Chereads / SWEET TRAP AND REVENGE / Chapter 19 - BAB 19. DIA SANGAT MENYEBALKAN.

Chapter 19 - BAB 19. DIA SANGAT MENYEBALKAN.

"Jangan melirik ke arah Aretha, karena dia adalah milik aku."

***

Bian terlihat tersenyum sinis saat Raka berbisik kepadanya.

"Kamu jangan bercanda deh! Mana mungkin aku tertarik kepadanya, seperti yang kamu katakan tadi, kalau kekasihku lebih cantik dari semua model yang ada di Indonesia," ucap Bian yang membanggakan kekasihnya di depan Raka dan Aretha.

"Baguslah! Kalau begitu, aku tidak akan merasa khawatir kalau Aretha akan melakukan pemotretan tanpa aku," balas Raka yang menatap Bian dengan tatapan sinis.

"Lihat saja! Aku akan membuatmu bertekuk lutut dihadapanku, karena kamu adalah satu-satunya jalan menuju Doni, Tina dan orang-orang yang terlibat dalam kematian Kak Akthar!" batin Aretha seraya mengepalkan kedua tangannya dan menatap Bian dengan tatapan kesal.

"Oh iya, kamu mau pesan apa Bian?" ucap Raka yang berbasa-basi.

"Hmmm sebentar, aku lihat dulu menunya," ucap Bian seraya melihat menu makanan dan minumannya.

"Sepertinya aku pesan minumannya saja, karena aku masih kenyang," ucap Bian yang masih melihat lihat menu minumannya.

"Terserah kamu saja, Bian! Kali ini biar aku yang bayar," ucap Raka pada Bian.

"Kalau begitu aku akan memesan minuman yang paling mahal," gurau Bian yang membuat Raka tergelak saat mendengar ucapan Bian.

"Waiter," panggil Bian pada waiter yang tengah berjalan menuju meja mereka.

"Iya tuan! Anda mau pesan apa?" ucap Waiter itu pada Bian.

"Saya mau pesan Vanila Bean Mocha Frappucinno!" ucap Bian seraya menatap ke arah Raka yang menggelengkan kepalanya saat Bian benar-benar memesan minuman yang paling mahal di Restaurant Cahaya.

"Hanya minuman saja tuan?" tanya Waiter itu.

"Iya, hanya itu saja," jawab Bian seraya meletakkan kembali buku menunya di atas meja.

"Baik tuan, kami akan segera mengantarkan pesanan anda tuan, permisi!" ucap Waiter itu seraya meninggalkan meja Bian.

"Ternyata kamu benar-benar melakukannya," ucap Raka pada Bian.

"Aku selalu serius dengan semua yang aku katakan, termasuk..." Bian menggantungkan kata-katanya seraya melirik ke arah Aretha yang sejak tadi hanya menyimak obrolan antara Raka dan Bian.

"Good!" ucap Raka yang mengerti maksud dari Bian.

"Karena dia adalah bagianku," bisik Raka dengan pelan supaya Aretha tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya.

"Aman dah pokoknya," ucap Bian menimpali ucapan Raka.

Aretha menatap Bian dan Raka dengan tatapan kesal.

"Tha, kamu kenapa? Kok terlihat kesal begitu," tanya Raka seraya menatap Aretha.

"Ah! Enggak kok Pak. Memangnya apa yang membuat saya kesal, Pak Raka ada-ada aja deh," ucap Aretha seraya tersenyum manis yang semakin membuat Raka tertarik kepadanya.

Sedangkan Bian? Dia menatap Aretha dengan tatapan jijik dengan berpikir kalau Aretha mencoba menggoda Raka.

"Sialan! Kenapa dia menatapku dengan tatapan seperti itu," batin Aretha yang berusaha menyembunyikn rasa kesalnya dari Raka dan Bian.

"Permisi tuan, ini minuman yang anda pesan," ucap Waiter itu seraya meletakkan minuman pesanan Bian.

"Terimakasih!" ucap Bian setelah waiter itu meletakkan minumannya di atas meja.

"Sama-sama tuan," ucap Waitet itu seraya meninggalkan meja Raka dan Bian.

Setelah Waiter itu pergi, Bian pun meminum minuman yang ia pesan.

"Enak juga minumannya," ucap Bian setelah meminum minumannya.

"Sangat keterlaluan, kalau minuman semahal itu tidak enak," timpal Raka.

"By the way, apakah kamu sudah meminta Aditya sebagai partner Aretha," tanya Raka pada Bian.

"Sudah! Jadi, tidak ada yang perlu kita khawatirkan dan designnya juga sudah ada, nanti aku akan meminta sekretarisku untuk mengirimkan designnya kepadamu dan kalau ada yang kurang atau perlu di tambahkan kamu bisa menghubungi sekretatisku," ucap Bian.

"Okay! Aku akan menunggu designmu," ucap Raka pada Bian yang kembali meminum minumannya.

Bian mengerutkan keningnya, saat melihat Aretha yang terlihat gelisah.

Karena tidak mungkin dia yang bertanya, Bian pun memberi kode pada Raka untuk melihat ke arah Aretha.

Raka yang mengerti maksud Bian pun segera beralih menatap ke arah Aretha yang masih terlihat gelisah dengan sesekali menatap jam dinding yang ada tidak jauh dari mejanya.

"Kamu kenapa Tha?" tanya Raka seraya menatap Aretha.

"Saya boleh pulang duluan tidak Pak? Karena ini sudah jam enam, saya takut Ayah saya jadi khawatir," ucap Aretha seraya menatap Raka dengan tatapan memohon.

