Rasa tertekan yang mendadak, membuat semua orang yang berada di sana atau pun yang sedang berkendara seakan terhenti oleh waktu. Mereka yang melihat dengan mata kepala mereka sendiri seakan tak mau percaya meskipun mereka telah melihat kenyataan di depan mereka.
Hal tersebut yang begitu realistis membuat mereka beranggapan bahwa hal itu adalah sebuah efek khusus yang sedang di gunakan dalam film – film. Semua orang yang ada di sana, merasa penasaran dan juga ingin tahu sambil mendekati Makhluk tersebut tanpa pikir panjang. Mereka merasa ingin tahu makhluk jenis apakah itu.
Tontonan yang disuguhkan di depan mata mereka, membuat rasa penasaran melonjak tinggi. Sebuah tontonan yang cukup menarik dan jarang terjadi seakan mengunci keingintahuan mereka, meskipun hal tersebut dapat membahayakan hidup mereka. Rasa ingin tahu yang besar, membuat tubuh mereka seolah olah terkunci untuk mencari tahu keberadaannya. Oleh sebab itu, mereka tidak menyadari akan bahayanya berada di dekat makhluk tersebut.
Tak lama setelah berkumpulnya orang – orang di sana, makhluk tersebut memperlihatkan senyumannya yang menyeringai. Tubuhnya yang terbilang mungil, bulat seperti angka delapan, berbulu tebal kecokelatan, serta mempunyai tanduk kecil dan juga taring kecil yang terlihat di antara mulutnya mulai bicara dengan bahasa manusia.
"Ehm.. Ekhm.. Apa kalian bisa mendengar dan paham perkataanku ?"
Kerumunan yang berada di sana, langsung mengajukan pertanyaan kepadanya mengenai makhluk apa dan apa maunya datang ke sini.
"Makhluk apa kau ini ? Aku bahkan tidak mengerti hewan mana yang mirip denganmu !"
"Hm.. mari aku jelaskan terlebih dahulu untuk kalian para Player's. Aku adalah seorang operator yang akan menampilkan kejadian – kejadian yang menarik untuk menjadikanku seorang Viewers". Ucap makhluk tersebut dengan sedikit membungkuk badannya seraya memberikan hormat.
Akan tetapi dalam hati Rio, dia merasa tidak asing dengan makhluk kecil tersebut. Dirinya serasa mengenal makhluk itu lebih baik dari siapa pun. Dan ia sangat yakin bahwa perkataan yang di maksudkannya adalah untuk kesenangan semata melihat kehancuran manusia agar dapat bertahan hidup di dalam neraka yang berjalan.
"Hah ? Apaan maksudmu itu ?" Ucap salah satu dari kerumunan tersebut.
Sambil menghela nafas, makhluk tersebut mengucapkan kalimat yang begitu kasar maupun brutal untuk di dengar sebagai ucapan pemberitahuan.
" Artinya, kalian harus bertahan hidup di dunia yang akan hancur ini bodoh. Bukannya kalian mendapatkan notifikasi berupa pesan dalam ponsel kalian ? Apa kalian manusia bodoh tak bisa membacanya ?" ucap operator dengan tatapan merendahkan.
Mendengar tentang kalimat notifikasi, orang - orang yang ada di sana seketika melihat ponsel mereka dan terlihat kebingungan dengan isi pesan tersebut.
"Tunggu sebentar, aku tidak tahu maksudmu ? Apa yang kau ucapkan ini, Kehancuran dunia ? Dan apa maksudnya ini, Player ?" ucap salah seorang laki – laki di sana yang mengenakan kemeja abu – abu dan celana pendek.
"Eh.. bukannya dunia ini sudah di konfirmasi tentang kejadian yang akan terjadi ?" ucap operator dengan menggerutu pelan. " Yah biarlah, akan lebih muda lagi penjelasannya jika kalian langsung praktek lapangan" Ucap operator dengan senyum keji.
Tak lama setelah itu, portal yang berada di belakang operator seketika terbuka makin lebar dan mengeluarkan sesosok monster yang berbentuk seperti belalang sembah yang besar. Monster belalang tersebut mempunyai sabit pisau yang mengilat di bagian lengannya. Dan saat itu juga, salah satu dari mereka melompat ke arah kerumunan tersebut dan menebaskan sabitnya sampai melepaskan kepala seorang laki – laki yang bertanya kepada Operator.
