"Rasanya aku ingin hari ini cepat berganti menjadi esok hari, dengan begitu kami bisa segera ke Jakarta."
***
Saat pagi menjelang setelah menyelesaikan saran mereka, terlihat Aretha dan sang Ayah sudah siap untuk berangkat ke Jakarta.
"Taxinya kok lama sekali sih!" gerutu Aretha yang berdiri di depan pintu saat taxi yang dia pesan tak kunjung datang.
"Sabar sayang, mungkin taxinya masih di jalan," ucap Alfandy yang tengah berada di depan tanamannya.
"Tapi ini sudah setengah jam berlalu Yah! Masa belum datang juga," ucap Aretha yang mendengus kesal.
"Tuh, taxinya!" seru Alfandy saat melihat sebuah taxi yang menuju ke arahnya.
"Huh! Akhirnya datang juga tuh taxi," ucap Aretha yang masih terlihat kesal.
Setelah memarkirkan taxinya di depan rumah Aretha, dia pun segera keluar dari taxinya dan berjalan menghampiri Aretha.
"Maaf Mbak, karena sudah membuat Mbak jadi menunggu lama," ucap sopir taxi itu saat sudah berada di depan Aretha.
"Ya sudah tidak apa-apa Pak! Yang penting bapak datang," balas Aretha pada sopir taxi itu.
"Bapak bisa bantu saya untuk membawa kopernya?" ucap Aretha yang meminta sopir taxi itu untuk membantunya membawa kopernya.
"Bisa Mbak!"
Dan sopir taxi itu pun segera mengambil dua koper besar yang ada di depan Aretha.
Setelah sopir itu membawa kedua kopernya menuju taxi, Aretha pun berjalan menghampiri sang Ayah yang masih berada di depan tanamannya.
"Ayo Yah! Kita masuk ke dalam taxinya," ucap Aretha seraya mendorong kursi roda sang Ayah menuju taxi.
Saat mereka sudah berada di dekat taxi, Aretha pun membuka pintu taxinya dan membantu sang Ayah untuk masuk terlebih dahulu.
"Awas kepalanya Yah!" ucap Aretha yang mewanti-wanti sang ayah.
"Mbak, kursi rodanya di taruh di depan saja!" ucap sopir taxi itu yang sudah berada di kursi mengemudinya.
Mendengar ucapan sopir taxi itu, Aretha pun membuka pintu depan taxi dan dengan segera dia pun meletakkan kursi roda sang ayah.
Setelah meletakkan kursi rodanya, Aretha pun segera masuk ke dalam taxi dan duduk di samping sang Ayah.
"Oh iya Pak, ini alamat yang mau saya tuju!" Aretha memberikan sopir taxi itu secarcik kertas dimana alamat rumah yang akan mereka tempati tertulis.
"Oh! Okay mbak," ucap sopir taxi itu seraya mengambil secarcik kertas itu dan dia pun segera melajukan mobilnya meninggalkan area rumah Aretha.
***
Di Pramudiya group terlihat Raka sedang melihat lihat beberapa photo wanita yang sudah mendaftar sebagai modelnya.
"Hhhhh, tidak ada satu pun yang cocok untuk dijadikan model," gumam Raka yang masih melihat lihat photonya.
"Permisi pak!" ucap sekeretarisnya seraya berjalan menuju meja Raka.
"Ada apa pak Raka memanggil saya?" tanya Dika yang tidak lain adalah sekretaris Raka.
"Apa sudah ada yang mendaftar lagi," ucap Raka seraya menatap Dika.
"Sayangnya belum ada pak! Memangnya semua yang daftar kemarin tidak ada yang cocok ya pak?" ucap Dika.
"Iya, Dika! Tidak ada satu pun yang cocok dari mereka," ucap Raka seraya menghela nafas panjang.
"Kalau begitu, kita tunggu saja sampai hari ini pak!" ucap Dika yang di anggukkan oleh Raka.
"Okay! Nanti kalau ada yang daftar, kamu suruh saja orangnya langsung ke ruangan saya!" ucap Raka.
"Baik pak! Apa ada yang ingin pak Raka katakan lagi?"
Raka menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan sekretarisnya.
"Kalau begitu saya permisi, pak!" ucap Dika seraya keluar dari ruangan Raka.
"Semoga hari ini, aku bisa mendapatkan model yang cocok," batin Raka.
***
Setelah dua jam lebih berselang, Aretha dan sang Ayah baru saja sampai di tempat tujuannya.
"Ini rumahnya Tha?" ucap Alfandy pada sang putri saat mereka sudah berada di depan sebuah rumah.
"Iya Yah! Ini rumahnya yang akan kita tempati selama kita berada di Jakarta," ucap Aretha dengan tersenyum.
"Terus kita masuknya gimana Tha?" tanya Alfandy seraya menatap Aretha.
