa nyonya sakit? " tanya Mita.
Aku menggeleng.
Aku bahkan tak tau bagaimana kondisi tubuh ku saat ini . Yang menjadi prioritas ku hanya Jake. Aku hanya ingin dia kembali sadar dan membuka mata nya .
"Jake cepat lah sadar sayang... Hikss.. "
"Nyonya.. Saya sudah bawakan makanan dan pakaian untuk nyonya Flo" ucap Mita.
"Makasih.. Mi.. "
kemudian Mita membujuk ku untuk pulang dan beristirahat. Tapi aku masih berkeras tak mau . Aku tetap ingin menjaga Jake hingga dia kembali sadar. Meski nyata nya hingga saat ini dia tidak juga menunjukkan tanda-tanda ke arah yang lebih baik.
Akhirnya Mita dan Ayah Anthony pamit pulang. Bukan kembali ke Mansion tapi mereka akan ke kantor pusat Xander Group.
Yaa ayah Anthony terpaksa harus kembali berurusan dengan pekerjaan lamanya sementara waktu untuk menggantikan Jake dengan Mita yang kini merangkap sebagai assistent nya.
Aku sama sekali tak keberatan saat ayah Anthony meminta kepada ku untuk membiarkan Mita menjadi dekat dengan nya.
Apakah ayah Anthony dan Mita menjalin hubungan?
Entah lah.
Aku rasa mereka berhak untuk menentukan kebahagiaan mereka. Dan aku harus mendukung hal itu.
Satu hal yang cukup menghiburku saat ini karena sikap ayah Anthony yang mulai bersahabat terhadap ku.
Semoga aku sudah bisa di terima jadi menantu nya..
Aku berjalan pelan ke arah suami ku yang masih saja nyaman dengan tidur nya. Aku menatap wajahnya yang pucat dan aku semakin merasakan sesak di dadaku.
"Jake.. Kau dengar Flo kan ? "
"Apakah mimpi mu saat ini sangat indah hingga kau seperti enggan untuk bangun dan melihat Flo ? "
"Jake.. Flo di sini. Flo udah kembali dan tidak akan pergi lagi. Flo janji. Tapi Jake harus bangun dulu ya.. "
Tes
Air mata ini kembali menggenang di pelupuk mata . Aku tak mampu untuk menahannya. Seperti perasaan ku yang tak mampu lagi untuk membenci Jake lebih lama.
Rasa sayang dan takut kehilangan yang ku miliki jauh lebih besar dari pada amarah dan kebencian yang sempat menguasai ku.
"Jake.. Flo sudah memaafkan mu.. Cepat lah sadar suami ku.. Hiks.. Hiks "
Dia masih nyaman dalam posisi nya saat ini. Seperti tak menghiraukan ku. Aku tak tau apakah dia bisa mendengar suara ku atau tidak, tapi semoga di alam bawah sadar nya suara ku bisa sampai dan dia cepat kembali kedunia nyata.
***********************
JAKE POV
Aku mengikuti anjuran dari Joseph untuk datang ke pesta topeng yang di adakan oleh salah satu orang yang paling berpengaruh di New York.
Sesungguhnya aku sangat malas jika harus datang ke acara itu tapi saat aku mendengar dari lelaki tua itu jika Flora akan datang juga maka aku jadi bersemangat untuk menghadirinya.
Dan di sini lah aku, berada di antara orang-orang bertopeng dan saling pamer apapun yang mereka kenakan.
Aku sendiri memilih untuk duduk saja di tempat yang memungkin kan ku untuk melihat pintu utama tempat masuk nya para tamu undangan.
Hingga penglihatan ku menangkap pemandangan indah yang ku
tunggu-tunggu.
Dia di sana. Aku mengenalinya. Flora ku begitu mempesona malam ini dengan gaun merah itu, rambut hitam panjang nya di gelung indah hingga menampilkan leher jenjangnya dan juga punggung mulusnya yang terbuka.
Pertunjukan dansa pun di mulai, aku sudah akan melangkah mendekati istriku untuk mengajaknya berdansa. Yaa kami akan berdansa. Tapi ternyata sudah ada lelaki lain yang mengajaknya berdansa dan aku hanya bisa menggeram kesal karena terlambat.
