Chereads / Mencintaimu Dalam Diam / Chapter 49 - Chapter 48

Chapter 49 - Chapter 48

Suara petir yang menyambar terdengar di langit diiringi hujan lebat yang turun di kota Bali. Arvino masih menyediri didalam kamar setelah tadi sore ia marah dengan Aiza. 

Waktu menujukkan pukul 20.00 hingga getaran yang berasal dari ponselnya pun terasa di saku celana jeans nya. Arvino segera menerimanya ketika Bunda Ayu menelponnya.

"Asalamualaikum. Halo Bunda?"

"Wa'alaikumussalam. Arvino kamu apa kabar? Bunda kangen. Oleh-oleh titipan Bunda sudah di beli?."

Arvino menghela napasnya. Arvino tersenyum miris. Apakah Bundanya itu lebih kangen dengan oleh-oleh ketimbang dirinya?

"Alhamdulillah sudah Bun."

"Alhamdulillah deh. Aiza ada? Bunda kangen sama mantu Bunda yang pemalu itu."

"Em.." Dan Arvino merutuki kebodohannya kalau saat ini ia dan Aiza sedang tidak baik-baik saja. Suara helaan napas Ayu terdengar. Sudah tidak salah lagi. Pasti ada hal yang tidak beres saat ini mengingat 30 menit yang lalu tanpa Arvino ketahui Bundanya itu mengubungi Aiza secara langsung.

"Tu kan bener dugaan Bunda."

Arvino tergagap. "Ma-maksud Bunda?"

"Sudah deh jangan sok pura-pura tidak tahu! Kamu lagi ada masalah sama Aiza kan?"

"E-enggak Bun. Vino-"

"Apa!?" Ayu menaikkan nada suaranya. Wajar saja kalau Bundanya itu marah dengan kelakuan putranya saat ini. "Kalau kamu lagi tidak marahan sama Aiza coba beri ponsel kamu sama dia. Bunda mau bicara sebentar."

Arvino menggaruk tengkuk kepalanya. Sekarang ia kelabakan dan bingung harus berbuat apa. Terlebih saat ini ia tidak berani berbohong kepada seorang ibu yang sudah melahirkannya.

"Astaga, Vino-vino." Ayu menghela napasnya dengan gusar. "Kalau kamu lagi ada masalah sama istri kamu lebih baik kamu tanyakan saja baik-baik. Jangan main marah begitu saja.!"

"Em i-itu Vino bisa jelasin-"

"Jelasin bagaimana? Apakah kamu pantas memarahi istri kamu tanpa alasan yang jelas?

"Bun-"

"Kalian itu baru menikah! Kamu tidak sadar ya bagaimana perasaan Aiza selama ini menuggu kamu? Tiga tahun lagi. Terus kamu peka tidak kalau selama ini dia nahan cemburu sama wanita-wanita lain? Kamu kira selama ini Bunda tidak tahu kalau kamu dosen playboy?"

"Bu-bunda tahu?"

"Nebak sih." Dan Arvino menepuk jidatnya.

"Wajah kamu itu ganteng kayak jaman muda Ayah kamu. Ayah kamu dulunya playboy, Alhamdullilah begitu ketemu Bunda, Ayah kamu langsung lamar Bunda dan pacaran setelah nikah."

"Bunda-"

"Ah sudahlah! Pokoknya Bunda tidak mau tahu!" Potong Ayu cepat.

"Kamu harus segera minta maaf sama dia. Kalau sampai dia kenapa-kenapa hatinya, siap-siap saja Bunda bakal tinggal dirumah kamu selamanya biar kamu tidak bisa leluasa berduaan. Titik tidak pakai koma!"

Tut Tut Tut Tut ...

Dan ya, panggilan terputus begitu saja. Arvino menundukan wajahnya bahkan ia tidak menyangka Bunda Ayu mengetahui situasinya saat ini. Apakah Aiza ada mengadu? Ah tidak-tidak. 

Seorang Aiza yang pendiam bahkan irit bicara itu tentu saja tidak mungkin melakukannya. Suara deringan ponselnya kembali berbunyi. Rasa takut dan panik kembali melanda. Namun tidak seperti tadi karena saat ini nama Randi terpampang di layarnya.

