Chereads / World After Chaos / Chapter 1 - The Beginning

World After Chaos

🇮🇩NiveNote
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 9.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - The Beginning

Dengan menghela sedikit nafas, Rio merasakan lelahnya menjadi seorang yang selalu di bully oleh kawan – kawan di perusahaannya. Dirinya selalu di tindas dan di remehkan oleh atasan maupun teman kerjanya. Pernah sekali, dirinya berangan angan bisa mendapatkan perhatian dan pujian yang layak dengan hasil pekerjaannya. Rio terlihat bahagia dengan hanya membayangkannya.

Suatu ketika, Rio tak sengaja mendengar percakapan teman kerjanya. Dilihat dari tingkah lakunya, mereka sedang beristirahat dari pekerjaannya sambil mengambil botol air yang di sediakan untuk karyawan di perusahaannya.

"Hei, bagaimana menurutmu tentang anak baru itu ? Eh... Siapa namanya ?"

"Maksudmu Rio ? Anak baru itu ?"

"Iya, Betul, dia!" Ujar karyawan tersebut sambil menunjuk ke arah temannya. "Bagaimana menurutmu tentangnya ?"

Temannya pun meneguk air sebelum menjawab pertanyaannya "maksudmu tentang pekerjaannya?" si laki-laki tersebut mengangguk beberapa kali sambil meminum air dari botol tersebut.

"Menurutku dia payah" ujarnya dengan suara yang merendahkan "Dia bahkan kesulitan melakukan hal yang mudah, dan juga dia kurang tanggap jika terjadi hambatan pada pekerjaannya"

"Hm... ya, Kau benar !" ujar laki – laki tersebut sebelum membuang botol airnya "Cepat atau lambat dia akan segera di pecat karena tidak begitu kompeten, tinggal menunggu waktu saja dia akan di keluarkan" Ujar Temannya sambil mengambil rokok dari sakunya.

Setelah membahas tentang Rio, mereka pun segera meninggalkan tempat tersebut untuk mencari makan siang. Mereka bergegas masuk ke dalam lift dan turun ke lantai bawah untuk menyelesaikan urusannya.

Di ujung koridor tepat setelah belokan, Rio hanya terdiam mendengarkan percakapan mereka berdua. Dirinya merasa geram sampai terdengar suara decit gigi dalam mulutnya. Dirinya juga paham akan ketidakmampuannya itu, namun ia terus berusaha meskipun sangat sulit keadaan tersebut untuknya.

Rio pun menggenggam kembali laporan pekerjaan yang hendak di serahkannya, ia seketika kembali ke ruangan duduknya untuk kembali mengoreksi tentang laporan tersebut sebelum di serahkannya kembali.

Di waktu istirahat, Rio hanya duduk di meja kerjanya. Ia kembali mengecek satu persatu dari laporan yang ingin ia ajukan. Setelah berjalannya waktu sekitar sepuluh menit, Rio tidak menemukan kesalahan dalam laporan tersebut, dirinya berharap pasti bahwa hal ini tidak akan membuatnya di remehkan lagi.

Selagi ada waktu sekitar dua puluh menit sebelum istirahat makan siang berakhir, Rio mengambil Smartphone miliknya dan mulai menyalakannya. Di dalam perusahaannya, dilarang untuk menggunakan alat komunikasi apa pun selain telepon genggam yang di sediakan oleh perusahaannya. Ya meskipun fungsi dari benda tersebut pasti berkaitan dengan pekerjaan.

Tak lama setelah Ponselnya menyala, Rio pun membuka website yang sering di kunjungi olehnya. Website tersebut adalah tempatnya untuk melepaskan letih dan lelah dalam kehidupannya. Website tersebut bertuliskan tentang (WebReadNovel.com) di mana ia selalu membaca sebuah novel yang jarang sekali peminatnya. Bahkan pernah di suatu bab dalam novel tersebut hanya ada satu viewers yang membaca isinya. Dan hal itu tidaklah lain adalah Rio seorang. Di dalam hatinya, ia merasa heran dengan orang – orang yang membaca novel tersebut di awal – awal. Mereka mengetik dan juga memaki bahwa novel tersebut terlalu abstrak dan juga sulit di pahami oleh para pembaca.