Melihat kepala yang terjatuh di tanah, membuat kerumunan tersebut panik tak karuan. Mereka yang awalnya berkumpul di depan operator, seketika berlari menyelamatkan diri menjauh dari para monster tersebut.
Akan tetapi, usaha mereka terbilang sia – sia karena kedekatannya dengan monster belalang tersebut. Satu persatu dari mereka terbunuh cukup tragis sehingga sampai membuat genangan darah di tanah.
Melihat kejadian yang begitu familiar di mata Rio. Membuat tubuhnya seakan tahu, apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan apa yang di bayangkan olehnya seketika terjadi tepat di depannya. Monster belalang itu, melompat ke arah supermarket yang Rio tempati dan menghancurkan pintunya seperti memotong dedaunan yang kering.
Orang – orang yang ada di sana, seketika berhamburan keluar. Mereka mencoba melarikan diri untuk menyelamatkan kehidupan berharga mereka. Namun naasnya, setiap dari mereka yang bergerak keluar dari tempat tersebut tertebas oleh sabit monster belalang. Mereka yang mencoba kabur lewat pintu belakang atau bisa disebut sebagai pintu untuk para karyawan seketika langsung di lompati oleh monster belalang dan langsung memenggal kepalanya.
Rio masih mengingat kejadian tersebut sama persis dengan novel yang di bacanya. Namun dirinya merasa aneh, karena ia sama sekali tidak merasa ketakutan atau pun gelisah melihat kejadian yang begitu brutal tersebut. Perasaan Rio seakan akan mati saat melihat rasnya terbantai.
Rio yang melihat dari kejauhan, mengamati monster tersebut dengan cermat. Ia juga mengingat ingat kembali, apa yang di lakukan oleh tokoh utama untuk menyelamatkan hidupnya di situasi genting tersebut.
Akan tetapi, ia sama sekali tidak ingat tentang novel yang di bacanya. Dia hanya bisa memikirkan bahwa serangga tidak suka dengan obat anti serangga. Setelah memikirkan hal tersebut, Rio melihat ke arah sekelilingnya dengan pelan, dirinya mencoba mencari obat anti serangga dengan pelan – pelan. Agar tidak ketahuan oleh monster belalang.
Tak melihat obat tersebut di sekelilingnya, dirinya akhirnya mengingat ingat kembali saat memasuki supermarket tersebut. Dia mencoba membayangkan ingatan yang di laluinya selama beberapa saat di tempat itu. Tak lama setelah itu, akhirnya dia menyadari bahwa obat anti serangga ada di ujung koridor tepat di depannya. Dan yang menjadi berita terburuknya adalah obat itu berada tepat di belakang bagian bawah monster belalang.
"Tch" ucap Rio kesal. " bagaimana aku bisa sampai ke sana tanpa terpotong jadi dua ?"
Saat itu juga, Rio mengingat sesuatu dari novel yang di bacanya. Dirinya sempat mengingat bahwa monster serangga tidak akan menyerang manusia saat diam. Mereka hanya bergerak dan mencoba menakut – nakuti untuk memancing para manusia untuk bergerak.
Penjaga kasir yang bersembunyi di bawah meja, seketika memperlihatkan kepalanya secara perlahan. Ia yang melihat monster tersebut berada jauh di depannya, seketika berlari ke pintu masuk untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Dengan sekuat tenaga, orang tersebut berlari ke pintu depan supermarket dan berpikiran bahwa ia akan selamat. Akan tetapi khayalannya yang begitu indah telah hancur saat monster belalang tiba – tiba saja muncul di depannya.
Orang tersebut pun menemui ajalnya dengan cepat, sabitan belalang tersebut terlihat seperti kilatan petir yang menyambar sampai sulit untuk di lihat dengan mata telanjang. Kepala karyawan tersebut jatuh di lantai toko yang membuat keadaan di sana makin mencekam.
Rio yang berada di depannya sekitar sepuluh sampai sebelas meter, mencoba memutar otaknya. Se-andainya ia bisa mengalihkan sedikit saja perhatikan dari monster itu. Ia pasti akan pergi ke koridor bagian obat serangga dan menyemprotkannya ke mukanya. Namun apakah ia dapat melakukan hal tersebut dengan taruhan satu – satunya nyawa yang ia punya.
Dengan memilih taruhan tersebut, Rio mencoba untuk mengambil obat anti serangga dengan taruhan akan nyawanya. Dirinya sempat berpikir, se-andainya ia hanya diam saja maka sama halnya dia sedang menunggu ajalnya menjemput. Lebih baik berusaha meskipun mati dari pada terdiam menunggu ajal.
