Chereads / Jake and Flora / Chapter 40 - Shock

Chapter 40 - Shock

FLORA POV

Setelah percintaan pertama kami yang sangat memuaskan itu, entah sudah berapa lama aku telah tertidur dengan sangat nyenyak sambil berpelukan dengan suami ku tercinta Jake.

Rasanya sisa-sisa percintaan itu masih saja terngiang di benak ku bahkan saat aku telah membuka mata.

Masih di ranjang yang sama. Di kamar pribadi Jake yang terhubung dengan ruang kerja kantor pusat Xander Group.

Hal ini tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Aku menolehkan pandangan ku pada sisi ranjang lain tempat Jake berbaring sambil memeluk ku.

Kosong.

Di mana dia ?

Dia selalu saja bangun lebih dulu dari aku.

Kemana Jake ?

Tidak mungkin kan jika dia meninggalkan ku sendiri di kamar ini .

Dengan cepat aku bangkit dari posisi ku berbaring. Dengan pelan aku mencoba untuk turun dari ranjang ini. Tapi ini tidak mudah, bagian di bawah sana masih terasa sakit.  Aku kesulitan bergerak sekarang. 

" Sudah bangun sayang.. " ucap Jake yang sudah ada di kamar ini.  Dia sudah tampan dengan pakaian santai yang melekat di tubuh nya. 

"Kau yakin bisa bangun sendiri? "tanya nya yang sudah berdiri di sisi tempat tidur. 

"Yaa.  Flo bi.bisa" ucap ku tak yakin. 

Karena nyata nya sekarang tubuhku sangat kaku untuk di gerakkan.  Apalagi di bawah sana masih sakit.  Bukan hanya itu rasanya seluruh tubuh ku masih sangat lelah.

Bagaimana tidak , percintaan yang pertama antara aku dan Jake tadi sangat luar biasa menguras emosi dan energi.  Rasanya seluruh badan ku sudah sangat lengket sekarang.  Aku perlu mandi. 

"kau yakin bisa ? " tanya Jake lagi. 

Aku mengangguk dan memegangi selimut yang sekarang membungkus tubuh polos ku.  Aku mulai menjejakkan kaki ku pada lantai marmer itu.  No bad lah.  Aku mulai melangkah pelan dan.. 

"Aaaakkhhhhh.." aku meringis sambil memegangi selimut yang hampir melorot. 

"Princess..  Kenapa tidak kau katakan saja jika masih sakit huh"

Dengan cepat Jake menyibak selimut itu dari tubuhku.  Kini aku sudah telanjang bulat di hadapannya. 

Ohh aku sangat malu.  Yaa walaupun dia sudah melihat semuanya tetap saja aku bersemu memerah. 

Dapat ku rasa tubuh mungil ku telah terangkat ke udara.  Siapa lagi pelaku nya jika bukan suami ku, Jake.  Dia menggendong ku memasuki kamar mandi.

Deraian air shower yang hangat itu

benar-benar ampuh untuk menenangkan bagian tubuh ku yang sempat tegang dan kaku. 

Kegiatan mandi bersama ini terjadi lagi.  Setelah beberapa minggu aku sempat merasa kehilangan sosok Jake. 

Percayalah jika aku sangat bahagia sekarang.  Aku merasa telah menjadi istri sesungguhnya.  Dimana aku benar-benar merasa memiliki Jake. Semua impian dalam fantasi ku telah menjadi nyata dengan penyatuan ini. 

I will always love you, Jake. . .

*****************

Kini aku sudah selesai mandi dan berpakaian baru yang sudah tersedia di dalam kamar ini.  Lagi.  Jake merepotkan Daisy untuk pergi ke Mall dan membelikan ku dress ,bra juga g-string. 

Tidak perlu di tanyakan lagi jika ukuran nya selalu pas d tubuhku. Jake seperti sudah hafal semua mengenai ukuran ku.  Berbeda sekali dengan diriku yang hanya sedikit mengetahui tentang lelaki yang kini menjadi suamiku itu. 

"Kau sudah selesai " ucap Jake yang baru saja masuk ke dalam kamar. 

Aku mengangguk.  Dan dia berjalan mendekati ku sambil tersenyum sangat manis.

Dia sedikit membungkukkan badan nya di depan ku sebelum mendekatkam wajah nya ke arah ku. 

"Kau kelihatan sudah segar sekarang,  apakah masih sakit? " tanya Jake kembali mengingatkan ku pada percintaan panas kami yang pertama kalinya itu.  Aku langsung bersemu merah. 

Aku menggeleng.  Meski kenyataan nya aku masih merasa perih di bawah sana. 

