Chereads / SWEET TRAP AND REVENGE / Chapter 15 - BAB 15 HAL YANG TIDAK BIASA.

Chapter 15 - BAB 15 HAL YANG TIDAK BIASA.

"Bian memintaku menjadi modelnya untuk beberapa produknya."

***

Naila terlihat mengerutkan keningnya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Aditya kepadanya.

"Jangan bercanda, Dit! Karena tidak mungkin Bian akan melakukannya. Kamu tahu sendiri kan, betapa tidak sukanya Bian kepadamu," ucap Naila yang membuat Aditya mendengus kesal.

"Itu sih, dianya saja yang baperan!" cibir Aditya.

Naila merotasi kedua bola matanya saat mendengar cibiran Aditya.

"Sini, coba aku baca pesannya," ucap Naila seraya merebut handphone milik Aditya, karena dia merasa penasaran dengan isi pesan yang dikirim oleh manajer Aditya.

"Benarkan apa yang aku katakan kepadamu," ucap Aditya saat Naila membaca pesannya.

"Tapi bagaimana bisa?" ucap Naila yang masih tidak percaya kalau Bian mau menawarkan kontrak sebagai model produknya pada Aditya.

"Iya mana aku tahu Nai! Mungkin saja saat dia pergi dari sini, kepalanya terbentur tembok," ucap Aditya dengan asal.

"Sembarangan banget kalau ngomong," ucap Naila seraya menggeplak kepala Aditya dengan buku menu.

"Ish! Apaan sih Nai. Main geplak geplak saja!" kesal Aditya seraya mengusap kepalanya.

"Mangkaknya jangan asal kalau ngomong!" ucap Naila pada Aditya.

"Aku kan hanya menebak saja, dan kamu tahu sendiri si Bian itu tidak akan pernah menawarkan kontrak apa pun kepadaku, lah lihat sekarang?" ucap Aditya.

"Dan itu artinya kita akan menjadi partner lagi, karena Bian sudah memintaku untuk menjadi model produknya yang akan segera ia launching," ucap Naila yang membuat Aditya berbinar.

"Kalau aku akan menandatangani kontraknya," ucap Aditya dengan semangat.

Bukannya senang saat mendengar ucapan Aditya, Naila malah mendengus kesal.

"Kamu sepertinya tidak senang kalau aku menerima kontrak yang ditawarkan oleh Bian kepadaku." Aditya yang menatap Naila dengan tatapan penuh selidik.

"Bukan begitu Dit! Kamu tahu kan bagaimana hubunganku dengan Bian sekarang, apalagi setelah kejadian barusan." Naila menghela nafas panjang.

"Tapi buktinya, sekarang Bian menawarkan kontrak kerja kepadaku yang pasti dia tahu sendiri kalau itu berarti kita akan menjadi partner lagi," ucap Aditya.

"Sudahlah! Kalau dia memang benar-benar mencintaimu, maka dia akan mempercayaimu," lanjut Aditya seraya mengambil handphonenya dari tangan Naila dan dia pun segera beranjak dari tempat duduknya.

"Aku duluan, karena pemotretanku akan segera di mulai." Aditya melenggang pergi meninggalkan Naila yang terlihat tengah mencerna kata-katanya.

"Semoga dengan Bian yang menawarkan kontrak kerja pada Aditya adalah awal yang baik untuk hubunganku dengan Bian," gumam Naila setelah Aditya pergi.

***

Dan sementar itu, Aretha terlihat baru saja selesai menyetrika pakaian laundryan konsumennya lagi. Saat dia akan memasukkan pakaian-pakaian yang sudah ia setrika ke dalam kertas bening, terdengar suara ketukan pintu dan Aretha pun segera menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang mengetuk pintunya.

"Eh? Bu Wiwin! Kebetulan sekali, ini laundryannya sudah saya packingkan," ucap Aretha seraya mengambil laundryan milik bu Wiwin, dan dia pun segera beranjak dari lantai untuk memmberikan laundyan Bu Wiwin.

"Terimakasih ya Tha!" ucap Bu Wiwin seraya mengambilan laundryannya dan memberikan satu lembar uang kertas berwarna biru kepada Aretha.

"Bu tunggu sebentar ya, Aretha mau tukarkan uangnya dulu di warung depan karena Aretha tidak punya kembaliannya," ucap Aretha yang membuat Bu Wiwim tersenyum.

"Kembaliannya buat kamu saja, Ta!" ucap bu Wiwin seraya memegang bahu Aretha.

"Tapi ini kebanyakan bu! Jadi, Aretha tukarkan uangnya saja terlebih dahulu," ucap Aretha yang berusaha menolak kelebihan uang dari bu Wiwin.

"Tidak apa-apa dong! Memangnya kenapa kalau kebanyakan? Kamu anggap saja sebagai tips buat kamu karena sudah membuat Ibu puas dengan hasil cucianmu," ucap Bu Wiwin yang masih memegang bahu Aretha.