"Jake.. Berdansa dengan ku saja.. " seorang wanita bertopeng telah menarik ku ke lantai dansa.
Dia Devani. Sialan.. !!
Aku sudah ingin mendorong dia agar menjauh dari ku, tapi hal itu pasti akan mengundang perhatian banyak orang di pesta ini. Akhirnya dengan terpaksa aku mengikuti saja alunan musik dan berdansa dengan Devani. Aku sama sekali tidak menikmati dansa ini. Karena aku hanya memperhatikan istriku yang sedang berdansa dengan lelaki misterius yang tidak ku kenali.
"Sudah lama sekali kita tidak berdansa seperti ini Jake.. " ucap Devani mengajak ku bicara.
Tapi aku enggan untuk menanggapi perkataan nya.
Devani terus saja bicara sepanjang dansa ini, entah apa yang dia bicarakan. Aku tidak menyimaknya.
"Sialan..!! " maki ku kesal saat ku lihat lelaki berpakaian serba hitam itu mencoba untuk mencium Flora ku. Untung saja istri ku itu cukup pintar untuk mengelak .
Aku jadi penasaran siapa gerangan lelaki itu, aku harus menambahkan lagi tugas pada Kondrad untuk menyelidiki siapa lelaki itu.
Aku cukup lega saat alunan musik berhenti, dan dansa konyol ku dengan Devani harus ku akhiri. Segera ku lepaskan diriku dari nya dan dengan cepat aku mendekat ke arah istriku yang akan kembali ke tempat duduknya.
Tapi kemudian musik kembali mengalun dan dansa berpasangan ini masih berlanjut. Aku sempat menyeringai saat ku dapati kesempatan untuk berdansa dengan istriku ini.
Ini adalah pertama kalinya kami berdansa.
Dia sama sekali tidak menolak saat aku meraih jemari nya agar terpaut dalam genggaman ku. Ku dekatkan tubuhnya agar menempel dengan tubuhku. Tangan ku sudah mendarat di pinggang nya.
Wangi yang menguar dari tubuhnya begitu memabukkan bagi ku. Dari jarak sedekat ini bisa ku lihat bola mata hitam pekat milik nya yang beradu pandang dengan ku.
Terbersit kerinduan di sana. Sama seperti yang ku rasa.
Aku selalu berharap agar perasaan cinta dan rindu nya itu mampu untuk mengalahkan amarah dan kebencian yang di rasakan nya terhadap ku.
"Princess.. Ini aku Jake.. Maafkan aku.. "
Dapatkah dia mendengar lirih hati ku ?
"Princess entah bagaimana lagi cara untuk membuat mu percaya akan kesetiaan ku. Aku memang belum memiliki apapun untuk menyakinkan mu. Tapi aku yakin jika kekuatan cinta kita tidak pernah hilang dengan mudah"
Jika boleh memohon kepada Tuhan untuk menghentikan waktu, aku ingin jika Tuhan berbaik hati pada ku untuk menghentikan waktu saat ini juga. Di mana aku dan Flora selalu berdekatan meski kami saling diam. Entah dia mengenali ku atau tidak. Tapi dengan seperti ini saja sudah cukup untuk membuat ku bersyukur bisa kembali melihat nya sedekat ini dan menyentuh nya.
Entah dia menyadari nya atau tidak kini tangan kanan ku sudah berhasil melepas gelungan pada rambut indahnya. Kini rambut hitam bergelombang nya menjuntai indah menutup bahu dan pinggang mulusnya yang sempat terekspos. Aku sama sekali tak akan rela jika ada orang yang berani melihat bagian tubuh indah milik Flora. Karena semua yang di anugerahkan Tuhan padanya hanya milik ku !! "
Sesaat kemudian alunan musik lembut yang menggiring dansa romantis penuh kebisuan antara aku dan juga Flora berhenti mengalun. Kami saling melepaskan diri dan aku masih tak beranjak dari lantai dansa .
Aku sempat merasa kehilangan saat dia beranjak dari hadapan ku tanpa mengatakan sesuatu apapun. Dan bodohnya lagi aku sama sekali tidak menahan nya untuk tetap berada di dekat ku.