"Bagus lah kalau begitu" ucap Jake sebelum mendaratkan kecupan singkat pada bibir ku. 

Manis dan hangat.

"Kau tau.  Aku sangat suka melihat rona merah di wajah mu.  Kau terlihat berkali lipat lebih cantik dan..  Menggoda" bisik Jake terdengar sensual.

Aku jadi salah tingkah karenanya. 

"Ayo kita makan malam. Aku tau kau sangat lapar apalagi setelah kegiatan indah tadi" ucap Jake mengingatkan ku pada setiap kenikmatan yang dia berikan. 

Ohh aku jadi menginginkan nya lagi.  Dan lagi.

Apakah kadar kemesuman ku sudah meningkat?

Uhh ini sungguh tidak benar. 

"Jake kita akan makan di mana? "

"Di atas.. " jawab Jake singkat.

"Bukan kah di sini adalah lantai tertinggi bangunan ini Jake? "

Dia menggeleng.  Ketika Jake akan kembali bicara smartphone nya berdering. Seperti nya itu panggilan penting.

"Lihat lah pintu di sudut sana. Buka lah.  Ada tangga yang akan mengantarkan mu ke atap bangunan ini " ucap Jake sebelum mengangkat panggilan masuknya. 

Dengan pelan aku berjalan ke arah yang di tunjukkan Jake. Ini tidak lah mudah bagiku,  bagaimana tidak aku masih merasa tak nyaman di bawah sana.  Dan juga entah mengapa cara berjalan ku belum bisa sempurna.  Tidak bisa seanggun biasanya. 

Ketika aku akan meraih knop pintu itu tiba-tiba tubuh ku merasa melayang di udara.

"Jake turun kan aku..  Aku bisa jalan sendiri" rengek ku ketika dia mulai membuka pintu itu.  Dan benar saja ada tangga di sana.

"Ssttt..  Cara berjalan mu tidak  enak di lihat.  Seharusnya Kau tidak perlu berbohong padaku, katakan saja jika kau masih merasa tak nyaman di bagian 'itu'..  "

Ucapan Jake sontak membuat ku terdiam.  Lagi . Jake selalu tau tentang diriku. 

Tangga ini mengantarkan aku dan Jake di atap terbuka pada bangunan tertinggi kantor pusat Xander Group. 

Di tengah atap ini terdapat sebuah meja dan dua kursi yang telah di hias sedemikian indah. Di sekeliling meja di pasangi lilin-lilin indah. 

Di sekeliling pagar atap ini telah di terangi dengan lampu hias beraneka warna kerlap kerlip.

"wahhhhh" aku takjub dengan semua ini.

Romantic dinner  . Yeyyyy

Dari atas sini bisa terlihat pemandangan Kota New York di  malam hari yang indah.  Di seberang nan jauh di sana terlihat lah patung liberty seolah menyapa kami.

"Apa kau menyukai nya? "

"Aku sangat menyukai nya.  Terimakasih Jake..  "

Aku langsung menghambur ke pelukan Jake saking senang nya. 

"Bahkan hal sederhana seperti ini saja sudah membuat mu senang princess? "

Aku mengangguk. 

Dan mengajak Jake mendekati meja makan.

" Aku lapar.. " ucap ku tanpa malu. 

Jake sempat terkekeh mendengar perkataan ku. 

Dia menjentikkan jarinya ke atas. Dan datang lah dua orang Maid yang membawakan makanan ke meja kami. 

Aku mengenali dua orang Maid ini.  Mereka adalah pekerja di Mansion Jake.  Suami ku ini pasti merepotkan mereka juga untuk semua ini. 

Makan malam ini di temani dengan music lembut dari alat music biola yang di mainkan oleh  seorang lelaki.  Kondrad. Aku baru tau jika dia bisa memainkan biola seindah itu. 

"Kau pasti merepotkan banyak orang lagi untuk makan malam romantis ini" ucap ku saat kami selesai makan malam. 

"Tidak masalah princess.  Aku telah membayar mahal mereka untuk semua itu" ucap Jake seolah tak masalah jika mengeluarkan banyak uangnya hanya untuk menyenangkan perasaan ku. 

Aku tau suamiku itu kaya. Entah berapa banyak uang yang dia miliki,  tapi aku kurang suka jika dia melakukan pemborosan.

"Awwww.. Princess kenapa kau mencubit ku huh"

Aku hanya terkikik geli melihat ekspresi kesakitan nya saat tangan jahil ku mencubit nya di bagian perut. 

" Itu karena kau boros"

"Bukan kah kau menyukainya hmm" godanya lagi.

