"Heh ... ku rasa aku harus menggila." Khafi menatap merpatinya.
"Tidak perlu menggila. Dengar Arjun! Dimas merencanakan sesuatu. Rem mobil mu akan blong. Jika kamu mau mengingat masa lalumu, maka kamu harus mengalami kecelakaan itu, namun jika kamu tidak ingin mengingat masa lalumu dan musuh masa depanmu, maka kamu bisa menghindari kecelakaan itu."
Mendengar itu Khafi menatap merpatinya. Ada rasa percaya dan tidak percaya di dalam hatinya. Dia menatap penuh tanda tanya.
"Kenapa kamu terus memanggilku Arjun?" tanya Khafi setelah beberapa saat berpikir.
"Aku tidak akan menjawabnya."
Mendengar itu Khafi tersenyum miring tepat ponselnya berdering, Khafi dengan malas menerima panggilan telepon itu.
"Aku pergi dulu putih," pamit Khafi ke merpatinya. Khafi berjalan sambil meletakkan ponsel ke telinganya.
"Ceh, iya. Iya ... tidak perlu cerewet. Aku akan kesana." Khafi menutup telepon dan berjalan ke mobilnya.
Khafi teringat suara merpatinya. 'Kenapa aku merasa sangat penasaran dan apakah mungkin aku pernah hidup di masa lalu? Arjun ...? Nirmala ...? Apa jika aku mengalami kecelakaan itu, aku akan tahu siapa Nirmala? Apa perkataan si putih benar adanya?' tanya Khafi dalam hati.
Dari kejauhan Dimas terlihat memperhatikan Khafi yang belum masuk mobil.
"Ayo ... masuk Khafi, ayo ...." gumam Dimas terus berharap.
Sementara Khafi terlihat masih berpikir. Seolah-olah suara merpati terus membisiki nya. Sejenak CEO tampan itu menatap langit lepas berwarna biru. Seakan hatinya mantap untuk menaiki mobil yang sudah rusak remnya. Khafi membuka pintu dan segera menaiki mobilnya.
'Kenapa aku lebih mempercayai merpati itu daripada orang-orang yang berada di dekat, walaupun aku percaya orang-orang di dekatku pasti ada yang bisa dipercaya. Aku tidak berniat bunuh diri aku hanya ingin tahu tentang Nirmala. Mimpi yang seakan-akan menenggelamkanku dalam rasa bersalah yang hebat.' Khafi menghela napas lalu melajukan mobilnya.
'Ya Allah ... huf ....'
Dimas merasa sangat puas ketika mobil Kahfi pergi dari halaman rumah. Entah dendam apa yang ada di dalam hatinya hingga dia tega mencelakai adiknya.
***
Semua masih normal dan berjalan apa adanya. Namun, pikirannya tidak henti membayangkan seorang wanita cantik yang di lempar ke jurang. Saat itu pikiran Khafi kacau.
"Nirmala ...?"
Tinnn!
Tiiinnnn!
Hingga suara klakson menyadarkannya. Bola mata Khafi terbelalak ketika salah masuk jalur. Seketika suasana menjadi tegang.
Khafi berusaha menghentikan mobilnya saat ada mobil besar yang hendak menabrak mobilnya.
"Dimas ... Dimas. He," gumam Khafi setelah melihat supir mobil besar itu yang ternyata orang percayaan kakaknya.
Khafi melajukan mobilnya. Namun naas, dia melihat seorang nenek tengah memungut sesuatu. Khafi pun membanting setir karena rem memang blong dan mobil besar itu memang sengaja menabraknya. Seakan di kepung dengan beberapa mobil, Khafi tidak bisa berkutik dan pasrah.
"Nirmala, akankah aku tahu siapa kamu?" gumamnya sudah pasrah dengan kecelakaan yang akan menimpanya. Dia sama sekali tidak bertindak untuk menyelamatkan diri walau dia yakin dia bisa.
Broaaakkk!
Taaarrr!
Mobil Khafi terbalik dan dari arah belakang mobil avanza hitam yang melaju dengan kecepatan tinggi pun ikut menabrak mobilnya.
Mengalir darah segar dari dahinya, pandangan Khafi mulai buram dia memejamkan mata dan tersenyum.
'Seberapa besar pengorbananku untuk dicintai dengan tulus, itu hanya mimpiku. Selama ini, mereka hanya memanfaatkanku. Ternyata benar, sebesar apa pun perbuatan ku untuk memperbaiki dan mengambil hati orang yang membenci ku. Orang itu akan tetap membenciku, walaupun aku sudah mengorbankan banyak hal. Aku jutek dan angkuh karena banyak orang yang berkhianat. Ya inilah keserakahan, keserakahan yang merusak kepercayaan. Siapapun bisa menjadi musuh ...' Kahfi mengeluarkan nafas pelan dan semakin perlahan.