Namun dari pendapatan Rio sendiri hal tersebut berbeda jauh. Dirinya seakan akan mengerti tentang isi novel tersebut dan sangat menyukainya. Dan tepat pada hari itu, Novel yang di nantikannya Update untuk bab terakhirnya, dan setelah menunggu dua setengah tahun untuk menyelesaikan novel tersebut, akhirnya Rio puas dan tak sabar bagaimana akhir dari cerita tersebut.

Setelah melihat Update terbaru muncul, ia seketika mengklik chapter tersebut dan segera membacanya. Tak sabar akan kisahnya, Rio terlihat seperti orang yang haus akan kisah akhirnya. Dan aneh saat itu di dalam chapter terakhirnya, ada kalimat yang mengganggu dirinya. Dan ia merasa aneh dan juga heran karena tidak ada kalimat lain selain kalimat tersebut. Dan kalimat tersebut bertuliskan "Are You Ready To Play ?" Setelah itu ada Tulisan Yes dan No berada di bawahnya.

Rio pun keheranan dengan hal tersebut, ia seketika menscroll ke atas dan ke bawah layar ponselnya untuk mengecek apakah tidak ada kalimat lain selain pertanya tersebut. Dirinya merasa tidak percaya dan juga kesal bahwa chapter terakhirnya adalah kalimat tersebut. Akhirnya Rio pun merasa kesal dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam sakunya. Dan sesaat Rio memasukkannya, dirinya tidak sengaja menekan poin Yes tanpa sepengetahuannya. Dan karena telah terkonfirmasi bahwa dia telah menyetujuinya, ia mendapat pesan tentang akhirnya dunia yang akan terjadi pada dua puluh empat jam mendatang. Namun ia tidak tahu akan hal tersebut.

Jam istirahat pun berakhir, Rio segera menyerahkan laporan yang berulang kali di ceknya kepada atasan. Dirinya berharap kali ini bahwa dia akan mendapatkan apresiasi dari pekerjaannya. Alih – alih mendapatkan sebuah pujian, dirinya malah terkena tamparan hinaan. Atasannya melihat laporan yang di bawakan olehnya merasa resah dan tidak puas.

"Apa maksudnya ini ?"Ujar atasnya sambil melempar kembali laporan yang dibawa oleh Rio. "Semua yang ada di sana salah semua, bahkan meskipun kau melihatnya sekali saja, kau pasti tahu di mana letak salahnya. Apa kau sebodoh itu ?"

Atasannya pun duduk kembali ke mejanya sambil menghela nafas, dirinya memperlihatkan wajahnya yang tidak puas dengan hasil pekerjaannya. Dan dengan wajah masamnya, dia memecat Rio tanpa mempertimbangkannya lagi.

"Rio, sudah cukup. Kau di pecat dari tempat ini" ujar atasnya sambil menyerahkan surat kepada Rio. "Aku tidak bisa lagi membuang waktu berhargaku lagi untukmu !" ujar atasan sambil menyulut rokok di ruangannya.

Rio pun terkejut dengan apa yang didapatinya, dirinya seakan terkena serangan jantung yang begitu mendadak dan cepat. Tubuhnya seketika membeku diam mendengar kalimat yang di ucapkan oleh atasannya. Seakan akan ruang dan waktu miliknya berhenti secara singkat. Tak lama setelah itu ia pun kembali tertarik ke asalnya, dirinya merasa sedih dan pasrah akan nasibnya tersebut. Bahkan dia sama sekali tidak membela untuk kerja kerasnya selama ini.

Dengan wajah yang lesu dan sedih, Rio pun berjalan ke meja atasannya dan mengambil sepucuk surat pernyataannya. Dirinya lagi – lagi mendapatkan surat keputusasaan tersebut untuk ke lima kalinya.

Surat ke lima yang di dapatkannya dalam setahun ini. Dirinya tidak bisa begitu tetap bekerja di perusahaan sampai empat atau lima bulan. Dan dia merasa kesal akan hal tersebut. Kembalinya dia ke tempat kerjanya untuk mengambil barang – barang miliknya. Dirinya menaruh semua perkakas kerjanya ke dalam kardus kotak yang di bawanya. Setelah menaruh seluruh barang – barangnya, Rio akhirnya berjalan keluar tempat tersebut dengan menundukkan pandangannya. Dalam keheningan ia melangkah, dirinya mendengar omongan – omongan dari rekan kerjanya. Dan buruknya mereka sama sekali tidak bersimpati untuknya, melainkan malah mengejek dan merendahkannya.