Yaa aku memang menyukai nya. Semua yang dia lakukan untukku.  Meski terkadang sedikit berlebihan, tapi aku tau dia benar-benar tulus menyenangkan hati ku.  Hingga aku benar-benar terlarut dalam perasaan ini.  Suatu perasaan yang entah sejak kapan tumbuh dan berkembang. 

Malam ini aku dan Jake menikmati suasana malam di atas atap ini sambil memandang bintang dan bulan. Banyak yang kami bicarakan di sini.  Termasuk tentang Devani dan juga dua sahabat terdekat Jake lainnya.

Mereka berempat sahabat.  Jake lebih dekat dengan Philip dan juga Devina saudara kembar Devani.  Tapi tidak dengan Devani yang dari dulu terobsesi memiliki Jake.  Suami ku itu tidak menceritakan alasan mengapa hubungan nya dengan Devani renggang bahkan terkesan seperti musuh.  Dan jujur saja aku jadi semakin penasaran. 

Setelah puas berbicara dari hati ke hati dengan Jake,  kami memutuskan untuk kembali ke kamar dan tidur. 

Rencananya besok pagi kami akan kembali pulang ke Mansion.  Karena besok adalah hari minggu jadi Jake ingin istirahat sejenak dari rutinitasnya mengurusi pekerjaan yang tak pernah ada habis nya. 

Aku sangat bersyukur keadaan sudah lebih baik. Aku berharap hubungan ku dengan Jake akan baik-baik saja.

Semoga...

*************

Pagi itu setelah aku dan Jake selesai pada ritual mandi bersama, Jake mengajak ku meninggalkan kawasan Kantor pusat  Xander Group yang tidak terlihat ada kegiatan.

"Bukan kah ini hari minggu?   kantor mu tutup?  " tanya ku. 

"Memang seharusnya begitu" jawab nya santai. 

"Lantas kenapa beberapa minggu ini kau menghindariku ? Bahkan di hari libur sekalipun . Kemana saja kau? "

"Sudah lah princess,  sepagi ini jangan membahas tentang masalah itu. Oke "

"Kenapa Jake? "

"Sekarang bukan saat yang tepat " ucap nya sambil membukakan ku pintu mobil.

Aku menurut saja dan duduk di bangku sebelah kemudi.  Dengan cepat dia mengitari mobil ini. Kini dia sudah duduk tenang di balik kemudi.  Tatapan nya fokus melihat jalanan di depan nya. 

Tidak ada percakapan apapun.  Kami saling diam dan seperti nya hanya aku yang sedang sibuk dengan pemikiran ku yang ingin tahu lebih banyak tentang Jake. 

Jake menghentikan mobil ini di pada halaman sebuah Cafe dekat taman yang sangat ingin aku datangi dari hari pertama aku kembali ke New York.

Aku dan Jake makan pagi di cafe itu masih dalam suasana hening.  Bukan cafe itu sedang sepi. Hanya saja antara aku dan Jake sama-sama diam menikmati makanan yang tersaji di meja. 

"Ayo ikut aku " ucap Jake saat kami telah menghabiskan makanan pesanan kami. 

Akhirnya dia bicara juga.

"Kemana? "

Jake tak menjawab pertanyaan ku.  Dia meraih tangan ku di genggaman tangan kokohnya.  Mau tak mau aku mengikutinya hingga kini kami telah berada di tengah taman.

"Kau ingat tempat ini ? " ucap Jake sambil menatap ku. 

"Tentu saja.  Aku sering ke taman ini.  Aku biasa main pasir dan juga ayunan bersama Catty di sana " tunjukkku pada tempat yang tidak berubah meski telah lama tidak ku datangi. 

Meski ayunan dan bangku taman terlihat telah tua tapi tetap terawat.

"Kau yakin hanya itu ? "

Aku mengangguk.  Dan terlihat lah raut kekecewaan pada wajah suami ku itu. 

"Kenapa? "

Dia menggeleng.  Dan berjalan lebih cepat di depan ku.

Apa dia marah pada ku  ? Tapi kenapa? 

Akhirnya aku berjalan cepat di belakang nya sambil berusaha menyesuaikan dengan langkah nya yang lebar. 

Ketika kami telah sampai di jembatan kecil di tengah taman,  aku merasa deja vu .

"Jake..  " ucap ku terengah-engah. 

Padahal hanya berjalan tapi aku merasa lelah sekali karena mengikuti Jake.

Aku berjongkok lelah di tengah jembatan.  Dapat ku lihat jika Jake telah berada di depan ku.  Dia berdiri saja dan hanya melihat ku kelelahan.

