HAPPY READING
Semua orang cantik, kalau hatinya juga cantik
.
.
.
Clarissa berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya sambil menggerutu sebal. Bagaimana tidak sebal, ditengah jalan motor Kevin kehabisan bensin dan ujung-ujungnya malah Clarissa yang disuruh mendorongnya.
Masih untung cuma dorong. Lah ini? Udah suruh dorong sampai pom mini, eh? Malah tutup. Sumpah demi apapun, kenapa nggak dari tadi yang masih deket SPBU, motornya habis bensin? Haduh, ditambah lagi dirinya suruh cari warung yang jual bensin eceran. Untung nih ya, langsung dapat. Kalau nggak?
Tapi lebih nyebelinnya lagi, pulangnya hujan. Kevin malah ngebut bawa motornya, dasar gak ngerasain muka cantik ini yang sakit kek ditusuk duri karena air hujan itu.
Mentang mentang pakai helm! Yang diboncengin gak dipeduliin. Ngajak berantem? Huh!
"Assalamu'alaikum Bun, Yah."
"Wa'alaikumsalam. Kok bajunya basah, Kak?"
"Hujan, Yah. Bunda mana?"
"Itu lagi di dapur."
"Yaudah, Sasa mau ke kamar, mau mandi terus tidur."
"Keramas sekalian, Kak. Rambut kamu udah terlanjur basah, nanti sakit."
"Iya, Yah."
Hari ini Clarissa menghabiskan waktunya menyendiri di kamar sampai malam tiba, dia hanya makan apa yang diantar Bundanya ke kamar, tidak lebih. Fiks, kali ini dia akan melancarkan aksi ngambek kepada semua orang.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.10, seharusnya putri kesayangannya sudah bangun. Tapi dikarenakan sekarang hari minggu, jadi setelah menunaikan salat subuh, Clarissa langsung tidur lagi.
Pikiran tentang hari kemarin, dimana Clarissa dibuat kesal oleh Kevin belum hilang meskipun semalam sudah bermimpi bertemu dengan lelaki idamannya sekalipun. Mulai saat ini, Clarissa kan menolak jika di ajak jalan hari sabtu. Menurutnya hari sabtu adalah hari yang membuatnya menderita. Oke, hiperbola sekali sampai menyalahkan hari hari.
Maya menarik selimut dari tubuh Clarissa, setelah itu beranjak membuka korden lebar lebar sehingga cahaya matahari menerobos masuk. Cara Maya membangunkan anaknya memang mudah. Tidak perlu teriak teriak, hanya membuka korden dan menarik selimutnya saja, anaknya itu sudah bangun.
Clarissa membuka matanya perlahan, mengulet layaknya bayi hingga tulangnya berbunyi, itu adalah hal yang paling nikmat setelah bangun tidur sejak Clarissa masih kecil. Mulutnya mencecap seperti sedang memakan sesuatu adalah hal yang sangat lucu untuk Maya lihat dipagi ini.
Menunggu nyawanya kembali terkumpul, Clarissa duduk dan melamun.
Cup
Maya mengecup pipi kanan Clarissa.
"Jam berapa,Bunda?" Tanya Clarissa, padahal tangannya sudah meraba dan mengambil ponselnya diatas nakas.
"Hoooaaammmm..."
"Sayang! Mulutnya ditutup kalau lagi nguap! Nanti setannya masuk lo!" Tegur Maya, "Bunda kebawah dulu ya? Nanti kamu langsung mandi, di bawah ada Kevin udah nunggu."
"Iya, Bun." Katanya malas, namun sedetik kemudian dia sadar perkataan Maya, "apa Bunda?! Ada Kevin?!" Clarissa langsung bangkit dan melihat kebawah, ternyata benar ada Kevin disana sedang duduk di sofa menunduk dan memegangi HP-nya. Clarissa yakin dia sedang bermain game. Clarissa tersenyum lalu beranjak untuk mandi.
45 menit ritual mandi Clarissa akhirnya kelar. Jangan bilang itu lama! Cewek itu harusnya cantik, cantik itu harus bersih, biar bersih itu mandi, mandi biar wangi, luluran, keramas, terus nyanyi, main busa baru pakai sabun, main busa lagi sambil nyanyi, sikat gigi lalu bilas deh.