"Ayah tenang saja, karena teman Aretha itu sudah memberitahu tempat dia meletakkan kunci rumahnya," ucap Aretha seraya berjalan menuju pot bunga yang ada di lantai depan rumah.
Setelah Aretha mengambil kunci rumahnya pada pot, dan dia pun segera membuka pintunya.
"Kebuka kan pintunya?" ucap Aretha pada sang Ayah dengan tersenyum.
Aretha berjalan menghampiri sang Ayah untuk membawanya masuk ke dalam rumah.
Tapi pada saat dia akan mendorong kursinya terlihat dua orang paruh baya tengah berjalan menghampiri mereka.
"Permisi non, nona baru sampai ya?" ucap salah satu dari dua paruh baya yang merupakan sepasang suami istri.
"Ibu sama bapak siapa ya?" tanya Aretha seraya menatap sepasang suami istri itu dengan tatapan penuh selidik.
"Panggil saya mang mamat dan ini istri saya mbok Sari non," ucap mang mamat pada Aretha.
Setelah kedua orang paruh baya itu memperkenalkan nama mereka, Aretha pun melakukan hal yang sama.
"Saya Aretha dan ini Ayah saya Alfandy," ucap Aretha pada mang Mamat dan Mbok Sari dengan tersenyum.
"Oh ya, hampir saja saya lupa. Mang Mamat dan Mbok Sari ada apa ya kemari?" tanya Aretha.
"Kami berdua di minta sama pemilik rumah ini untuk mengurus keperluan kalian berdua, selama tinggal di rumah ini," terang mang Mamat.
"Kalau begitu, sini biar mamang yang bawa kopernya masuk," ucap Mang Mamat seraya mengambil dua koper milik Aretha.
"Terimakasih ya Mang!" ucap Aretha.
"Sama-sama Non, ayo masuk!" ucap Mang Mamat yang berjalan terbih dahulu bersama Mbok Sari.
"Sekarang kita masuk ke dalam ya Yah" ucap Aretha dengan semangat dan mulai mendorong kursi roda Ayahnya ke dalam rumah.
Sesampainya di dalam rumah, Mang Mamat mengantar Aretha ke kamar yang ada di dekat ruang makan.
"Nah, yang ini kamarnya pak Alfandy dan yang di sebelahnya itu adalah kamarnya non Aretha," ucap Mang Mamat.
"Terimakasih ya Mang," ucap Aretha.
Mang Mamat mengangguk sebagai respon dari ucapan terimakasih Aretha.
"Dan sekarang Non Aretha lebih baik mandi dan siap-siap karena hari ini adalah hari terakhir untuk pendaftaran menjadi model itu," ucap Mang Mamat yang membuat Aretha mengerutkan keningnya saat mendengar kata-kata Pria paruh baya itu.
"Mang Mamat tahu juga?" ucap Aretha yang menatap mang Mamat dengan tatapan bingung.
"Iya Non, saya tahu! Jadi sekarang Non Aretha siap-siap saja, nanti non terlambat loh!" ucap mang Mamat.
"Mang Mamat benar juga. Kalau begitu saya siap-siap dulu! Ayah di sini sama mang Mamat dan Mbok Sari ya Yah?"
"Iya sayang, pokoknya Ayah doakan supaya kamu keterima," ucap Alfandy dengan tersenyum.
"Aameen Yah!" ucap Aretha yang mengamini doa Ayahnya dan dia pun berjalan keluar dari kamar sang Ayah menuju kamar yang dimaksud oleh mang Mamat.
Setelah Aretha keluar, mang Mamat pun membantu Alfandy untuk berbaring di tempat tidur.
"Terimakasih ya Mang!" ucap Alfandy yang dianggukkan oleh mang Mamat.
"Sekarang pak Alfandy istirahat dulu, karena saya dan istri saya akan menyiapkan makan siang," ucap Mang Mamat seraya berjalan keluar dari kamar Alfandy menuju dapur.
***
Sesampainya, di kamarnya, Aretha pun segera mengambil handuk dan baju gantinya yang baru saja ia keluarkan dari kopernya.
"Akhirnya aku dan ayah sampai juga di Jakarta dan sekarang kami sudah berada di rumah yang dimaksud orang itu. dan bahkan dia juga sudah menyiapkan Mang Mamat dan Mbok Sari untuk membantu kami," ucap Aretha setelah ia mengambil handuk dan baju gantinya.
Aretha terlihat benar-benar semangat saat ia mengingat tujuannya datang ke Jakarta.
"Dan sekarang, hari yang aku tunggu-tunggu datang juga untuk mendaftar sebagai model yang akan menjadi langkah awal untuk membalas kematian Kak Akthar."
TO BE CONTINUE.
Happy reading readers. jangan lupa vote, collection, power stone dan reviewnya. Dan jangan lupa juga follow ig author ya @idaflicka untuk melihat spoiler-spoilernya. Semoga kalian suka yah.