Aku mendongak melihat ke arah nya yang hanya menatap.

"Jake..  Gendong.. " pinta ku manja. 

Ckckckckck

Dia berdecak sebelum berjongkok di hadapan ku. 

"Lelah princess?  "  dia tersenyum  miring menatap ku.

"Kenapa kau tersenyum  seperti itu huh? " gerutu ku kesal.

Jujur dia sangat keren jika melakukan hal itu. 

Dia terkekeh. Uhhh kekehan nya sangat seksi. 

Sejenak padangan kami saling bertemu.  Mata sebiru laut itu seolah menenggelamkan ku lagi ke dalam pesonanya.  Aku merasa deja vu. Aku pernah mengalami hal ini.  Yaa meski samar.  Tapi aku berhasil mengingat nya pelan-pelan. 

"Kau baru saja mengingat nya huh" gerutu Jake sebelum mengangkat tubuh ku udara. 

Yaa aku telah mengingatnya.  Awal pertemuan ku dengan Jake di tengah jembatan ini.    Dan semenjak itu aku menjadikan Jake sebagai tokoh pangeran dalam fantasi ku dan itu berlangsung hingga aku beranjak ke usia remaja.

"Maaf.  Kau tau aku baru sembuh dari amnesia" kilah  ku. 

"No problem princess.  Yang penting sekarang kau tidak boleh  lupa setiap detik kebersamaan kita"

"Tunggu dulu...  Kau..  Kau ingat semua?  " ucap Jake senang saat dia telah menurunkan ku pada bangku taman di bawah pohon maple.

Aku mengangguk.

"Kenapa tidak memberitahuku huh. Kau tau aku selalu khawatir pada mu setiap detik nya " ucap Jake terlihat gemas kepada ku. 

Aku hanya tertawa geli melihat ekspresi wajah nya sekarang. 

******************

Setelah menghabiskan waktu beberapa saat di taman kenangan itu, Jake mengajak ku untuk kembali ke Mansion. 

Jake membukakan pintu mobil untuk ku dan dia tidak membiarkan aku berjalan memasuki Mansion.  Dia menggendongku. 

"Jake turun kan aku.  Kau tidak lihat banyak orang  yang memperhatikan kita " ucap ku malu memprotes perlakuan nya yang terkesan berlebihan ini.

Jujur aku menyukai nya.

Dia sangat so sweet .

"Biar saja.  Tidak ada larangan untuk ku terlihat mesra dengan istriku" ucap Jake santai.

Saat kami akan memasuki teras,  Devani telah muncul dari balik pintu. Dia terlihat terkejut melihat kedatangan ku dan Jake yang terlihat kembali mesra.

Tanpa menghiraukan wanita itu Jake tetap membawa ku masuk hingga sampai di kamar kami.  Dia merebahkan ku pada ranjang dan dia langsung memeluk ku dengan posesif. 

"Jake.."

"Hmm"

"Ahh tidak.. "

"Tidur lah princess.  Nanti kita bangun saat jam makan siang oke? " ucap nya yang telah memejamkam mata.

"Aku tidak mengantuk Jake.. "

"Kalau begitu temani aku tidur di sini.  Kau tidak boleh kemana-mana"

"Jake.. "

"Tidurlah princess. Kau perlu istirahat.  Siapa tau di dalam sini benih ku sudah mulai tumbuh. Kau tidak boleh terlalu lelah" ucap Jake memegang bagian perut ku. 

"Kita baru sekali melakukan nya Jake.  Mana mungkin Flo bisa hamil secepat itu. Lagipula usia Flo masih 18 tahun lebih sedikit.  Aku tidak bisa bayangkan jika aku harus memiliki anak bahkan usia ku belum genap 20 tahun"

Ucapan ku sontak membuat Jake kembali membuka matanya. 

"Apa kau tidak menginginkan nya? "

"Bu.bukan seperti itu.  Hanya saja, apakah tidak terlalu cepat. Flo masih terlalu muda untuk menjadi ibu "

Dapat ku rasakan hembusan napas berat dari Jake. 

"Lagipula Flo masih harus kuliah Jake.. "

Aku tak lagi bisa melanjutkan kata-kataku saat dia telah melumat bibir ku lembut.  Hanya sebentar Sebelum dia kembali berkata-kata.

"Kau mungkin terlalu muda untuk hamil dan mengandung anak-anak ku. Tapi tidak kah kau lihat aku. Harus kah aku menjadi setua ayah ku untuk menunggu mu siap hamil? "

Aku baru sadar jika suami ku ini adalah lelaki dewasa yang memiliki jarak usia 12 tahun di atas ku. Sudah sepantasnya dia menginginkan anak dari pernikahan ini.  Yaa anak.  Yang akan menjadi pengikat yang lebih erat pada hubungan ini. 