"Lihat dia, akhirnya di keluarkan"

"Memang bagus akhirnya dia di pecat, karena dia hanya bisa jadi beban saja"

"Makanya kalau kerja yang benar "Ujarnya sambil tertawa.

Pandangan di sekelilingnya seakan akan melihat seorang yang gagal dan pantas menerima surat pengeluaran. Mereka melihat Rio bagaikan sesosok sampah yang pantas untuk di buang.

Rio hanya terdiam mendengar ejekan rekan – rekannya. Dirinya tidak menghiraukan sama sekali tindak tanduk tingkah mereka dan berjalan lirih ke arah lift. Sesampainya di lift, Rio merasakan sedih yang begitu besar, air mata yang di tahannya selama ini jebol keluar membasahi pipinya.

Rio terisak menangis dengan pelan di dalam lift, dirinya mengeluarkan rasa sedihnya di tempat tersebut. Sesampainya di luar perusahaannya, Rio menoleh ke belakang untuk terakhir kalinya. Dirinya mengucapkan terima kasih pada perusahaan tersebut karena telah menampungnya meskipun perbuatan kejam terhadapnya.

Tak lama setelah ia berjalan keluar, ponsel milik Rio bergetar di sakunya. Ia seketika mengecek ponsel miliknya dan melihat sebuah email yang masuk dalam notifikasinya. Setelah di buka oleh Rio, ternya email tersebut berasal dari kekasihnya yang cantik jelita. Dirinya yang awalnya terlihat suram, seketika menghapus air mata yang tertinggal di pelipis matanya. Ia memasang wajah yang ceria untuk melihat pesan tersebut.

"Rio, bisakah kita bertemu nanti malam di restoran bintang lima ?" Tulis pesan tersebut dengan emoticon wajah memelas.

Rio pun mengiyakan saja, dirinya berpikir bahwa waktu yang tepat untuk bertemu kekasihnya yang di cintainya. Ia merasa gadis pujaan hatinya adalah kunci kebangkitannya dari keterpurukan, namun hal tersebut hanyalah angan – angan yang berada di benaknya. Dan angan – angan tersebut akan hancur ketika ia melihat sebuah kebenaran yang pahit di depan matanya.

Jam menunjukkan pukul 19:00 waktu untuk kencannya akan di mulai. Rio menunggu kekasihnya di depan Restoran yang di janjikan dengan membawa seikat bunga mawar. Dirinya tidak boleh memperlihatkan wajah yang murung terhadapnya. Ia bertekad untuk selalu tersenyum dan terlihat bahagia setiap bertemu dengan kekasihnya.

Sekitar setengah jam berlalu, Rio tidak melihat wajah kekasihnya di mana pun. Ia terus mengedarkan pandangannya untuk melihat wajah kekasihnya. Tak lama setelah itu, ada mobil putih yang mewah dan megah berhenti di depan Restoran tersebut, Rio melihat sekilas ke mobil tersebut dan merasa terkagum dengan kemewahannya. Mobil sport yang indah dan mengkilap tak mungkin bisa ia dapatkan meskipun harus bekerja sekeras mungkin selama setahun. Ia hanya bisa menerima kenyataan meskipun tak memiliki barang mewah, dirinya tetap bisa bersama gadis yang cantik jelita.

Selang beberapa detik kemudian, keluarlah sesosok gadis yang tinggi dan cantik. Gadis tersebut mengenakan gaun yang serba putih yang membuatnya mengeluarkan aura yang indah. Tas yang di rangkulannya terlihat menawan dan mewah. Di bagian pembukanya, terlihat sebuah berlian yang mengkilap sebagai hiasannya.

Melihat sesosok aura yang menggelar indah, Rio tanpa sadar memandangi gadis tersebut dengan mematung. Ia terus memandangi gadis tersebut hingga akhirnya dia sadar bahwa gadis tersebut adalah pujaan hatinya yaitu Lora. Ketika ia menyadari bahwa gadis tersebut adalah Lora yaitu kekasihnya, dia pun bergegas menuju ke arahnya dan menyodorkan seikat bunga mawar kepadanya.

Alih – alih menerimanya, Lora malah melempar bunga tersebut ke tanah sambil menginjak – injak dengan sepatu High heels mewahnya.