"Jadi, jangan ditolak ya?" lanjut bu Wiwin.

Aretha pun mengangguk mengiyakan kata-kata bu Wiwin.

"Terimakasih banyak ya bu Win," ucap Aretha pada bu Wiwin dengan tersenyum.

"Sama-sama, Tha! Kalau begitu ibu pamit dulu ya?" ucap Bu Wiwin yang akan melangkahkan kalinya.

"Bu Win, tunggu!" panggil Aretha yang membuat Bu Wiwin mengurungkan niatnya untuk melangkahkan kakinya.

"Iya Tha, ada apa?" Bu Wiwin kembali menoleh dan menatap Aretha dengan tatapan penuh tanya saat Aretha terlihat menghela nafas panjang.

"Besok pagi Aretha dan Ayah akan pindah ke Jakarta Bu," ucap Aretha yang membuat Bu Wiwin mengerutkan keningnya.

"Pindah ke Jakarta Tha? Kenapa? Apa yang membuat kalian pindah Jakarta?" cecar Bu Wiwin.

"Karena Aretha mau cari kerja di sana Bu dan kebetulan juga Aretha punya teman di sana," ucap Aretha pada Bu Wiwin.

"Yah! Itu berarti Ibu tidak bisa laundry di kamu lagi dong, Tha?" ucap Bu Wiwin yang menatap Aretha dengan tatapan sedih, karena memang Bu Wiwin sangat dekat dengan Aretha.

"Ah, Bu Win! Bu Win kan masih bisa laundry di tempat lain." Aretha tersenyum saat mendengar kata-kata Bu Wiwin.

"Tapi tetap saja cuma laundrymu saja yang bisa membuaat Ibu puas dengan hasilnya! Padahal baru buka juga," ucap Bu Wiwin.

"Bu Wiwin tenang saja, Aretha sama ayah akan sesering mungkin akan kemari untuk nengokin rumah. Bu Win doakan Aretha ya biar bisa mendapatkan pekerjaan yang Aretha inginkan," ucap Aretha pada bu Wiwin dengan tersenyum.

"Iya, Ibu pasti akan mendoakanmu supaya kamu bisa mendapatkan pekerjaan seperti yang kamu inginkan," ucap Bu Wiwin seraya membalas senyuman Aretha.

"Ya sudah, kalau begitu Ibu pamit ya, Tha?" ucap Bu Wiwin yang dianggukkan oleh Aretha.

"Assalamualaikum!" ucap Bu Wiwin seraya melenggang pergi meninggalkan Aretha yang masih berdiri di depan pintu.

"Waalaikumsalam!" balas Aretha dan dia pun melanjutkan mempacking laundryannya.

"Siapa Tha?" tanya Alfandy yang terlihat menghampiri Aretha dengan kursi rodanya.

"Ibu Wiwin Yah!" jawab Aretha seraya menatap sang ayah.

"Oh! Bu Wiwin, Ayah kira kakakmu yang pulang. Mangkaknya ayah segera kemari untuk memastikannya, dan ternyata bukan!" ucap Alfandy yang terlihat kecewa saat mengetahui bukan putranya yang mengetuk pintunya.

Aretha berusaha untuk tetap kuat, karena kalau tidak, yang ada ayahnya akan mulai curiga kepadanya.

"Ayah tunggu di sini, Aretha akan mengambil handohone Aretha dulu di kamar," ucap Aretha.

"Untuk apa sayang?" tanya Alfandy pada Aretha yang akan melangkahkan kakinya.

"Tentu saja, untuk menghubungi Kak Akthar dan Aretha akan memarahinya karena dia yang tak kunjung menghubungi kita," jawab Aretha yang terlihat kesal, dan tentu saja itu hanya pura-pura belaka.

Alfandy menggeleng yang berarti kalau dia sama sekali tidak setuju dengan apa yang akan di lakukan oleh Aretha.

"Jangan ya sayang! Karena ayah takut nanti kakakmu itu akan kepikiran dan tidak bisa fokus syutingnya," ucap Alfandy.

"Tapi Yah..."

"Ayah mohon, jangan ya?" bujuk Alfandy.

"Okay! Aretha tidak akan menghubungi Kak Akthar, asal Ayah jangan sedih lagi."

Alfandy pun menganggukkan kepalanya dengan cepat sebelum Aretha berubah pikiran.

Aretha tersenyum saat melihat sang Ayah yang menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Rasanya aku ingin hari ini cepat berganti menjadi hari esok, dengan begitu kami bisa segera ke Jakarta."

TO BE CONTINUE.

Happy reading readers. jangan lupa vote, collection, power stone dan reviewnya. Dan jangan lupa juga follow ig author ya @idaflicka untuk melihat spoiler-spoilernya. Semoga kalian suka yah.