"Saat itu kau pantas di panggil kakek bukan daddy" ucap ku membuat Jake mendengus kesal. 

Hening sesaat. 

"Tapi jika Tuhan menitipkan kepercayaan kepada kita secepat itu,  maka Flo akan terima dengan senang hati"

"Sungguh  kah itu sayang? "

Aku mengangguk. Dia kembali memeluk ku dengan sayang.

"Aku ingin kita memiliki bayi secepat nya.  Kau tidak perlu khawatir dengan kuliah mu.  Kau akan tetap ku perbolehkan untuk itu.  Tapi di saat kehamilan mu sudah membesar nantinya kau harus cuti sampai masa kelahiran tiba"

"Benar kah? "

"Ya tentu saja"

"Jake..  Flo tidak memiliki pengalaman mengurus bayi.. "

"Tidak masalah.  Kita akan mengurusnya bersama. Lagipula ada banyak Maid wanita di Mansion ini yang bisa  di mintai tolong untuk itu"

Aku tersenyum puas mendengar ucapan Jake. 

Bayi.. Yaa bayi..  Entah mengapa aku jadi benar-benar menginginkan nya.

*******************

Lima minggu kemudian

Semua nya terasa jauh lebih indah lagi.  Jake tidak pernah lagi menghindariku.  Bahkan kini kami saling dekat satu sama lain dalam artian lebih intim dalam berhubungan. Yaa hampir tiap hari dan tiap saat kami melakukan nya.  Jika tempat dan suasana mendukung.

Jake benar-benar  serius pada perkataan nya jika dia ingin kami segera memiliki bayi. Katanya dia ingin memiliki anak yang banyak dari ku. Aku tak masalah akan hal itu karena aku juga menginginkan nya. 

"Shhhh Jake..  Jangan sekarang.. " ucap ku mencegah Jake agar tak semakin memancing gairah ku. 

"Kenapa ? Aku sudah tidak tahan sayang..  Aku ingin segera memasuki mu"

Aku menggeleng. 

"Kau harus segera ke kantor Jake.  Dan Flo juga harus kuliah.. "

Jake menggeram tapi dia tetap tak melepaskan cumbuan nya pada diriku.  Tangan jahilnya sudah membuka kancing kemeja ku dan dengan cepat menemukan dua gunungan ku di dadaku yang masih terbungkus bra.

"Terlihat montok dan menggoda huh.. Ijinkan aku mendakinya"

Ucap Jake yang kemudian meremas nya agak keras. 

"Akkhhhh Jake..  Sakit.. "

Dia terkekeh .

Dia menghentikan kegiatan jahil tangan nya. Ku pikir dia akan mengakhiri cumbuan paginya.  Tapi tidak,  dia malah kembali menciumi bibirku hingga aku hampir kehabisan napas dan berpikir ingin bolos kuliah saja. 

Sialan.  Aku mengingin kan Jake sekarang.

Tapi.. 

Dia segera menggendong ku dan merebahkan ku pada ranjang kami. 

" Princess aku ingin morning sex sebelum kau dan aku sibuk dengan urusan kita di luar sana.  Aku janji hanya sekali saja.. " pinta Jake penuh harap. 

Jika aku mengijinkan, sudah bisa di pastikan jika aku akan berakhir dengan bolos kuliah dan dia akan pergi ke kantor di siang hari. Karena kami akan bercinta sampai kami benar-benar merasa puas. 

"Maaf Jake..  Tidak bisa.  Tadi aku baru saja dapat plek merah.  Kita tidak mungkin  bercinta saat aku sedang haid" ucap ku seketika membuat Jake sangat kecewa. 

Dia segera bangkit dari atas tubuhku. 

"Ya sudah.  Segera rapikan penampilan mu"

Dia segera menuju pintu keluar. 

"Berapa lama periode mu ? " tanya lagi dengan masih memunggungi ku. 

"Mungkin seminggu atau 10 hari hari.. " ucap ku ragu. 

Dia segera menghilang di balik pintu.

Aku tau dia kecewa.  Dan aku pun demikian . Tapi mau bagaimana lagi ini memang bukan saat yang tepat. 

Maafkan Flo suami ku.

***********

"Jake..  Pulang dari kulih nanti Flo mau ke mall apakah boleh? " ucap ku saat mobil yang di kemudikan Jake berhenti di depan Kampus ku. 