"Halo. Bagaimana Ran? Bagaimana dengan pria asing itu?"

"Anda tidak perlu khawatir karena pria asing tadi sore sedang kehilangan putri kecilnya dan bertemu dengan istri anda. Pria asing itu hanya bermaksud menanyakan keberadaan putrinya pada Aiza Tuan Arvino."

Penjelasan Randi begitu detail sehingga Arvino pun merutuki kebodohan. Astaga, bahkan ia sudah tega mengabaikan Aiza. Karena itu tanpa banyak berkata setelah memutuskan panggilan, Arvino pun segera menuruni anak tangga satu per satu untuk menuju ruang tamu Vila. 

Langkah Arvino terhenti diruang tengah saat aroma bumbu dapur yang sedang di masak menguar di penciumannya. Dari aromanya saja Arvino sudah mengenali bahwa aroma tersebut berasal dari menu masakan tongseng daging. Makanan kesukaannya.

Arvino menuju dapur dan disanalah ia melihat Aiza. Rasa rindu karena hampir satu jam lebih tidak melihat Aiza membuat Arvino pada akhirnya mendekati istrinya tanpa menimbulkan suara langkah kakinya. Jarak semakin dekat dan Arvino meringis karena melihat Aiza yang sedang membuat sesuatu sambil memunggunginya dalam keadaan basah kuyub. 

Astaga, hanya untuk berganti pakaian saja akibat kehujanan Aiza benar-benar lupa. Arvino segera memeluk tubuh Aiza dari belakang hingga membuat istrinya itu terkejut namun masih berusaha untuk tenang sambil mengaduk gula dalam teh hangatnya.

"Maafin aku. Aku salah." ucap Arvino dengan nada penyesalannya. Tubuh Aiza gemetar karena kedinginan. Tapi ia tetap fokus menjalankan tugasnya demi meminta maaf dengan suaminya.

"Aiza.. aku minta maaf." Aiza bisa mendengar bagaimana suara Arvino yang begitu menyesal..

"Aku yang salah Mas. Maaf."

Arvino segera membalikan tubuh Aiza. Aiza memeluk tubuh Arvino dengan erat dan bagaimana saat ini ia begitu merindukan suaminya.

"Ganti baju kamu sekarang. Mas tidak mau kamu sakit. Wajah kamu sudah pucat."

"Maaf tadi aku keluar rumah untuk pergi keminimarket sebentar. Aku sudah meminta izin sama Mas. Tapi Mas tidak menghiraukanku."

Arvino menyentuh sisi pipi Aiza. "Maaf. Tadi aku berusaha mengabaikanmu. Aku menyesal Aiza."

Aiza hanya mengangguk dan segera menuruti perintah Arvino kemudian berlalu menuju kamar untuk berganti baju sehingga membuat Arvino menungguinya di ruang tamu.

💞💞💞💞

Arvino menunggu Aiza diruang tamu. Perasaaan menyesal akibat kejadian tadi ditambah rasa cemburunya yang belum saja hilang karena teringat bagaimana pria bule itu tersenyum kearah istrinya membuat Arvino gelisah.

Bahkan ketika saat ini Aiza sudah berada di depan matanya sambil menyajikan tongseng sapi buatannya membuat Arvino kembali ragu.

"Ini.. buat mas."

Arvino hanya diam. Tadi ia memafkan Aiza dan sekarang keraguan karena rasa cemburu

kembali merambat di hatinya.

Dilihatnya Aiza mulai menyajikan tongseng daging sapi tersebut. Padahal ia belum pernah bertanya makanan kesukaannya. Ah tidak salah lagi. Aiza jadi mengetahui semua ini pasti dari bunda.

Tak hanya itu saja, sebuah surat yang saat ini Aiza berikan tepat disamping.mangkuk tongseng sapi itu membuat Arvino mengerutkan dahinya.

Aiza dilanda rasa gelisah. Apakah Arvino akan memaafkannya? Jangankan hal itu, ia pun lupa jika sekarang ini masih duduk dihadapan Arvino sambil menundukan wajahnya.