'Heh ... sampai aku rela dibenci, dan aku pun tidak akan peduli jika mereka semakin membenciku. Karena hatiku yang mati ... Nirmala kamu menjelma di dalam hidupku. Entah kenapa aku sangat mempercayaimu walaupun aku tak yakin kamu benar ada atau tidak. Ya Allah ....' batin Khafi yang lalu tak sadarkan diri.
Sementara dua orang bertopeng membawa tubuh Khafi dari tempat kecelakaan itu. Ada beberapa orang yang memakai seragam polisi yang menghentikan para pengendara untuk berputar arah karena sedang mengevakuasi kecelakaan.
Tubuh Khafi yang penuh luka serta dalam keadaan tak sadarkan diri, di bawa ke laut untuk ditenggelamkan. Dari kejauhan terlihat Dimas sedang memantau anak buahnya. Dia tersenyum puas dengan konspirasinya. Seorang wanita keriput dan beruban yang tadi dihindari Khafi melepas topeng dan rambut putihnya. Dia melemparkan topeng dan rambut putihnya ke laut, lalu tersenyum dengan menghampiri Dimas.
"Terima kasih sayang kamu sudah berkorban untukku." Dimas menggenggam erat tangan wanita itu, sambil menyaksikan Khafi ditenggelamkam dengan teropong.
"Sekarang ini Bella akan merasakan, bagaimana rasanya dicampakkan. Selama ini dia tidak pernah menghargai ku sebagai suami. Dia selalu membandingkan aku dengan Khafi. Aku merasa sangat bahagia dan puas melihat Khafi tenggelam."
"Tapi kamu yakin kan sayang, kita akan aman? Lagian Mas melakukannya di siang bolong seperti ini."
Mendengar pertanyaan dari sang selingkuhan Dimas pun menghadap ke wanita yang telah membantunya. "Kamu tenang saja sayang, uang yang berkuasa atas segalanya. Aku sudah merencanakannya dengan matang, orang-orang yang ada di balik rencanaku sangat terpercaya dan aku aku tahu kelemahan mereka Jadi kamu tenang saja. Sayang ... aku akan segera menikahimu dan kita akan hidup bahagia dengan harta peninggalan Khafi."
"Mas tidak bohong kan? Tapi aku tidak mau ya Kalau Mas tidak menceraikan Bella."
Mendengar itu Dimas tersenyum kemudian merangkulnya dan menyaksikan Khafi benar-benar ditenggelamkan.
"Aku akan segera menceraikan Bella. Aku janji. Sekarang mendingan kita menyaksikan sesuatu yang sangat membahagiakan untuk kita. Dan setelah itu aku akan merekayasa seakan-akan aku yang mengalami kecelakaan."
"He, kamu memang hebat." Wanita itu mengecup bibir Dimas. Tak lama adegan itu.
Dimas memberikan teropong kepada wanita simpanannya.
Kedua insan itu menyaksikan Khafi yang sudah tidak terlihat.
Gelembung keluar dari lubang hidup Khafi. Khafi yang tenggelam membuka mata dan berusaha untuk naik namun dia merasa percuma karena ada beban yang diikatkan ke kakinya. Khafi semakin tenggelam dengan mata yang menyipit.
'Dunia sangat fana, dipenuhi manusia yang serakah, rela melakukan kejahatan demi uang dan tahta. Ya Allah ... aku berlindung kepada Engkau. Jika dengan hidup membawaku dekat denganMu, pasti Engkau akan menyelamatkanku ....'
Khafi memejamkan mata dan semakin tenggelam, dalam pejaman matanya dia melihat orang laki-laki yang disiksa hingga akhirnya laki-laki itu dengan perasaan hancur serta tak berdaya melihat wanita yang sangat ia cintai di siksa bahkan dilempar dari tebing. 'Nirmala ....'
Khafi berusaha membuka matanya, hati yang terasa hancur memenuhi ruang dadanya. 'Apa aku laki-laki buruk rupa itu?' batin Khafi. Dia lalu melihat sosok tua berenang menghampirinya. Pandangan semakin buram.
'Dia ...? Dia ...?' Khafi yang sulit bernapas tidak bisa lagi bertahan hingga akhirnya dia tenggelam semakin ke dasar.