"Ya.  Tapi kau harus di ikuti Mita dan Empat bodyguard ku"

"Makasih Jake..  " ucap ku senang. 

Cup

Aku memberikan kecupan manja pada pipi nya.

"Jika kau tak sibuk, nanti temui aku di Mall ya.. Kita bisa nonton film romantis disana. Kita tidak pernah melakukan  hal itu sebelumnya Jake"

Jake hanya tersenyum.

"Aku tidak bisa janji princess"

Aku sedikit kecewa dengan ucapan Jake. Aku mengerti bagaimana sibuknya dia saat ini.  Dan aku harus bisa mengerti itu. 

**************

Sepulang kuliah aku mengajak Sisilya untuk pergi ke Mall rencananya kami akan shopping dan sekalian ke bioskop karena ada Film bagus yang baru tayang. 

Seperti biasa Mita dan empat bodyguard lelaki selalu mengikuti kami kemana pun sampai aku jengah sendiri merasa tak enak di tatap orang-orang sekitar. 

"Kita ke bioskop dulu ya si.. Setelah itu baru kita shopping dan makan. Setelah itu ku antar kau pulang" ucap ku.

Sisilya hanya mengikuti saja karena dia yang paling bersemangat untuk menonton film. 

Ketika kami sampai di bioskop,  entah mengapa suasana nya  begitu sepi. Tidak ada orang-orang. Hanya ada penjaga tiket saja itu pun terlihat aneh.

"Aneh.  Biasanya bioskop selalu ramai" oceh Sisilya sama dengan pemikiran ku.

"Ahh mungkin saja mereka sedang di dalam studio. Lagipula ini kan sudah jam tayang nya sesuai jadwal yang tertera di layar itu " sambung Sisilya lagi. 

Cukup masuk akal tapi entah mengapa aku merasa ada yang ganjil di sini.

"Film yang kita tunggu akan tayang 10 menit lagi.  Ini dua tiket terakhir  loh Flo"

"Ohh itu bagus.  Kita akan bisa nonton berdua tanpa pengawasan mereka " sindir ku pada Mita dan empat bodyguard lelaki yang selalu mengikuti kami. 

"Flo mau ke toilet sebentar ya " ucap ku berjalan cepat ke arah toilet berada.

" Tunggu.  Aku juga ikut.." ucap Sisilya yang mengekori ku dari belakang. 

Mita tetap mengikuti kami hingga masuk ke dalam toilet . Sedang kan empat bodyguard lain menunggu di luar. 

Aku segera masuk ke bilik ujung yang terbuka.  Aku segera mengecek pembalut yang ku gunakan.  Masih bersih.  Tidak ada darah lagi.  Aku merasa aneh. Biasanya di hari pertama aku menstruasi akan ada banyak darah yang keluar. 

Tapi sekarang ?  Entah lah.

Lamunan ku seakan buyar saat ku dengar grasak grusuk di luar sana. Aku pun segera merapikan diriku.  Dan dengan cepat keluar dari bilik toilet yang ku gunakan. 

Tidak ada Mita ataupun Silsilya di toilet ini.  Semua pintu bilik toilet terbuka lebar. Seketika aku merasa benar-benar perlu waspada. Aku segera mencuci tangan ku pada kran air dengan cepat.  Ku lihat penampilan ku di kaca masih terlihat rapih. 

"Nyonya..  Apa anda sudah selesai? "

Aku sangat terkejut ketika melihat seorang lelaki berpakaian serba hitam seperti bodyguard ku ada di dalam toilet ini. 

Dia bukan lah bodyguard  yang biasa menjaga ku. 

"Siapa kau?  Kenapa kau masuk ke sini ? "

"Saya hanya mengikuti perintah tuan.. "

Aku menatap nya penuh curiga.  Aku merasa ada yang tidak beres. 

"Mana Mita dan Sisilya? "

"Mereka sudah lebih dulu masuk ke dalam studio bioskop "

Ucapan lelaki ini jelas terdengar janggal.  Karena tiket yang tersisa hanya dua saja cukup untuk aku dan juga Sisilya.  Tapi dia bilang Mita juga masuk ke dalam studio bioskop. Dia jelas sedang berbohong. 

Aku segera berlalu dari lelaki di depan ku.  Ketika aku keluar dari toilet ini,  tidak ada lagi empat bodyguard lelaki yang ku kenal. Mereka telah tergantikan dengan dengan orang-orang yang jumlahnya lebih banyak dan wajah nya terasa asing bagiku. 

"Siapa kalian semua" bentak ku pada mereka yang diam saja. 