"Harusnya tidak ku biarkan dia pergi. Harusnya aku mengajaknya berdamai dan jika dia menolak, aku akan menyeretnya kembali ke dekat ku dan ku kurung dia selama nya dalam kamar tanpa dia bisa mencoba melarikan diri dari ku"
Tapi.. Bisa kah aku memaksa nya? Tidak. Aku tidak mungkin menciptakan suasana mencekam yang mungkin akan memperburuk keadaan bahkan akan melukai perasaan nya.
Cukup dengan luka itu. Aku tau jika bekas nya masih belum kering dan aku tak akan mungkin menambah luka lain di hati nya.
"Maaf kan aku princess.. "
Kini aku hanya bisa memandang nya saja dari tempat duduk ku yang memungkinkan untuk bisa terus melihat istriku.
Aku bisa melihat dia bangkit dari kursi dan menembus kerumunan orang-orang. Aku mengikutinya hingga dia memasuki lorong yang mengantarkan nya pada toilet wanita.
Aku berhenti mengikutinya dan memilih suatu sudut yang tak terlihat. Tak lama aku melihat seorang wanita berpakaian serba hitam yang cukup mencolok dengan jubah nya juga memasuki toilet yang sama.
Entah mengapa aku merasa akan terjadi sesuatu. Apapun itu aku berharap agar istri ku tetap dalam keadaan baik.
Tak berapa lama ku lihat Flora keluar dari toilet dengan tergesa-gesa. Aku kembali mengikutinya hanya untuk memastikan jika dia baik-baik saja.
Aku berjalan pelan Dengan masih menjaga jarak agar dia tidak curiga sedang aku ikuti pergerakannya.
Dari arah yang berlawanan aku melihat seorang lelaki yang berjalan cepat setengah berlari menabrak Flora hingga dia terpaksa berbalik arah dan hampir melihat ke arah ku jika saja aku tidak cepat menghindar.
Aku masih bisa melihat Flora yang terpaku melihat ke arah seorang wanita yang berpakaian mencolok yang ku lihat di lorong dekat toilet tadi.
Betapa terkejut nya aku saat meneliti ke arah yang membuat Flora seakan mematung demi melihat wanita tadi. Aku bisa melibat dengan jelas jika wanita itu mengungkap sesuatu dari balik jubah hitamnya. Dia mengarah kan benda berbahaya itu ke arah Flora.
Aku tau jika dia mengincar nyawa istriku.
Siapakah wanita itu ?
Beraninya dia melakukan hal itu kepada wanita yang ku cintai !!
"Princess.. Lari.. Dan selamatkan dirimu" jerit ku dalam hati.
Percuma. Flora tak bergeming sama sekali. Dia memejamkan matanya seolah pasrah.
Apakah dia benar-benar ingin menyerahkan nyawa nya semudah itu?
Replek aku langsung mendekati Flora dan memasang badan di depannya. Aku pikir dengan melihat keberadaan ku di dekat istriku, wanita itu akan mengurung kan niat jahat nya. Aku berjanji akan mengampuni nya jika dia membatalkan niatan busuk nya itu.
Duarrrrrrr
Ku rasa sesuatu berhasil menembus bagian kulit di perut ku. Bisa ku rasa darah segar telah merembes keluar. Ku pengangi perut ku yang terasa sangat sakit.
Seketika lampu di ballroom ini mati total. Kegelapan semakin mencekam.
Duaarrrrrr
Tembakan kedua berhasil menyerang bagian dada ku. Tubuh ku seakan tak mampu lagi berdiri tegak. Aku luruh ke lantai dengan rasa sakit yang teramat sangat.
"Tuhan.. Jika memang saat ini adalah upaya terakhir ku untuk melindungi wanita yang ku sayang, maka aku ikhlas melakukan nya. Meski pun harus mengorbankan nyawa ku. Dan jika ini harus menjadi jalan terbaik untuk aku berpisah dengan Flora, maka ijinkan lah aku melihat cinta di mata indah istriku untuk terakhir kali"
Entah berapa lama aku menunggu Tuhan menjabah keinginan ku.
Disisa kesadaran yang ku miliki bisa ku dengar suara bergetar Flora. Sentuhan lembut nya di wajah ku dan airmata itu telah ikut menetes mengenai kulit ku.
"Jake.. " yaa ini memang suara yang ku rindukan selama ini .
