HAPPY READING
.
Seperti surat Al-Ikhlas yang tidak ada kata ikhlas dalam suratnya.
.
.
Malam ini Samuel dan Maya free dari kerjanya. Hal rutin, berkumpul bersama keluarga kini terjadi lagi. Kehangatan itu kambali tersalurkan.
Ruang keluarga terlihat begitu ramai oleh musik yang sengaja Clarissa stel untuk mengurangi rasa bosannya. Maya duduk berselonjor dan Clarissa yang tidur dengan paha Bundanya sebagai bantalan itu terlihat sesekali melontarkan guyonan recehnya.
Melihat jam yang menunjukkan pukul 21.05, Maya bangkit untuk membuat sesuatu untuk mereka. Kini tersisa Clarissa dan Samuel, Ayahnya.
"Kakak ada suka sama cowok di sekolah?"
"Mmm, enggak."
"Yakin nih?"
"Kayaknya sih enggak. Tapi, Ayah tau gak? Waktu Sasa main ke Mall sama Kevin, Sasa ketemu sama Rey. Terus pas pulangnya, kita ketemu Bagas masa? Bagas samperin Sasa, katanya Bagas minta balikan sama Sasa. Tapi Rey sama Kevin langsung nggak ngebolehin Sasa buat balikan sama Bagas." Ceritanya dengan menggebu.
"Jangankan mereka, Ayah aja nggak setuju kakak pacaran sama anak kayak Bagas itu. Dia tukang mabok, sering ke club, udah jelas bukan anak baik! Dan yang paling menjengkelkan itu, Ayah tau langsung dan itu hari kemarin!"
"Tenang aja, Sasa juga nggak bakal mau sama Bagas Bagas itu. Oiya lanjutin tadi, Yah. Mereka langsung lindungin Sasa. Sasa seneng banget tau, Yah. Berasa jadi Ratu yang punya dua pengawal, ganteng ganteng lagi."
"Pinter ya kakak modusin para buaya!"
"Iya dong, Kakak gitu loh!"
"Hai, sayang sayangnya Bunda. Asyik banget, cerita apa nih?"
Clarissa dan Ayahnya langsung menoleh ke belakang. Ada Maya yang membawa nampan berisi tiga gelas untuk mereka.
Satu gelas berisi susu coklat diberikan untuk putri semata wayangnya. Secangkir kopi untuk suaminya, dan satu cangkir teh hangat untuk dirinya sendiri.
"Kok diam? Nggak lanjutin ceritanya lagi nih?"
"Udah selesai, Bun."
"Kebiasaan! Cerita cuma sama Ayah. Bunda jadi nggak tau apa apa nih."
"Bunda tadi buat apa aja minumannya?" Tanya Clarissa tiba tiba.
"Teh, kopi, sama susu coklat."
"Nah itu, Bunda masih tau kan? Sasa sih nggak percaya waktu Bunda bilang 'Bunda jadi nggak tau apa apa nih.' Dan sekarang terbukti."
"Pinter anak Ayah. Tos dulu."
"Iya deh." Pasrah Maya.
.
.
.
.
Akhir akhir ini, Clarissa sangat senang. Berangkat dan pulang sekolahnya seakan dia punya tukang ojek pribadi. Bukan hanya satu, melainkan tiga. Jika bukan Kevin, maka Rey atau Kenan.
Seperti hari ini, seperti biasa Kevin sudah menunggu dirinya di depan pintu gerbang dengan motor Sport merah kesayangannya. Beberapa hari terakhir, setelah selama ini Clarissa diantar dan dijemput Rey atau Kenan, Kevin mempercepat jam di rumahnya, agar tidak terlambat menjemput sahabatnya itu.
"BUNDA, SASA BERANGKAT YA.. ASSALAMU'ALAIKUM."
"WA'ALAIKUMSALAM."
"Yuk."
Kevin dengan wajah datarnya menatap Clarissa, "emang pamitan sama orang tua harus teriak teriak, Sa?"
"Ya enggak sih. Tapi kan Bunda di dalam, Sasa udah terlanjur keluar gimana?"
"Ya masuk lah."
"Masuk kedalam?"
"Yaiyalah, Sasa. Masuk ya ke dalam."
"Terus kalau keluar kemana?"
"Ya keluar."
"Ya keluar mana?"
"Keluar rumah, keluar gedung, keluar kelas, keluar masuk lubang buaya, jadi santapan wanita wanita muda..."
"Kevin malah dangdutan!" Ucap Clarissa, tangannya menonjok bahu Kevin keras, hingga helm yang akan diberikan pada Clarissa terjatuh.
"Sumpah ya, kalau urusan jotos menjotos, nggak ada lawannya lo, Sa."
Clarissa malah terbahak, dia menatap helm itu, tanpa ada keinginan untuk mengambilnya.
"Itu kepala lo ambil! Mau berangkat nggak?"
"Kepala, kepala, kepala gundulmu atos!"