Tau ah! Ribet amat gueðŸ˜
Sebenarnya Clarissa masih ingin menjalankan misi ngambeknya, tapi karena Kevin membawa mangga muda dengan jumlah yang cukup banyak, akhirnya Clarissa pending acara ngambek.
Dipending sebentar gak masalah, kan?
Dia duduk di sofa tepat disebelah kiri Kevin sambil membawa seloyang irisan mangga muda dan sambal dengan tangan kirinya.
"Mau?" Kevin menggeleng tanpa menoleh kearah Clarissa.
"Yaudah." Clarissa kembali sibuk dengan mangganya sementara Kevin sibuk dengan Game Online di ponselnya.
"Ah! Bangsat!" Umpat Kevin karena permainannya kalah.
"Mampus!" Clarissa berteriak girang dalam hati.
Setengah loyang lebih mangga itu ludes dalam waktu hanya 10 menit. Kevin dibuat melongo dengan tingkah rakus sahabatnya itu.
"Sa, Lo beneran makan mangga segitu banyaknya? Mangga muda, Sa! Itu asem banget tahu!" Kevin menelan air liurnya melihat Clarissa yang memakannya dengan lahap seperti tidak mengenal apa itu ngilu.
"Enak,"
"Lo lagi ngidam ya, Sa?"
"Enak aja!" Clarissa langsung menimpuk wajah Kevin dengan bungkus berisi tisu.
"Sayang, ini diminum dul........ ASTAGHFIRULLAH CLARISSA, SAYANG. KAMU MAKAN BANYAK BANGET! NANTI PERUT KAMU SAKIT!"
Maya langsung mengambil loyang yang hanya tinggal sisa mangga seperempatnya.
"Bunda kira, sebagian kamu simpan dikulkas. Malah dimakan semua!"
Clarissa mendengus sebal, "Bunda ih! Tadi juga udah Sasa simpan di kulkas, Bun. Ini Clarissa cuma makan 5 sama setengah, yang setengahnya tadi di makan Bunda."
Cuma gaes cuma! Lima loh itu 'cuma'.
Sumpah gue nulis juga ngilu, ngiler, apa dah ini! Kek ada mangga muda lima biji beneran ada di depan gue.
Astgahfirullah, inget.. ini masih puasaaa...
"Bunda ih!" Clarissa langsung bangkit dan berlari ke kamarnya dengan cepat.
Kevin bingung bukan main, tidak biasanya Clarissa seperti ini, Kevin yakin ada yang aneh.
"Tante, Sasa kenapa?"
"Tante?"
"Tante Maya?"
Kevin menggoyangkan lengan Maya, "Sasa kenapa? Gak biasanya,"
"Hah? Iya? Gak tahu, bunda.."
"Coba samperin gih!"
.
.
.
Brak
Kevin mendorong pintu kamar secara tiba-tiba, sehingga membuat Clarissa yang tengah asyik dengan pakaiannya terlonjak kaget. Kevin dapat melihatnya karena Clarissa mengusap dadanya saat melihat Kevin masuk.
"Mau kemana, Sa? Kok pilih pilih baju?"
Clarissa memalingkan wajahnya, dia kembali meraih baju baju miliknya dan memilih yang terbaik tanpa berniat membalas pertanyaan Kevin.
"Sa? Boleh duduk?"
Clarissa mendengus sebal, dia melirik sebentar Kevin yang masih berdiri dibelakangnya.
"Pertanyaan retorik mesti harus dijawab?"
Kevin menggeleng pelan, dia langsung duduk di kasur milik Clarissa. Kakinya dia angkat hingga duduk bersila dan bertopang dagu sambil melihat Clarissa yang tiba tiba sibuk dengan kegiatannya.
"Sa? Lo mau kemana?"
Masih tidak ada jawaban. Clarissa beralih mengobrak abrik tas make up miliknya.
"Sa. Lo pas....."
"Kevin keluar dong! Sasa mau ganti baju, emang Kevin mau ngintip?"
"Astaghfirullah, ya enggak lah. Tapi jawab dulu mau ngapain kok pilih baju?"
"Ya mau jalan jalan lah, yakali mau nyangkul di ladang."
"Sama siapa?"
"Ya sama Kevin lah, sama siapa lagi?"
"Emang gue ada ngajak lo jalan?"