"Jake.. Sadar lah.. Aku mohon. Jangan tinggalkan aku Jake.. "
Aku senang telah merasakan nya kembali berada di dekat ku meski mungkin ini adalah yang terakhir kali.
"Istriku... Flora....Aku mencintai mu .. "
**************
Mungkin kah aku telah meninggalkan dunia fana untuk selamanya?
Rasanya begitu berat saat aku harus meninggalkan istriku yang tercinta.
Tapi jika memang takdir yang di inginkan Tuhan seperti itu adanya untuk ku dan Flora, aku bisa apa?
Tuhan sudah berbaik hati padaku yang telah menjadikan Flora sebagai istriku. Aku sungguh bahagia meski hanya sebentar, setidaknya Tuhan memberikan ku kesempatan untuk berbahagia karena pernah merasa mencintai dan juga di cintai.
"Jake.. " suara itu begitu lembut bagai alunan hembusan angin yang menyegarkan.
Tapi siapa yang memanggilku dengan suara yang begitu lembut?
Aku masih mencari-cari sumber suara itu. Hingga aku sampai di sebuah taman yang begitu sejuk dan rindang. Dapat ku lihat jika seorang wanita cantik dan anggun tengah berdiri di dekat danau kecil dan tersenyum lebar ke arah ku.
"Jake kemarilah .."
Aku begitu terpana dengan wanita itu. Entah mengapa kini aku berjalan ke arah nya yang sudah merentangkan kedua tangan nya seolah dia begitu ingin agar aku memeluk nya.
"Sudah lama sekali. Kenapa baru sekarang kau mengunjungi ku hm" ucap wanita itu yang kini sudah mengelus kepala ku lembut.
Sangat nyaman berada dalam pelukan nya. Sepertinya aku akan betah
berlama-lama berada dalam pelukan wanita ini.
Tapi tunggu dulu.
Apakah sekarang aku sedang mengkhianati istriku?
Secara aku berpelukan dengan wanita lain dan aku begitu menikmatinya.
"Tidak kah kau ingat dengan ibu mu Jake? "
Perkataan wanita ini membuat aku bingung.
Ibu? Bukan kah ibu ku sudah lama meninggal saat aku masih bayi.
"Wajar jika kau tidak mengenali ibu mu karena aku harus meninggalkan mu saat kau masih membutuhkan kehadiran ku. Aku tak kuasa menentang takdir sang maha kuasa. Maaf kan ibu mu ini Jake "
Aku masih mencoba mencerna kata-kata yang di ucapkan wanita yang memeluk ku ini.
" Ibu..? " ucap ku.
" Ya.. Ini ibu Jake.. "
Aku kembali melihat lebih teliti wajah wanita di depanku ini. Dia memang terlihat Seperti ibu ku sewaktu muda. Tapi jika dia memang ibu ku harus nya dia sudah menua seperti hal nya ayah kan...
"Aku memang ibu mu Jake.. Di sini aku tidak akan mengalami penuaan. Aku akan selalu muda seperti pertama kali aku berada di sini"
" Benar kah kau ibu ku? " tanya ku lagi.
Wanita itu mengangguk.
Aku sangat senang bisa melihat ibuku lagi. Merasakan pelukan hangat nya. Sentuhan lembut ibu membuat ku ingin selalu di dekatnya. Bagaimana tidak selama ini aku tak pernah merasakan sedikit saja kasih sayang seorang ibu. Tapi sekarang Tuhan lagi-lagi Tuhan membuat aku senang karena pertemuan kembali dengan ibu ku. Meski aku harus mengalami kematian yang memisahkan ku dengan wanita yang sangat ku cintai.
"Apakah ini takdir? Jika memang demikian , bisa kah aku menentang nya satu kali lagi? "
Aku hanya ingin berada di dekat orang-orang yang ku sayang selamanya tanpa ada kata perpisahan.
Bisakah aku melawan takdir?
"Kau tidak perlu melawan takdir jika semuanya sesuai dengan kehendak ilahi nak" perkataan ibu seolah bisa membaca pikiran ku .