"Buruan Sasa, keburu masuk. Belum nanti ada lampu merah!"
"Iya."
Setelah Clarissa mengambil helm yang menggelinding itu. Kevin langsung mengambil alih dan memasangkannya pada Clarissa.
"Udah?"
"Udah, yuk." Ucapnya tak meninggalkan kebiasaannya, mencubit pipi Clarissa.
.
"AING MAUNG!!"
"HEH LO PADA NGAPAIN LIATIN GUE?!"
"BU UMI, BAKSO BIASA BUU.."
"Huft!" Kenan mendudukkan pantatnya tepat di sebelah Nana.
"Kenan kok makin hari makin absurd sih kelakuannya?"
Semua langsung menatap Clarissa malas, pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan kata kata.
"Ini bakso_____"
"Oiya, makasih Bu Umi. Nanti dibayarin sama Clarissa."
"Uhuk.. lah kok Sasa?"
Kenan menyendok kuah baksonya, mencicipinya sedikit. Enak, seperti biasanya.
"Kenan? Kalau ada yang tanya itu di jawab!"
"Kemarin gue udah anterin lo pulang 2 kali."
"Jangan mau, Sa. Kenan nggak ikhlas nolonginnya." Clarissa mengangguk menyetujui apa yang Rey katakan.
"Emangnya Rey ikhlas?"
"Seperti surat Al-Ikhlas yang tidak ada kata ikhlas dalam suratnya. Ya gitu."
"Kirain mau ceramah panjang lebar kali tinggi."
"Ulang tahun Sasa kapan ya?" Tanyanya pada diri sendiri.
"Hari ulang tahun sendiri aja lupa!"
"Bukan lupa Kevin, cuma nggak inget sekarang tanggal berapa? Kan ulang tahun Kevin sama Sasa nggak kepaut jauh."
"KENAN MINGGIR DEH! MEPET MULU PERASAAN!"
Arah mata mereka langsung tertuju pada Nana yang tiba tiba meneriaki Kenan.
"LO GANGGU TAU NGGAK! LAGI MAKAN JUGA! TEMPAT SAMPING LO BANYAK YANG KOSONG! MODUS BANGET DASAR!"
Kenan, sebagai tersangka hanya cengengesan, sedangkan teman temannya menertawakan dirinya.
"Nana mau kasih kado Sasa apa?"
"Tau!" Satu sendok terakhir telah masuk ke mulutnya. Nana mengambil jus jambu miliknya lalu menyeruput hingga tandas.
"Gue balik ke kelas. Sa? Ikut nggak?"
"Ikut." Clarissa langsung menghabiskan jus alpukatnya, "jajan Sasa, Kevin bayarin ya?"
"Iya, tap____"
"Dadaahh, Sasa susul Nana duluan."
.
.
.
.
"Jadi gak, Ken?" Tanya Rey entah untuk keberapa kalinya untuk mengajak Kenan main ke rumah Kevin.
"Berisik tahu gak? Lo nanya gituan mulu! Sabar! Emak gue rempong!"
Rey kembali ke ruang tengah. Menunggu Kenan mencuci piring sangatlah lama. Rey maklumi sih, Kenan kan gak pernah mau disuruh cuci piring, kecuali seperti ini pembatune izin pulkam, terus emaknya arisan.
Auto jadi menantu idaman..... tapi boong. Pal pale pal paleee.
Rey mengambil 2 bantal sofa lalu menumpuknya dibagian sudut. Kakinya dia angkat dan mulai merebahkan badannya.
Tiing..
"Eh? Hp siapa?" Rey mengecek ponsel miliknya karena suara notifikasinya sama. Ternyata bukan, berarti ini milik Kenan.
"KEN! HP LO BUNYI!"
"KENAPA?"
"HP LO BUNYI BUDEK!"
"SIAPA?"
"MANA GUE TEMPE!"
"YA BUKA LAH! SEKALI KALI BANTUIN GUE! GAK GUNA BANGET HIDUP LO! REY REY..."
"IYA!"
Rey meraih ponsel berlogo buah apel keropos ujungnya, ntah dimakan apa, yang penting ponsel itu milik Kenan. "Ooh, dari emaknya."
"SIAPA REY?"
"DARI CEWEK"
"SIAPA ANJIR! GUE GAK PUNYA CEWEK!"
"INI UDAH TUA"
"BENERAN? YAUDAH JANGAN DIBALES! BLOKIR AJA SEKALIAN! GUE GAK MAU JADI PACARNYA TANTE TANTE!"
"DARI EMAK LO, BANGKE! MAIN BLOKIR AJA!"
Kenan berlari menghampiri Rey dengan tergesa. Dia menyambar begitu saja ponsel dari genggaman Rey. Jangan sampai dia telat, bisa berabe kalau telat lebih dari 5 menit. Auto emak jadi ustadzah dadakan.