"Apaan bunga ini, kau tahu aku alergi bunga bukan" ujar Lora dengan suara yang merendahkan.

Rio pun terkejut melihat tingkah lakunya, ia seketika terdiam sesaat sebelum berbicara dengannya kembali.

"Tapi bukannya kamu, suka bunga mawar waktu dulu ? Kenapa sekarang menolaknya ?"

"Aku tak peduli itu dulu atau sekarang ! Aku tidak menyukai pemberian itu darimu" Ujar Lora dengan suara yang meninggi sambil menunjuk – tunjuk kepada Rio.

Melihat kelakuannya yang begitu kasar, Rio pun merasa tertekan dengan tingkah lakunya. Dirinya merasa aneh terhadapnya yang tiba – tiba berubah drastis akan sifatnya. Dulu waktu sedang kasmaran dengannya, Lora sama sekali tidak menunjukkan wajah sedih mau pun suramnya. Ia selalu tersenyum dan terus menempel kepada Rio tak peduli tempat dan waktu. Seandainya Lora punya waktu senggang, ia selalu berada di dekat Rio, seakan magnet yang tak terpisahkan. Namun sekarang malah kebalikannya, alih – alih memberikan kasih sayang yang hangat seperti biasanya ia malah diberikan sifat yang dingin dan juga benci.

Tak lama setelah di tekannya Rio oleh kekasihnya, muncul sesosok pria yang tinggi dan tampan dari mobil tersebut. Wajahnya yang terlihat mulus bagaikan seorang artis yang baru naik daun. Rambutnya yang di sisir ke arah belakang menambah kejantanannya. Di bandingkan dengan Rio, ia sama sekali tidak ada apa – apanya. Bagikan perbedaan langit dan bumi.

Laki – laki tersebut, berjalan dengan santainya sampai di samping Lora. Ia seketika merangkul pinggang Lora dan mendekatkannya dengan tubuhnya.

"Kau pasti kekasih terlantar dari Lora ya" Ujar laki – laki tersebut sambil memperlihatkan wajah sombongnya kepada Rio. "salam kenal namaku adalah Kira, tunangan dari Lora"

Sontak Rio pun terkejut, dirinya terbelalak dengan perkataan akan tunangan itu. Ia seketika marah dan meminta penjelasan kepada Lora.

"Apa maksudnya ini Lora, bukannya kamu bilang akan menjadi gadisku sampai akhir hidup ?"

"Yang benar saja dengan ucapanmu itu" ujarnya sambil merendahkan Rio. "mana mungkin aku mau melakukan hal tersebut denganmu. Kau sesekali harus melihat kaca terlebih dahulu sebelum berkata seperti itu"

Perasaan yang ia anggap selama ini sebagai tempatnya pulang, seketika hancur melihat kenyataan yang begitu pahit ini. Rio yang menganggap Lora sebagai gadis yang baik dan ramah, seketika retak bagikan cermin kepalsuan.

Rio yang terdiam saat itu, berpikir sejenak. Kenapa Lora ingin berpacaran dengannya. Apa sebenarnya tujuan darinya saat berpacaran dengan Rio. Melihat kilas balik kehidupan yang pernah di lewati oleh mereka berdua, akhirnya Rio mulai menyadari sesuatu. Lora berpacaran dengan Rio bukan semata – mata karena cinta. Namun karena HARTA. Dirinya ingin selalu membelikan apa pun yang ia minta tanpa sedikit pun bertanya. Ternyata selama ini dirinya di anggap sebagai uang yang berjalan untuknya.

Sambil menundukkan pandangan ke tanah, Rio pun mengutarakan isi hatinya kepada Lora. Apa selama ini ia hanya di anggap sebagai uang yang berjalan.

"Jadi kau berpacaran denganku hanya untuk kekayaanku semata. Setelah apa yang aku berikan kepadamu kau seenaknya membuangku berguru saja" Ujar Rio dengan nada yang di tinggikan.

Bukannya malah tertekan oleh perkataan Rio, Lora malah tersenyum dan merasa bangga akan perbuatannya. Dirinya tertawa sedikit sebelum berbicara dengan jujur kepadanya.