Arvino membuka surat tersebut dan membacanya dengan seksama.

Untuk Mas Vin tercinta...

Sebenarnya tadi aku bantuin bule ganteng cariin anaknya. Aku ada melihat anak itu di persimpangan jalan. Anak itu lucu dan imuuuttt banget mas sehingga membuatku gemas untuk menggendongnya dan setelah aku kembali, mas Vin cemburu dan padahal aku tidak ada apa-apa sama orang itu mas. Lagian mas tadi juga sudah membuatku cemburu karena disaat bulan madu kita mas malah memikirkan perempuan lain, aku nggak sudi mas. Jadi bukankah kita impas? Jangan cemburu dong mas. Kalau ngambek mulu nanti kita gak usah malam pertama aja deh."

Arvino tidak menyangka jika isi surat Aiza seperti itu. Ah tak disangka-sangka dibalik sikapnya yang pendiam ternyata istrinya itu berusaha sedang mengancamnya? Karena itu Arvino pun menatap Aiza dengan tidak suka bahkan mulai berdiri sambil memunggungi istrinya itu.

"Jadi berusaha mengancam ku?"

Aiza yang menundukan wajahnya pun segera menatap Arvino yang kini memunggunginya dengan nada bicaranya yang kembali marah bahkan terkesan kekanakan.

"Ma-maksud mas?"

"Soal malam pertama! Kamu tidak berhak mengancamku seperti itu. Aku suamimu dan aku boleh saja meminta hakku kapanpun selagi situasi dan kondisi sedang tepat."

"Aku.. maksudku a-aku-"

"Dan kamu bilang impas?" Arvino semakin kesal. Ia pun terlihat tidak jelas bahkan baperan dibalik hatinya yang plin plan. Bagaimana tidak jika satu jam yang lalu Ayu menasihatinya dan ia sadar kemudian sekarang berubah lagi?

"Devika itu sudah dianggap saudara sejak dulu. Dia juga akan menikah dengan Fikri dan menjadi adik iparmu.  Kamu bisa melihat siapa yang aku pilih dan siapa yang aku nikahi. Bukan dia atau Adila atau siapapun wanita di dunia ini. Berhentilah cemburu dengan Devika."

Aiza berusaha menahan sabar. Tentu saja itu tidak mudah. Sungguh wanita adalah makhluk pecemburu. Tapi demi Arvino, ia akan berusaha menuruti perkataan suaminya sambil menganggukkan kepalanya meskipun sekali cemburu tetap saja cemburu.

"Maafkan aku. Aku akan berusaha tidak mengulanginya."

"Aku gak suka lihat kamu bersama pria lain."

"Maaf."

"Aku juga gak suka lihat kamu leluasa tersenyum dengan pria lain."

"Maaf."

"Pokoknya aku gak suka lihat kamu dekat dengan pria lain. Harus jaga jarak. Aku cemburu Aiza. Aku-"

Arvino tidak bisa melanjutkan kata-katanya yang penuh dengan amarah saat tanpa diduga sebuah pelukan erat terasa di punggungnya. Ia menundukan wajahnya dan menatap punggung tangan Aiza melingkar di perutnya. Sangat erat hingga perlahan-lahan kesabaran Arvino mereda. Tak hanya itu saja, Aiza berpindah posisi dan berdiri di hadapan Arvino.

"Sudah selesai marahnya?"

Arvino menatap wajah cantik istrinya yang berponi ditambah dengan cahaya rembulan yang menyinari langit malam dan menembus tirai jendela besar villa itu sehingga pantulannya itu mengenai wajah Aiza.

Aiza mengelus pipi Arvino dan perlahan kebagian rahang pria itu yang di tumbuhi jambang halus hingga membuat Arvino memejamkan kedua matanya sambil ikut membalas dengan menggenggam punggung tangan Aiza di pipinya.

"Jangan marah mas vin. Aku mencintaimu."

Arvino membawa punggung tangan Aiza kebagian dadanya.

"Disini. Hatiku. Gusar, gelisah dan aku cemburu. Maaf jika cara cemburuku berlebihan. Aku hanya-"

Arvino tak berkata saat Aiza kini meraih punggung tangannya kemudian mengecupnya dengan lembut.