Selagi monster belalang ada di depannya, Rio mencoba untuk mengalihkan perhatiannya dengan melempar sebuah benda untuk memancingnya ke arah yang berlawanan. Secara pelan – pelan, Rio mengambil kembali botol teh yang ada di meja kasir untuk di lempar ke arah yang diinginkannya. Ia menarik pelan – pelan minuman tersebut sambil tetap waspada akan gerak gerik monster belalang. Rio menjalankan rencananya yang cukup nekat sambil terus menatap ke arah monster tersebut. Dirinya seketika berhenti bertindak apa bila monster belalang sedang mengedarkan pandangannya ke arahnya.
Detak jantung yang terpompa cukup cepat, membuat tubuh Rio seakan akan meningkat dengan drastis. Matanya yang begitu tajam terus memperhatikan monster tersebut, dan telinganya cukup sensitif dengan suara – suara yang berasal di sekelilingnya.
Sesaat setelah monster tersebut mengalihkan pandangannya dari Rio. Di saat itulah rencananya di mulai. Rio menggenggam erat botol minuman dan melemparkannya sekuat tenaga ke belakang monster tersebut lewat samping tubuhnya.
Drak! sebuah botol yang di lemparkannya membuat suara yang cukup keras untuk mengalihkan perhatian monster tersebut. Monster belalang langsung mengalihkan pandangannya ke belakang dengan memekik kan suaranya. Ia terlihat terkejut dan waspada akan umpan yang di buat oleh Rio.
Tak menunggu lama – lama, Rio langsung menjalankan rencananya. Ia berlari ke arah obat serangga sambil mengambil menengok sesaat ke belakang. Monster belalang yang melihat gerak gerik Rio, seketika melompat dengan cepat. Dirinya tidak membiarkan Rio menjalankan rencananya dengan mudah.
Melihat monster belalang yang sedang ancang – ancang untuk melompat. Rio mencoba untuk mempercepat larinya, dirinya tidak boleh terbunuh oleh belalang tersebut dan harus bertahan hidup apa pun keadaannya.
Dengan sekali lompatan, monster belalang dapat menyusul Rio dan tepat mendarat di depannya. Alih – alih menghentikan larinya, Rio terus maju menghadapi monster tersebut. Sabit belalang yang di angkat di udara seketika melesat ke arah Rio. Sesaat Rio melihat sabit yang di angkat, dirinya melihat ke arah bawah monster tersebut. Ia melihat ada sebuah celah untuk melewati monster itu. Dengan sebuah keberuntungan yang amat kecil, Rio mencoba melaraskan waktu serangan itu akan datang dan menghindarinya secara bersamaan dengan berseluncur ke bawah monster tersebut.
Sedetik sebelum serangan itu di lancarkan, Rio langsung menjatuhkan dirinya dan berseluncur dengan punggungnya tepat di bagian bawah monster tersebut. Al hasil, ia dapat menghindari serangan tersebut dan sampai dengan selamat di tempat obat anti serangga.
Rio bergegas mengambil salah satu dari obat tersebut dan melemparkannya ke arah wajah monster belalang. Angan – angannya yang berhasil melukai monster tersebut, harus ia telan bulat – bulat dalam dirinya. Obat anti serangga yang dapat membunuh segala jenis serangga tidak dapat melukai monster tersebut sedikit pun.
Ia merasa takut dan khawatir karena rencananya gagal total. Dirinya merasakan hawa dingin yang menyebar di udara yang menandakan bahwa ajalnya akan tiba. Kondisi tubuh Rio sesaat rencananya runtuh, terasa kaku dan tak dapat di gerakan. Ia tahu bahwa dia harus lari dan menyelamatkan dirinya untuk dapat bertahan hidup. Namun tubuhnya tidak dapat menyinkronisasikan kehendaknya dan malah terdiam di tempat.
Ia merasa pasrah akan kehidupannya yang menyedihkan. Dirinya mengingat kembali segala sesuatu kejadian pahit yang baru di alaminya, ia membenci semua orang yang berperilaku buruk terhadap dan ingin membalas perbuatan mereka dengan setimpal.