"Benar kah bu? "
"Ya.. Kau beruntung sekali nak. Takdir yang kau inginkan sejalan dengan takdir yang sudah di gariskan Tuhan untukmu. Jadi kau tidak perlu bersusah payah untuk menetang nya agar sesuai dengan ingin mu "
Ucapan ibu sungguh melegakan perasaan ku.
"Tapi mana mungkin aku bisa bahagia dengan takdir yang demikian jika sekarang saja aku telah berada di dunia yang berbeda dengan istriku bu.. " keluh ku manja dengan masih bergelung memeluk ibuku.
"Siapa yang mengatakan jika dunia kalian berbeda? "
Aku kembali bingung dengan perkataan ibu.
"Apa maksud ibu? "
"Kau akan mengerti maksud ku jika sekarang kau buka mata mu dan lihat lah istri mu yang tak pernah lelah menjaga mu "
Aku hanya diam mendengar kata-kata ibu.
"Bangun lah Jake.. Hidup bahagia mu dengan Flora masih panjang" begitu lah kata-kata yang ibu ucapkan sebelum benar-benar hilang dari hadapan ku.
Kini tak ada lagi taman yang indah di sekitar ku. Semua nya memutih dan hampa.
"Ibu..." panggil ku .
Tapi wanita yang ku panggil ibu itu telah lenyap.
"Jake.. Cepat bangun dan lihat lah Flo di sini.. Hiks.. Hiks"
Aku sangat mengenali suara Flora. Istriku sedang bersedih huh.
"Jake.. Flo sudah memaafkan mu.. Cepat lah sadar suami ku.. Hiks.. Hiks "
Aku teringat perkataan ibu jika aku harus membuka mata ku untuk bisa kembali menjalani takdir indah ku dengan Flora. Tapi entah mengapa mata ini begitu berat untuk terbuka dan tubuh ku seakan kaku untuk bisa di gerakkan.
Aku masih terus mencoba dan mencoba. Tapi Tidak lah mudah. Apa yang terjadi?
Ya Tuhan jika memang takdir ku bersama Flora, mudah kan lah jalan nya.
Lirih ku dalam hati.
Perlahan namun pasti akhirnya mata ini bisa terbuka. Cahaya terang begitu menyilaukan hingga aku harus
mengerjap-ngerjap untuk bisa menyesuaikan penglihatan ku.
Bisa ku lihat kini aku sedang berada dalam sebuah ruangan dengan nuansa
putih-putih. Pasti ini di suatu ruangan pada rumah sakit.
Aku sedang berbaring sekarang dengan alat-alat entah apa namanya terpasang pada tubuh ku. Ku lihat jika Flora sedang tertidur dengan bertopang pada sisi ranjang ku dalam posisi duduk.
Kasihan sekali istriku ini.
Aku mencoba menggerakkan tangan ku untuk meraih kepala yang berada di samping tangan ku.
Berat. Dan kaku rasanya.
Perlahan tangan ini berhasil mendarat pelan pada kepala Flora. Mengusap lembut helaian rambut hitamnya.
Ya Tuhan bahkan ku kira aku tak akan lagi bisa menyentuhnya. Tapi lihat lah sekarang, Tuhan memberi ku kesempatan untuk kembali berdekatan dengan istri tercintaku.
Cukup lama aku membelai kepala Flora hingga ku rasa dia mulai terbangun.
Maaf jika aku membangunkan mu princess. Aku hanya tak ingin tubuh mu sakit jika tidur sambil duduk seperti ini
Dan benar saja, dia segera menyadari sentuhan ku. Dia menegakkan tubuhnya dan melihat sayu ke arah ku.
Dia sangat pucat. Apakah dia sakit?
"Jake.. Kau sudah sadar ?"
Aku hanya tersenyum dan dia langsung mengambur memeluk ku.
"Syukur lah jika kau sudah sadar. Kau tau aku sangat khawatir padamu"
Ku lihat air matanya kembali menetes. Tidak banyak. Hanya saja itu mampu untuk membuatku bertanya-tanya.
Harus nya dia senang kan melihat aku sudah sadar, kenapa dia malah menangis?
"Aku terlalu bahagia melihat mu telah kembali Jake, kau tau aku sempat takut jika kau akan pergi dari dunia ini dan meninggalkan ku. Percaya lah Aku tak ingin hal itu terjadi"
Apakah itu tadi air mata kebahagiaan?
