Saat mata Lea terbuka perlahan, samar samar samar wanita berhijab itu dapat melihat plafon putih dan ada sekantung infus yang menggantung di dekatnya. Tubuhnya serasa lemas, kepalanya pening. Air mata itu kembali turun membasahi pipi mulusnya.
Lea mulai terngiang akan sang eyang yang telah meninggalkan dirinya untuk selamanya. Ucapan sang eyang tempo hari mungkin firasat yang di berikan, tapi Lea tak mengetahui.
'Bukankah eyang sudah katakan, eyang ini sudah tua. Eyang ingin meninggal disini, bukan di negri orang.'
Dan bodohnya, Lea tak faham akan ucapan itu. Lea tak sempat mengatakan rasa sayangnya kepada sang eyang dan juga belum sempat mengatakan trima kasih kepada sang eyang yang sudah merawatnya. Lea sungguh menyesali itu.
Ceklek!
Pintu terbuka dan memperlihatkan Deril yang sudah berganti pakaian dan nampak lebih fresh. Deril tersenyum kepada Lea.
"Aku bawakan pakaian ganti untukmu," ucap Deril sembari tersenyum tipis.