Tak mendapat jawaban apa-apa aku pun berjalan cepat mencari-cari keberadaan Mita,Sisilya dan empat bodyguard ku tapi di sini tidak ada siapapun.  Bahkan petugas biokop pun tidak ada.  Sepi.  Hanya ada aku dan mereka. 

Aku tau ini bahaya.  Saat ku lihat pintu keluar di depan sana, dengan cepat ku langkahkan kaki ku agar cepat keluar dari bioskop aneh ini.  Tapi entah mengapa langkah ku terhenti saat ku rasa tubuh ku di sergap dari belakang. Seketika itu juga kegelapan telah menguasai ku.

"Jake tolong Flo.. " lirih ku sebelum kesadaran ku benar-benar hilang. 

*************

Aku membuka mata ku pelan.  Dan betapa terkejutnya aku saat aku menyadari jika kini aku sedang berada di dalam studio bioskop. Tapi hanya aku sendiri di sini. Aku duduk terikat di kursi tengah dalam keremangan. 

Apa-apaan ini..!!

Seketika layar di depan ku sudah terkembang melebar dan menampilkan suatu gambar. 

"Selamat menikmati tayangan ini nyonya Xander junior "

Seperti itu lah tulisan yang tertera di layar besar itu. 

Beberapa saat kemudian layar itu menampilkan tayangan yang hampir membuat ku serangan jantung saat itu juga. 

Tes

Tes

Airmata ini langsung turun dengan derasnya tanpa bisa ku bendung.

Luar biasa sakit. Dan hati ku langsung remuk seketika. 

Benar kah yang ku lihat ?

Apakah ini kenyataan? 

Di sana Jake dan Devani sedang berhubungan badan dengan sangat intim. 

"Ahhh fuck..  Uhh baby... Ahhh..  Ahhh"

"Hentikan.. !!!"

Teriak ku keras. Tapi tayangan di depan ku masih terus berlanjut bahkan dengan adegan yang lebih dari hot. 

"Yeahh baby..  Ahhh..  Uhhh...  Faster..  Ahh....ahhhhhhhh "

Aku hanya bisa menangis dan menutup mata.  Hanya ini yang bisa ku lakukan sekarang.  Tangan dan kaki ku terikat kuat.  Aku tak bisa menutup telinga saat desahan menjijikan itu menggema di ruangan bioskop ini.  Aku tak bisa lari dan meninggalkan tempat terkutuk ini untuk menghindari pemandangan menjijikan di depan ku. 

Akhirnya aku hanya pasrah hingga tayangan itu berakhir.  Dan tempat ini menjadi terang kembali.

Seorang wanita tiba-tiba muncul dari suatu pintu. Dia mendekat ke arah ku dan duduk di dekat ku. 

"Haii Flo.."

Aku langsung membuang muka tak ingin melihat dia. 

"Bagaimana menurut mu tayangan tadi ? "

Aku hanya diam tak menggubris kata-katanya.  Rasanya sekarang aku tak lagi mampu bersuara.  Aku terlalu sakit. 

"Aku hanya ingin kau melihat sejauh mana hubungan ku dengan Jake. Kami saling mencintai.  Kau harus tau itu.  Kami selalu bercinta dengan sangat panas hingga kami memiliki Queen"

Yaa Tuhan adakah yang lebih sakit dari ini.  Aku hampir tak sanggup lagi bertahan.  Rasa nya aku ingin mati saja. 

" Aku harap kau bisa sadar diri.  Tinggalkan Jake. Jangan kau bebani Jake dengan dirimu.  Aku tau sekarang Jake hanya bimbang dalam memilih antara kau atau aku dan Queen"

Tuhan.  Ambil nyawa ku sekarang. Aku mohon. 

"Aku sarankan kau tinggalkan saja Jake.  Sebelum kau yang di tinggalkan " ucap Devani yang kini membantu melepaskan semua ikatan yang membelenggu kedua tangan dan kaki-kaki ku. 

Mengapa ?

Di saat aku berada di puncak rasa cinta justru kenyataan memaksa ku untuk terhempas ke dasar jurang kekecewaan.

Flo harus seperti apa Tuhan?? 

Haruskah aku berdamai pada kenyataan yang tak pernah adil ini? 

Haruskah aku melepaskan Jake yang ku cintai disaat kami baru saja memulai berumah tangga.. 

*************

AUTHOR POV

Sementara itu di suatu gudang dekat toilet bioskop.  Mita,  Sisilya dan empat bodyguard sedang terkunci dengan keadaan terikat.  Bukan hanya mereka tapi semua pekerja bioskop juga terikat di tempat yang sama. 