"Aku sayang sama mas Vin." Aiza mengelus punggung tangan Arvino.

"Aku juga sayang sama kamu Aiza. Tapi-"

Dan lagi, seperti yang sudah-sudah.. Arvino tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat Aiza berjinjit hanya untuk mengecup singkat pipinya. Sungguh Aiza penuh kejutan dengan cara nya yang tulus demi meredam kecemburuan suaminya yang berlebihan.

Jantung Aiza berdetak sangat kencang hanya untuk melakukan semua ini. Tapi demi Arvino dan kata maaf nya, ia ikhlas melakukannya. Tidak mau membuang kesempatan, Arvino malah menggendong tubuh Aiza secara bridestyle.

Semua amarah Arvino, kecemburuannya bahkan rasa gelisahnya hilang begitu saja saat Aiza dengan cara sederhananya meminta maaf dengannya. Aiza memang penuh kejutan jika melakukan sesuatu dibalik sikapnya yang pendiam.

"Mas.. ini waktunya makan."

Mereka menaiki anak tangga satu per satu. "Aku tau. Tapi ada satu hal yang harus kita lakukan. Setelah itu baru kita makan. Ah tapi mas mau disuapin sama kamu ya. "

"Tapi ki-kita mau ngapain?" Aiza tergagap dan wajahnya sudah merona merah hingga Arvino pun mendudukan Aiza di pinggiran ranjang dan ikut duduk di sampingnya.

"Mas melihat dengan jelas bagaimana cara kamu tadi sore menggendong seorang anak kecil. Kamu terlihat bahagia dan mas ingin kamu melakukan hal itu pada putra atau putri kita suatu saat."

Aiza begitu paham apa yang di maksud dari Arvino saat ini. Ia pun merasa malu dan lagi-lagi ia menundukan wajahnya sambil menyembunyikan raut wajahnya yang merona merah.

Arvino pun mulai serius dan tak lupa ia membaca doa yang sudah ia ingatin sejak ia menikah dengan Aiza.

"Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa."

Setelah membaca doa tersebut. Arvino berucap kata Aamiin dan ia melihat Aiza masih saja menundukan wajahnya dengan malu-malu. Ia pun menyentuh lembut dagu Aiza dan menatap wajah istrinya.

"Ada apa?"

Aiza menatap wajah tampan yang ia kagumi selama tidak tahun ini dengan tatapan cintanya. "Aku malu."

Arvino tersenyum kemudian mengecup kening Aiza dengan lembut. "Mas tahu. Mas juga sebenarnya malu hanya untuk melakukan hal ini. Tapi ini adalah sebuah kewajiban yang harus kita jalani yang memiliki pahala."

Aiza menatap Arvino dan tersenyum. "Aku mencintai Mas."

Arvino mengecup kedua mata Aiza. "Izinkan aku meminta hakku padamu malam ini istriku."

Hanya anggukan dari Aiza ketika setelah itu sebuah malam pertama yang begitu romantis terjadi begitu saja dengan penuh keiklhlasan.

Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

"Jika salah seorang dari kalian ingin berhubungan intim dengan istrinya, lalu ia membaca do'a: [Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa], "Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami", kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya" (HR. Bukhari no. 6388 dan Muslim no. 1434).

Sebuah malam pertama yang begitu romantis setelah penantian yang panjang bagi Arvino dan Aiza. Tentu saja setelah situasi sebelumnya harus melalui drama tentang pria bule terlebih dahulu untuk si pangeran baper yang cemburu buta dan si putri malu yang sabar dalam menghadapi sikap suaminya.

💞💞💞💞

wkwkw wah wah, Aiza sudah besar ya 😂

But thanks buat kalian yang sudah ikutin alur ini dari November 2018 kemarin.

Nah nah, di chapter 49.. saya harap kalian tidak terkejut mengenai alurnya ya. Jangan ditanya ada apa dan kenapa 😱

Tentunya kalian bisa liat sendiri spoilernya di snapgram author : lia_rezaa_vahlefii seperti yang sudah-sudah wkwkww.

Sehat selalu buat kalian yaaaaa. 💞