"Hahaha, akhirnya kau sadar juga, kenapa kau tidak menyadarinya dari awal ? Bahkan aku sendiri merasa muak saat tersenyum kepadamu. Dan satu hal lagi, aku merasa jijik denganmu"

Kebahagiaan dan kesenangan yang di alaminya seketika runtuh dan hancur lebur dengan tanah. Rio merasa di tipu dengan wajah cantiknya dan menganggap bahwa gadis tersebut adalah sesosok putri dongeng yang dapat menyembuhkannya dari rasa sakit akan penderitaan. Namun sekarang ia tahu, putri dongeng yang tersenyum ramah kepadanya, adalah seorang iblis yang menyerupai wujud manusia.

Melihat pemandangan yang begitu menyedihkan tersebut, kedua pasangan tersebut memasuki restoran mahal dan meninggalkan Rio sendiri di pintu depan restoran. Sebelum kedua pasangan tersebut masuk, mereka pun berhenti sejenak dan membalikkan badan untuk melihat ke arah Rio.

"Ini aku berikan kau sejumlah uang yang banyak, anggap saja sebagai uang tebusan akan barang – barang yang kau berikan kepada Lora dulu" Ujar laki – laki tersebut sambil melemparkan sejumlah uang kepada Rio.

Terdengar suara – suara yang menggema di area tersebut, suara itu berasal dari orang – orang yang menonton kejadian tersebut secara langsung. Sebagian dari mereka merasa iba terhadapnya, dan sejumlah besar malah merasa puas akan tontonan yang menarik itu.

Rio pun merasa marah akan takdirnya itu, dirinya tidak terima selalu di perlukan tidak adil oleh orang – orang di sekitarnya. Di dalam hatinya, ia selalu bertanya kenapa ia harus mengalami kejadian – kejadian tersebut. Hal tersebut membuat Rio marah dan benci, kebenciannya terhadap orang – orang yang menindasnya membuat Rio memperlihatkan wajahnya yang menyeramkan. Ia merasa benci dan dengki terhadap orang – orang yang ada di perusahaannya dan juga kekasihnya. Dalam hati kecilnya, ia berharap bahwa lebih baik dunia yang begitu memuakkan ini hancur saja sampai rata. Supaya orang – orang yang menindasnya mendapatkan hal yang serupa dengan yang di alaminya.

Tak lama kemudian, hujan pun turun menerpa tubuh Rio. Orang – orang yang ada di sana pada berhamburan meninggalkan tempat tersebut. Sedangkan Rio malah tetap berdiri di tempat tersebut sebelum ia meninggalkannya.

Dalam perjalanan pulang, Rio pun berjalan kaki untuk sampai ke rumahnya. Ia tidak memedulikan hujan yang menerpa tubuhnya. Dan ia merasa sedikit tenang saat air hujan tersebut membasahi tubuhnya.

Saat sedang berjalan, Rio pun bertabrakan dengan seorang gadis dalam perjalanan pulangnya. Gadis tersebut terjatuh dengan pantatnya di depan Rio. Tak menghiraukan akan keberadaannya, Rio alih – alih hanya menatap gadis tersebut, dan tatapan seperti orang yang memberi akan sesosok perempuan.

Gadis tersebut yang menabrak Rio, dibuat terkejut saat melihat wajah Rio yang menakutkan. Dirinya segera mungkin untuk berdiri dan meminta maaf akan perbuatannya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Rio melanjutkan perjalanan pulangnya tanpa memikirkan gadis tersebut. Dirinya tidak peduli akan permintaan maafnya dan merasa acuh kepadanya.

Di lihat dari arah belakang punggung Rio, gadis tersebut merasa iba dan kasihan terhadapnya. Dirinya memperlihatkan wajahnya yang memelas seakan akan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi terhadap Rio.

Sesampainya di depan rumahnya, Rio yang terlihat basah kuyup segera masuk untuk menghangatkan tubuhnya. Ia seketika mandi dan berganti pakaiannya. Setelah membereskan segala kebutuhannya, ia pun berjalan ke kamar dan langsung menjatuhkan dirinya ke kasur. Rio pun memejamkan matanya sambil mengingat – ingat kejadian pahit yang di alaminya. Dalam hatinya yang tersakiti, Rio memendam rasa benci yang besar. Dan ia bertekad untuk membalas perbuatan – perbuatan tersebut kepada orang – orang yang meremehkannya, dan yang paling ia ingat adalah mantan kekasihnya Lora.