Reinhard lagi-lagi merancang semua scenario itu.  Dia memerintahkan banyak anak buahnya menyamar dengan berpakaian serba hitam seperti anak buah Jake yang lain untuk mengelabui semua orang.

Mereka juga menyabotase seluruh bioskop hingga terlihat tutup dan tidak ada satu pun orang yang datang ke sana.  Anak buah nya yang terampil juga sudah membuat cctv tidak berfungsi alhasil pekerjaan mereka bisa dikatakan sangat rapih.

Bukan hanya  itu anak buah Reinhard juga berhasil masuk ke bagian dalam pemutaran film. Hingga berhasil membuat tayangan yang sukses membuat Flora menjerit histeris melihat nya. 

Bukan anak buah Jake dan Mita tidak melakukan perlawanan saat mengetahui ketidakberesan waktu itu.  Seberapa besar perlawanan mereka tetap tak bisa mengimbangi  jumlah musuh yang jauh lebih banyak.

Alhasil di sini lah mereka.  Saling berdempetan di ruang gelap dan pengap saling berbagi udara yang menipis. 

"Kalian bodoh sekali " maki Mita saat dirinya telah berhasil melepaskan diri dari tali yang mengikat nya.  Beruntung dia membawa pisau lipat yang terselip di balik kaos kakinya ternyata berguna juga sekarang. 

Dia membantu yang lain nya melepaskan diri dan memikirkan cara untuk keluar dari gudang itu.  Tidak lah mudah untuk bisa lolos karena di luar sana ada beberapa orang yang menjaga.

"Sekarang bagaimana cara kita keluar dari tempat ini? " tanya Mita.

Di sisi lain otaknya tengah berpikir bagaimana caranya bisa keluar dari tempat sempit dan gelap itu.  Di sisi lain dia sangat mengkhawatirkan keadaan Flora,  majikan yang sangat di sayangi nya seperti anak sendiri. 

"Mereka pergi" kata salah seorang petugas bioskop. 

"Dari mana kau tau? " tanya Mita sangsi. 

"Lihat saja jika tidak percaya" ucap petugas bioskop yang berdiri di depan pintu. 

Dia menggeser tubuhnya agar lubang kaca pada pintu gudang itu terlihat. 

Dan benar.  Dari balik lubang kaca itu Mita melihat di luar sana sudah tidak ada lagi  penjahat yang berjaga. 

"Bagaimana kita bisa keluar dari sini?  Pintu nya di kunci dari luar " ucap Mita.

"Dobrak saja!! " ucap salah satu petugas wanita yang juga bekerja di bioskop itu. 

"Jangan..  Nanti pintu nya rusak dan itu akan memberatkan pada biaya perbaikan"

"Kau pikir aku perduli dengan semua itu. Aku mau keluar dari tempat ini " rengek wanita itu kemudian menangis. 

"Berani nya kau bicara seperti itu pada ku.

Aku ini senior mu.. Dan bla bla bla

Perdebatan hebat antara senior dan junior pun membuat suasana tambah runyam. 

"Diam..!!!! " teriak Mita menggelegar. 

"Mr. Xander junior akan bayar kerugian yang di akibatkan dari pengrusakan kali ini.  Heii kalian berempat, cepat dobrak yang kuat pintu sialan itu" perintah Mita kepada empat bodyguard lelaki itu membuat semua yang berada di tempat itu terdiam. 

"Apakah perkataan mu benar bisa di pegang tuan? " tanya petugas senior itu. 

Mita menggeram kesal karena ada yang mengira dia adalah lelaki.  Mungkin karena penampilan luar nya .

"Diam kau!! " bentak Mita seketika. 

"Cepat dobrak!! "

1

2

3

Brakkkk

"Ahhh pintu nya?? " lirih petugas senior di bioskop itu. 

"Kirim saja semua tagihan perbaikan nya ke kantor pusat Xander Group " ucap Mita sebelum pergi bersama empat bodyguard lelaki itu. 

************

"Cari nyonya Flora ke seluruh tempat.  Cepat.. !!" perintah Mita kepada ke empat bodyguard. 

Tetapi belum sempat mereka berpencar,  Flora telah terlihat di ujung lorong dan sedang berjalan ke arah Mita.

"Nyonya Flo..  " kata Mita berlari mendekati Flora yang terlihat sangat kacau. 

"Nyonya..  Anda tidak apa-apa? "

Flora hanya diam dan terus berjalan dengan langkah gontai. Dan seketika tubuh nya tak lagi bisa berdiri tegak seluruh kesadaran nya seolah terengut paksa. 

Jika mencintai akan sesakit ini apakah kematian jauh lebih indah ??