"Ih, gak peka banget jadi orang! Kemarin kan gak jadi jalan jalan. Ya sekarang ganti rugi dong."
"Oh, oke.. gue tunggu depan. Jangan lama lama." Ucapnya sambil mencubit pipi Clarissa.
"Ck! Dicubitin terus, nanti tambah melar pipinya, Sasa jadi jelek, salah Kevin. Titik!"
"Enggak jelek, Sa. Sasa cantik kok, mau diapain juga tetep cantik."
"Cantik mana sama Nana? Cantik mana sama Melong? Cantik mana sam_____"
"Semua orang cantik, kalau hatinya juga cantik."
"Dih, sukanya copas."
"Udah sana." Ucap Kevin yang tak lepas dari cubitan di pipinya, Lagi.
Kebiasaan yang sulit ditinggalkan.
"Dibilangin jangan dicubit!"
"Iya iya enggak kok."
"Iya apa enggak? Iya iya, enggak enggak, jangan iya enggak!"
"Enggak, gue tunggu di depan."
"Iya, tadi aja udah bilang."
"Gak usah dandan cantik cantik. Nanti gue susah jagainnya."
"Kok susah?"
"Susah lah, kemarin aja baru pacaran sama Bagas udah putus aja, yang jadi pelampiasan siapa? Gue kan? Duit gue abis, bensin gue abis."
"Udah deh, Sasa mau pacaran sama Bagas aja enggak kok."
"Terus kemarin yang katanya jadian jadian itu apa? Udah dibilangin gue gak setuju dan gue gak terima kalo Bagas jadi pacar lo aja, lo masih ngeyel."
"Ya kan Sasa khilaf."
"Oh khilaf?"
"Iihh, udah deh! Sasa gak ganti ganti kalo gini."
"Iya iya."
"Sana keluar."
"Iya cantik."
"Udah tau!"
.
.
.
"Ayo dong, bantuin yaaa..."
"Ih, dibilangin enggak ya enggak!"
"Pliss, Sasa cantik deh."
"Udah tau."
"Bantuin yaa.. pliiss deh, nanti aku beliin permen atau es krim gitu."
"Mela ish! Sasa gak mau bantuin Mela."
"Emang Sasa suka sama Kevin?"
"Ya ya ya enggak juga, tapi..."
"Yaudah, bantuin gue biar deket gitu sama Kevin."
"YA TAPI GUE GAK MAUU!"
"Apaan sih?! Timbang lo yang ngejauh aja susah amat!"
"Ya gak bisa, Mela! Lo jangan ngatur ngatur dong!"
"Ya lo aja susah dibilangin."
"LO YANG SUSAH DIBILANGIN!"
"Keras kepala banget!"
"Pokoknya gak ada yang namanya Clarissa Ayudia beralih profesi buat comblangin Qamela Okalina dengan Kevin Ailen Abraham." Ucap Clarissa final.
"Denger gak?"
"Dingir gik?"
"Mulut lo minta disambelin ya, Mel!"
"SASAA.. SINI!"
Clarissa berbalik badan, ada Kevin diujung sana sedang melambai ke arahnya. Clarissa melirik kearah Mela yang sedang menatapnya sengit.
"Apa lo?!"
"Syirik aja lo, Mel." Clarissa menjulurkan lidahnya mengejek Mela, lalu dengan segera, Clarissa berlari menghampiri Kevin.
"Rey mana?" Tanya Clarissa setelah sampai di sebelah Kevin.
Awalnya mereka memang jalan jalan hanya berdua, tapi kebetulan saja bertemu dengan Rey di parkiran tadi. Jadi, akhirnya mereka pergi bertiga.
"Lagi bayar,"
"Beli apa?"
"Nggak tau, sepatu kali. Sasa mau apa?"
"Mau? Mau ketemu Rey dulu."
"Ya udah tunggu disana aja, sambil duduk." Ajak Kevin sambil menunjuk bangku tunggu di sebrang sana. Clarissa mendongak menatap Kevin yang jangkung, meringis menunjukkan deretan giginya.
"Tinggal ngomong males jalan aja, pake kode kode segala. Untung peka!"
Kevin mengusap ujung kepala Clarissa lembut, lalu mengapit kepala Clarissa dengan sikunya.