Secercah harapan yang hilang di kehidupan Rio, mendadak datang kembali dengan cepat. Ia harus bertahan hidup di tempat ini dan membalaskan kekesalannya terhadap orang – orang yang melukainya. Dan ia merasakan amarah dan juga kebencian yang menutupi seluruh tubuhnya. Di saat itu juga, ia kembali berdiri dan akan melawan monster tersebut sampai titik darah penghabisan.
Sebuah sabitan di arahkan ke leher Rio, namun Rio dapat menghindarinya sekali lagi dengan menelengkan kepalanya ke kiri sambil sedikit menekuk lututnya. Sabitan dari monster belalang, mengenai rak obat – obatan untuk serangga sampai tembus menancap dinding.
Melihat kesempatan yang tidak dipikirkannya, Rio melaju ke arah rak perkakas dan mengambil seutas tali yang ada di sana. Dirinya berencana untuk mencekik leher monster tersebut sampai ia mati. Dan ia hanya punya satu kesempatan untuk melakukannya.
Dengan satu lengan yang tersisa, monster belalang mencoba menyabit kepala Rio dan gagal. Rio berhasil menghindari serangan tersebut yang mengakibatkan ia harus tergores sedikit di bagian lehernya.
Setelah berhasil mengambil tali di ujung rak, Rio kembali melihat monster belalang dan bersiap untuk bertarung satu lawan satu sampai mati. Dia tak ingin lagi di remehkan dan akan mengalahkan monster tersebut apa pun yang terjadi. Dirinya sudah bertekad untuk bertahan hidup dan akan membalaskan perbuatan orang – orang yang menindasnya.
Tak butuh waktu yang lama monster tersebut melepaskan lengannya yang tersangkut dan menghadap Rio dengan ganas. Rasa takut yang di alami oleh Rio, membuat dirinya tersenyum senang akan perasaan itu. Ia merasa perasaan takut itu harus di hilangkannya dari sekarang. Dan hal yang tepat untuk menghilang perasaan tersebut adalah bertarung mati – matian dengan monster belalang yang keluar dari dimensi lain.
Dengan tali yang cukup panjang melingkar di lengan Rio, ia melesat ke arah monster belalang dengan penuh semangat. Dirinya yang melihat monster tersebut mengangkat kedua sabitnya di udara, seketika sadar bahwa benda tersebut lah yang dapat membunuh monster itu. Rio bersiap siap dengan serangan yang akan datang dan berusaha untuk mengikat lengan monster tersebut dengan talinya dan mengarahkannya ke tubuhnya sendiri.
Selagi Rio maju menerjang ke arah monster belalang, sebuah kesempatan untuk melakukan rencananya terlihat. Rio yang menghindari serangan monster belalang yang tertancap ke arah lantai. Dengan insting bertahan hidupnya, Rio membulat bulatkan talinya ke lengan sabit monster dan bergegas menuju ke belakangnya.
Akan tetapi dirinya menyadari, bahwa dia harus membuat monster itu terjatuh untuk menusuknya dengan sabitnya sendiri. Rio dengan antusiasnya, melepaskan tali tersebut dan mengambil sebuah kapak dan menyerang bagian bawah monster belalang.
Ia melesatkan kapak tersebut ke samping badannya sehingga membuat belalang tersebut menjerit kesakitan dan sempoyongan ke samping. Yang mengakibatkan dirinya terjatuh ke sebuah rak dengan menopang tubuhnya.
Tanpa berpikir panjang lagi, Rio mengambil tali yang terhubung ke arah sabitnya, dan menariknya sekencang mungkin. Dirinya berharap besar untuk rencana ini, dan menguatkan lengannya untuk menarik sabit tersebut ke arah leher monster belalang.
Pertarungan kekuatan pun terjadi, Rio yang hendak menarik sabit tersebut, seketika ingin terjungkal ke depan karena kekuatan besar yang menariknya. Tak mau kalah Rio menahan tubuhnya dengan menyangkutkan kakinya di rak belakang monster tersebut. Dengan kedua kaki yang menahan beban tubuhnya, Rio terlihat seperti berdiri di rak dengan keadaan yang menyamping. Rio menarik kembali tangannya sampai ia dapat berdiri dengan keadaan menyamping di rak tersebut. Dan tak lama setelah itu, Rio pun memenangkan taruhannya dan membunuh monster belalang dengan tangannya sendiri. Dirinya merasa kelelahan dan terjatuh di tempat tersebut. Meskipun ia mati setelah itu, ia merasa bangga dapat membunuh monster tersebut dengan tangannya sendiri.