"Okay! Biarkan saya saja yang mengantarmu pulang Tha," ucap Raka seraya membuka dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang kertas untuk membayar pesanan makanannya.

Sebelum sempat meletakkan uangnya, Aretha sudah beranjak dari tempat tinggalnya dan sedikit berlari untuk keluar dari Restaurant.

"Main pergi saja itu cewek! Tidak ada sopan-sopannya," ucap Bian seraya menatap Raka dengan tatapan mengejek.

"Jangan menilai orang dari kulit luar saja, Bi!" ucap Raka seraya beranjak dari tempat duduknya dan melenggang pergi meninggalkan Bian setelah meletakkan beberapa lembar uang kertas di atas meja.

"Aku kan hanya menyuarakan pendapatku saja, kenapa dia jadi terlihat kesal," ucap Bian setelah Raka terlihat keluar dari Restaurant.

Sementara itu, setelah Raka berada di depan Restaurant! Ia terlihat menghela nafas panjang saat melihat Aretha yang sudah masuk ke dalam taxi.

"Sial! Aretha sudah masuk ke dalam taxi lagi, padahal kan, aku ingin mengantarkannya pulang. Tapi, ya sudahlah! Lagi pula, masih ada hari esok untuk bertemu dengannya," ucap Raka dengan tersenyum dan ia pun melangkahkan kakinya menuju mobilnya.

***

Terlihat sebuah taxi tengah menghampiri Aretha yang sedang menunggu transfortasi.

"Mau diantarkan kemana mbak?" tanya sopir taxi itu kepada Aretha.

"Ke alamat ini pak!" jawab Aretha seraya memberikan secarcik kertas pada sopir taxi itu.

"Oh, okay mbak!" ucap sopir taxi itu seraya memberikan kembali secarcik kertas itu pada Aretha.

"Kalau begitu, ayo masuk Mbak!"

Aretha pun segera masuk ke dalam taxi, dan sopir itu melajukan taxinya.

Setelah sopir itu melajukan taxinya, Aretha terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Alhamdulillah akhirnya apa yang aku inginkan berjalan dengan mulus, dan ini akan menjadi awal dari pembalasanku untuk mereka," batin Aretha.

Aretha terlihat tersenyum menyeringai karena target pertamanya sudah berada di dekatnya, dan dia berjanji tidak akan melepaskan Bian sebelum mendapatkan informasi yang diinginkannya.

"Dan tadi si Bian-Bian itu, sombong banget jadi orang. Tampan juga enggak! Dasar belagu. Lihat saja, apakah dia masih akan bersikap seperti itu kepadaku saat aku membuatnya bertekuk lutut kepadaku," ucap Aretha di dalam hati.

"Hhhh, aku harap ayah tidak sedang mengkhawatirkanku karena aku pulang terlambat," harap Aretha seraya melihat ke arah jalanan.

***

Sementara itu, di sebuah rumah yang tampak cukup besar! Terlihat Alfandy yang tengah mengkhawatirkan sang putri yang belum juga pulang.

"Mang! Kenapa Aretha belum pulang juga ya?" ucap Alfandy yang terlihat khawatir.

"Mungkin masih di jalan pak, apalagi mau masuk magrib begini, jalanan pasti macet," ucap Mang Mamat yang mencoba menenangkan Alfandy.

"Sembari menunggu Non Aretha pulang, lebih baik kita siap-siap untuk sholat magrib saja Pak," ucap Mang Mamat yang dianggukkan oleh Alfandy.

"Ya sudah ayo Mang!" ucap Alfandy dan Mang Mamat pun segera mendorong kursi roda Alfandy menuju kamar mandi.

***

Aretha terlihat mendengus kesal saat taxi yang ia tumpangi tiba-tiba mogok di tengah jalan.

"Maaf ya Mbak, taxinya mogok," ucap sopir taxi itu pada Aretha.

"Ya sudah tidak apa apa pak!" ucap Aretha seraya memberikan satu lembar uang kertas berwarna biru pada sopir itu.

"Eh! Enggak usah mbak. Saya kan tidak mengantarkan mbak sampai ke tempat tujuan," ucap sopir taxi itu yang menolak uang yang diberikan oleh Aretha.

"Tapi kan bapak tetap saja sudah membawa saya sampai setengah jalan, yang artinya saya harus tetap membayar taxi bapak. Jadi, bapak harus terima ya?" ucap Aretha yang meminta sopir taxi itu untuk mengambil uang yang ia berikan.

"Terimakasih banyak ya mbak," ucap sopir taxi itu seraya mengambil uang yang diberikan oleh Aretha.

"Sama-sama pak," ucap Aretha seraya keluar dari taxi.

Setelah keluar dari taxi, Aretha pun mulai berjalan untuk mencari taxi yang lain karena menurutnya percuma saja kalau dia hanya menunggu taxinya di pinggir jalan.

"Ayah pasti khawatir karena aku yang belum pulang, mana taxinya pakai mogok segala!" ucap Aretha dengan kesal seraya mencari taxi yang mungkin saja akan melewatinya.

Saat Aretha terlihat masih sibuk mencari taxi yang akan ia tumpangi, terdengar suara klakson mobil dari belakangnya.

Aretha yang merasa kesal, karena suara klaksonnya tidak berhenti bersuara, dan dia pun menoleh ke arah belakang.

"Mau ikut pulang ikut denganku?"

TO BE CONTINUE.

Happy reading readers. jangan lupa vote, collection, kritik dan sarannya. jangan lupa juga follow ig author ya @idaflicka untuk melihat spoiler-spoilernya. Semoga kalian suka yah.