Satu hal lagi yang aku masih tidak mengerti dari Flora. Dia meneteskan airmata di saat sedih dan gembira. Sungguh membingungkan bukan...
*****************
2 hari kemudian
Setelah dokter selesai memeriksa ku, aku meminta Flora untuk mengajak ku ke taman rumah sakit.
"Tidak Jake.. Kau harus berbaring dulu dan istirahat . Kau tidak dengar apa yang di katakan dokter huh " ocehnya menolak.
"Princess aku sudah lebih baik sekarang. Aku hanya bosan terus berbaring di sini. Aku perlu melihat pemandangan hijau dan udara segar di taman. Ayolah aku mohon"
Dia menggeleng kuat.
"Tidak Jake.. "
"Ayolah sayang.. Please.. " pinta ku lagi.
"Tidak akan " ucap Flora kesal dan menghilang di balik pintu toilet.
Kini aku sudah duduk di ranjang perawatan ku. Dengan pelan aku melepaskan ventilator yang ku gunakan. Selang infus yang masih menempel di pergelangan tangan ku masih ku biarkan saja.
Perlahan mulai ku turunkan kaki-kaki ku menyentuh lantai yang dingin. Ketika Aku mencoba berjalan, ku lihat jika Flora sudah berada di depan pintu toilet dan memandang ke arah ku dengan terkejut.
"Jake.. Kau ini bendel sekali yaa. Kau masih belum boleh bangun dari ranjang itu huh"
"Aku sudah sembuh sayang.. Tidak kah kau lihat jika aku bisa berdiri tegak sekarang"
Dia mendekat ke arah ku dan memegangi infus ku.
"Jake kenapa ventilator nya kau lepas? Kau masih perlu itu Jake.. "
"Aku tidak nyaman menggunakan nya"
"Tapi Jake.."
Aku segera menarik pelan Flora agar menemani ku ke taman rumah sakit yang tak jauh dari ruang perawatan ku. Kami duduk di bangku taman dan mulai bercerita apa saja seolah saat ini pertama kali kami berjumpa.
Kami sama sekali tidak membahas mengenai masalah rekaman video laknat itu. Dia sama sekali tidak menyinggung hal itu, padahal aku sudah menyiapkan
kata-kata yang mungkin cukup menyakinkan dia. Tapi aku cukup bersyukur karena nya.
Ternyata ada manfaat nya juga aku sempat sekarat dan koma beberapa hari. Lihat lah sekarang tanpa aku membujuk nya untuk kembali, Flora datang sendiri padaku dan tak pernah lagi jauh-jauh dari ku.
Thanks God....
"Princess.. Kau terlihat pucat dan lebih kurus. Apa kau sakit? "
Dia menggeleng sambil tersenyum..
"Flo baik-baik saja" kilah nya.
Tapi aku tau jika dia sedang tidak sehat. Apakah karena dia kelelahan karena terus menjaga ku?
Seketika rasa sesak yang teramat sangat menyakitkan ku rasa di bagian dada ku. Aku hampir tak bisa bernapas dengan normal, seolah pasokan oksigen di taman ini semakin menipis.
Dengan pelan ku hela napas ini tapi bukan nya semakin membaik, rasa perih semakin terasa di bagian dalam dada ku.
Luar biasa sakit. Aku tak bisa merasakan udara mengisi paru-paru ku. Aku seperti orang asma sekarang.
"Jake.. Kau kenapa? " tanya Flora khawatir.
Aku tak tau apa yang terjadi pada diriku. Yang jelas aku perlu udara sekarang.
Ya Tuhan.. Luar biasa sakit.
"Jake.. "
Tubuh ku melemah dan tak bisa terkontrol lagi.
Yaa Tuhan apakah ini kesempatan terakhir yang kau berikan untuk ku bisa melihat dunia.
Yaa Tuhan apakah perpisahan akan semenyakitkan ini. Bukan hanya sakit di dada ku karena tak merasakan oksigen untuk mengisinya , tapi perasaan ku teramat perih jika cara ku berpisah dengan Flora harus dengan cara seperti ini..
Yaa Tuhan.. Aku pasrah kan semua pada mu.. Hidup ku mati ku hanya berserah padamu yaa Rabb..
Note: alat bantu pernapasan.