"Ah! Gue suruh masak! Masak apaan coba?" Kenan mengacak rambutnya frustasi. "Nih gue cuci piring juga belum selesai, malah udah suruh mas_____ak"
Tiing
EmakKu SuperDedeKu❤
Kalo udah cuci piring, udah masak juga. Sekalian bersihin rumahnya! Mama mau ada tamu.. bye sayang😘😘😘
"Lagiii????" Kenan membuang asal ponsel di sofa. Sayang kalau dibanting di lantai. Uangnya sekarat, apalagi sekarang lagi tanggal tua, belum tentu arisan sekarang emaknya yang dapet. Hadeehhh..
"EMAAAKKK!!! AKU BUKAN PEMBANTUMU!! BISA KAU SURUH SURUH!! DENGAN SEENAK UDELMU!! AKU BUK____"
"Durhaka lo!" Potong Rey sambil memejamkan matanya.
"Pantat lo kuning! Gue stress bego!"
.
"Ini berapa mbak?"
"Maaf mas, disitu sudah ada harganya."
"Anjir malu gue, untung pake masker." Batin Rey.
Rey mendekati Kenan, dia menepuk pundaknya lalu berbisik ditelinganya, "Ken, tadi lo masuknya ke Supermarket. Ngapain nanya harga!"
"Oh supermarket ya? Lupa gue."
Dasar tua!
"Mbak, ini harganya boleh nawar gak? Soalnya mau gue pinang nih?"
"Malu sumpah!" Rey mengambil kacamata hitam di krah bajunya lalu memakainya dengan cepat. Tak lupa juga dia sedikit memundurkan langkahnya agar tidak terlalu dekat dengan Kenan. Sahabatnya ini benar benar membuat harga diri Rey jatuh, astaga bayangkan Rey tidak memakai masker, mau ditaruh dimana mukanya sekarang?
"Maaf mas, ini harga pas."
Ya iyalah harga pas. Masa iya di supermarket nawar? Dikira belinya dipasar loak kali!
"Oh gitu," jawab Kenan dengan watadosnya.
Rey melihat mbak karyawan itu cengengesan dan beberapa dari mereka saling pandang, dan sebagian lagi ada yang melihat kearah Rey. Itu yang membuat Rey risih, dia memutuskan untuk berkeliling saja, melihat baju baju atau sepatu akan menaikkan moodnya hari ini yang hancur karena Kenan.
Rey berjalan ke bagian sepatu. Rey termasuk anak yang senang nengoleksi sepatu, berbeda dengan temannya yang lebih senang mengoleksi berbagai macam pakaian ataupun jaket.
"Eh? Bagus nih... buat cewek pas banget.." Rey tampak menimang sepatu itu.
Tiba tiba Rey teringat akan ucapan Clarissa di kantin siang tadi, Ulang Tahun. Oke, mungkin ide bagus.
Dia beralih ke jajaran sepatu cowok untuk dirinya sendiri. Sedang asyik memilih dan mencoba sepatu, bahunya ditepuk oleh seseorang.
"Pulang! Pegel gue!"
Rey tidak menghiraukan, dia tahu siapa yang menghampirinya itu, pasti Kenan. Dia masih memilih sepatu untuknya.
"Bentar, nanggung!"
"Lama lo!"
"Sabar, gue lagi ngecek nih asli apa bukan!"
"Palsu itu! Yang asli ada badaknya!"
"Serius bego! Gue naksir sama nih sepatu."
"Udahlah Rey! Dirumah lo sepatu lebih banyak daripada disini! Ngapain beli mulu sih! Ngabisin duit tau gak? Mending buat traktir gue aja!"
Rey melirik sebentar cermin di sampingnya, terlihat separuh badan Kenan yang duduk dikursi dengan kaki yang diselonjorkan, lalu menyibukkan dirinya memilih sepatu lagi.
"Eh? Itu cewek cakep banget!" Kenan mendorong kepala Rey tanpa ada pelan pelannya.
"Arrggghhh!! Bangsat lo! Udah tahu gue!" Jawabnya kesal. Dia membenarkan rambutnya yang kusut karena kepalanya yang di dorong Kenan membuat rambutnya jelek dan acak acakan.
"Kek Nana bukan sih?"
"Bukan lah."
"Oh"
"Kenapa? Lo suka sam_____" Rey menjeda ucapannya, dia terkejut saat membalikkan badannya dan melihat Kenan membawa 3 kantong berisi bahan makanan.
"Astaghfirullah.. masyaallah.. subhanallah.. lailahaillallah.. allahu akbar.. innalillahi wainna ilaihi rojiun.. allahuma bariklana fima rozaktana wakina adzabannar... Lo belanja segitu banyaknya?"
Bugh!
Kenan meninju perut Rey pelan. Ingat cuma pelan!
"Gue tahu lo gak rabun apalagi buta. Btw tumben inget Sang Pencipta? Biasanya semua isi kebun binatang yang keluar."
"Ya mana saya tau, saya kan ikan.."
"Ikan hiu makan tomat! Mati aja sono lo, Somat!"
.
.
.
.
.
TBC