Berdebar-debar itulah pertama kalinya Hanan menggandeng Gifa dengan sedikit berlari dan tulus.
"Mas maaf." Suara itu keras. Hanan menoleh dan tersenyum. "Ada-ada saja orang jaman sekarang, aduh mak nyus ... panasnya," kata Hanan gerakan pipinya yang memerah. Gifa menyentuh pipinya, Hanan menatap mata indah itu.
"Au ...." keluh manja. Gifa mengusap pipi memar itu dengan jarinya.
"Pasti sakit banget ya?" tanya Gifa yang terlihat kasihan.
"Pasti, tapi lebih nyeri ..."
"Apa?" tanya Gifa sangat cemas.
"Ininya ... hiks." Hanan menunjuk ke arah sesuatu namun Gifa pura-pura belum paham. "Kenapa tindakanmu sedikit-sedikit menyuntik ku rasanya. Sungguh setruman yang luar biasa ...." Hanan malah bercanda, ketika istrinya sangat cemas. Gifa mencolek hidungnya dengan jari telunjuk.