"Iihh, lehernya kek di cekek!"
"Ayok ah, lama."
Kevin merangkul bahu Clarissa dan berjalan dengan kaki kanan Clarissa yang numpang di kaki kiri Kevin.
.
.
"Nih, jajan." Rey melempar keresek berisi jajanan ke pangkuan Clarissa.
"Buat Sasa?"
"Buat adik kamu."
"Emang Sasa punya adik, Vin?" Tanyanya menoleh kearah Kevin. Sedangkan Kevin hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Rey, asal Rey tau ya? Sasa itu anak tunggal tau."
"Terus?"
"Ya ini jajan buat siapa jadinya? Kan Sasa gak punya adik."
"Ya buat lo, Sasa.."
"Beneran?"
"Bohongan."
"Ribet amat! Tinggal buka, makan, kenyang!" Kevin merebut keresek itu lalu membukanya, mengambil susu kotak lalu memberikannya pada Clarissa.
"Makasih Rey."
"Hemm"
"Yuk pulang."
"Hah?" Beo Kevin dan Rey dalam waktu bersamaan.
"Pulang, ngapain emang disini?"
"Ya udah ayuk." Ucapnya bersamaan lagi.
"Ih, kalian ngomongnya barengan terus. Jangan jangan jodohnya Sasa."
"Dih, sotoi"
"Dih, sok tau"
"Tuh kan, bareng lagi."
"Tapi kan beda kata kata, Sasa."
"Tapi kan beda kata kata, Sasa."
"Lah itu sama."
"Bikin ide sendiri dong, Rey. Gak kreatif lo!"
"Males! Ini jadi pulang gak?"
"Jadi dong, oteweee..."
Clarissa berjalan paling depan, Kevin dan Rey berjalan bersebelahan dibelakangnya. Rey yang menenteng plastik berisi sepatu miliknya, dan Kevin yang menenteng plastik jajan dan baju milik Clarissa.
Ditengah perjalanan menuju parkiran, tiba tiba Rey dan Kevin merangkul Clarissa dari arah kanan dan kirinya. Clarissa sempat bingung, tapi beberapa detik kemudian dia tersadar. Ternyata di depan sana ada Bagas yang sedang menatapnya.
Setelah semakin dekat, kedua tangan Clarissa langsung merangkul pinggang Rey dan Kevin. Ternyata betul, Bagas menghampirinya.
"Ngapain lo?" Sinis Kevin melirik Bagas didepannya.
"Gue mau minta maaf, dan gue mau Clarissa."
"Maksud lo apa, hah?" Rey mendorong bahu Bagas cukup keras hingga dirinya terhuyung kebelakang.
"Gue mau ngomong sama Clarissa kalo waktu itu gue mutusin dia, karena gue lagi gak sadarkan diri. Gue____"
"Terus mau lo apa?" Kevin maju dan langsung mencengkeram pipi Bagas.
Clarissa gemetar, takut terjadi perkelahian antara Bagas, Kevin dan Rey. Dia mencengkeram kuat pada pinggang Rey, dan menarik baju Kevin agar mundur dan mendekat kearahnya.
"Sa? Lo masih mau jadi pacar gue kan?"
"SASA GAK BOLEH PACARAN SAMA ORANG KAYAK LO!" Setelah mengatakan itu, Kevin langsung mundur dan kembali merangkul tubuh Clarissa, mengusap puncak kepalanya pelan.
Clarissa menggigit bibir bawahnya takut, dia terus menunduk melihat jari kakinya.
Rey meraih tangan Clarissa yang mencengkeram erat pinggangnya lalu mengusapnya pelan.
"Kalo lo masih nekad pacaran sama Clarissa, Lo perlu langkahin mayat gue!" Ucap Rey tegas
"Lo juga perlu langkahin mayat gue!" Kevin menimpali.
"Sekarang lo pergi, atau lo mau ribut sama gue?"
"Oke, gue pergi!"
Setelah Bagas benar benar pergi, Clarissa langsung menatap Rey dan Kevin bergantian. Rasanya Clarissa adalah gadis paling beruntung yang memiliki sahabat seperti mereka, yang rela melindunginya bahkan berkorban nyawa sekalipun.
"Rey, Kevin. Sasa berasa jadi Ratu.."
.
.
.
.
.
TBC