"Maafkan aku, aku menyesal," rancau Om Wisnu dengan berderai air mata.
"Bukan pada aku harusnya kamu memperlihatkan semua wujud penyesalanmu, tapi pada Arham. Anak yang telah kamu lalaikan. Anak tak sedikit pun mau kamu lihat sisi baiknya. Tak peduli seberapa keras Sari menjelaskan padamu kalau Arham adalah anak yang baik-baik, tapi kamu dengan penuh arogansi selalu menepis semuanya. Bahkan Kinnati pun sudah dddengan lantang menyerukan pada kamu untuk tidak memandang remeh orang lain."
"Apa kamu mendengarnya? Tidak, kamu menulikan telingamu dengan sangat sempurna."
"Kini kamu hanya bisa melalui sisa hidupmu dengan penuh penyesalan. Apa yang kamu tanam itu juga yang akan tuai. Sudah jadi hukum alamnya seperti itu, Pa."