Mood Bian kembali memburuk karena Naila yang mencoba membujuknya supaya Aditya bisa duduk bersama mereka di meja yang sama.
Setelah Bian pergi dari cafetaria, Aditya pun duduk di mana Bian duduk tadi.
"Nai, i'm sorry! Aku benar-benar tidak bermasuk untuk membuatmu bertengkar dengan Bian," ucap Aditya yang terlihat merasa tidak enak dengan Naila.
"Tidak apa apa Dit! Nanti juga dia baik sendiri dan lebih baik sekarang kita makan makanannya karena kebetulan Bian sama sekali belum menyentuh makanannya. Tidak apa-apa kan?" ucap Naila pada Aditya.
"Tidak apa-apa kok Nai! Bian kan belum memakan makanannya, jadi tidak masalah untukku. Lagi pula aku sudah sangat lapar untuk memesan makanan yang baru," ucap Aditya pada Naila.
"Selamat makan!" ucap Aditya seraya mulai menyantap makanannya.
Naila tersenyum saat melihat Aditya yang mulai menyantap makanannya.
"Bian, sampai kapan kamu akan melihat Aditya sebagai pesaingmu," batin Naila seraya menghela nafas panjang dan dia pun melanjutkan menyantap makanannya.
***
Sesampainya di parkiran mobil, terlihat Bian tengah menendang mobilnya untuk melampiaskan amarahnya, bahkan dia sama sekali tidak memperdulikan orang orang yang tengah menatapnya dengan tatapan aneh dan penuh tanda tanya.
Setelah melampiaskan amarahnya, Bian pun masuk ke dalam mobilnya dan dia segera melajukan mobilnya meninggalkan parkiran Asia production.
Niat baiknya untuk memperbaiki kesalahannya kemarin hanya sia-sia saja, karena lagi-lagi Naila yang tidak lain adalah kekasihnya sendiri lebih memilih untuk "berdiri" di samping laki-laki yang sangat dibencinya itu.
Bian mendengus kesal saat Naila tidak menuruti apa yang ia katakan kepadanya. Ia terlihat mengumpat karena mereka bukannya berbaikan, malah semakin memburuk. Sebenarnya, ini adalah salah satu alasannya kenapa sampai sekarang Bian belum memutuskan untuk meremiskan hubungannya dengan Naila, walaupun hanya sekedar tunangan kalau dia belum menuruti semua yang dikatakannya, termasuk tidak membiarkan Aditya mendekatinya.
Oleh karena itu, sekarang yang harus dilakukan oleh Bian adalah mencari cara supaya Aditya dan Naila tidak menjadi partner lagi dalam pemotretan apa pun.
SKIP
Satu jam kemudian, Bian pun sampai di Kantornya.
Setelah keluar dari mobilnya, Bian pun melangkahkan kakinya menuju dalam kantornya. Dan saat ia sudah berada di lobby, terlihat Reza yang tidak lain adalah sekretarisnya tengah berjalan menghampirinya.
"Pak, tadi..."
"Bicara di ruangan saya saja," ucap Bian dengan suara dinginnya memotong apa yang ingin di katakan oleh Reza.
"Baik, pak!" ucap Reza seraya berjalan di belakang Bian, karena dia tahu kalau mood atasannya itu tidak dalam keadaan baik, terdengar dari suaranya yang dingin.
Reza merasa tidak nyaman saat di dalam lift bersama Bian, karena dia bisa merasakan mood atasannya itu sedang buruk.
Saat lift berhenti di lantai dua belas, Bian pun berjalan keluar dari lift menuju ruangannya dan diikuti oleh Reza.
"Apa yang ingin kamu katakan?" ucap Bian seraya duduk di kursi kebesarannya.
"Tadi, sekretaris pak Raka menghubungi saya. Dia mengatakan kalau ia ingin menggunakan model wanita yang baru dan fresh, sedangkan model laki-akinya tetap Aditya Pak," jelas Reza yang membuat Bian mengerutkan keningnya.
"Kenapa bisa begitu? Bukankah kami sudah sepakat untuk menggunakan Naila sebagai model wanitanya, kenapa sekarang berubah?" ucap Bian.
"Saya juga tidak tahu pak, tapi bukankah itu bagus pak? Kalau Nona Naila tidak nenjadi modelnya," ucap Reza yang terlihat takut-takut saat mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya.
"Apa maksudmu dengan berkata seperti itu?" ucap Bian yang menatap Reza dengan tatapan tidak suka.
"Maaf, pak kalau saya lancang karena mengatakan ini," ucap Reza pada Bian.
"Cepat katakan!" perintah Bian dengan suara yang masih terdengar dingin.
"Saya tahu kalau pak Bian sangat tidak menyukai Aditya menjadi partner nona Naila dalam pemotretan. Dengan pak Raka ingin menggunakan model wanita yang baru dan fresh, bukankah itu berarti nona Naila tidak akan terlibat dalam pemotretan dengan Aditya setidaknya sampai kontrak kerjasama dengan pak Raka berakhir," jelas Reza pada Bian.
"Apa yang kamu katakan ada benarnya juga," ucap Bian yang masih tersenyum menyeringai.
"Tapi kita harus memikirkan bagaimana cara membuat Aditya menandatangani surat kontraknya, pak!" lanjut Reza.
"Masalah itu, biar aku yang memikirkannya dan jangan panggil aku Bian Jayantara Bahuwirya kalau aku tidak bisa membuat Aditya menandatangani surat kontraknya," ucap Bian dengan menyeringai.
Bian terlihat tersenyum menyeringai saat sebuah rencara terlintas di dalam kepalanya.
Reza bernafas lega saat mood atasannya itu kembali membaik.
"Sekarang kamu harus membuat selebaran dan menghubungi beberapa stasiun televisi dan media online kalau kita sedang mencari model untuk produk terbaru kita," ucap Bian yang meminta Reza untuk membuat selebaran, menghubungi beberapa stasiun televisi dan media online.
"Sepertinya itu tidak perlu pak, karena pak Raka yang akan mencari sendiri modelnya."
Bian mengangguk mengerti saat mendengar apa yang dikatakan oleh Reza.
"Itu lebih bagus lagi, karena kita tinggal terima beres saja," ucap Bian pada Reza.
"Apa ada yang ingin kamu katakan lagi?" tanya Bian.
"Tidak ada pak, kalau begitu saya permisi dulu," ucap Reza seraya berjalan keluar dari ruangan Bian.
"Sekarang kamu tidak akan punya kesempatan lagi untuk mendekati Naila, Aditya!" gumam Bian dengan tersenyum puas setelah Reza keluar dari ruangaannya.
***
Sementara itu, setelah menyantap makan siangnya! Aretha berencana akan memberitahu sang Ayah kalau dia sudah mendapatkan tempat tinggal di Jakarta.
"Yah ada yang ingin Aretha katakan pada Ayahnya," ucap Aretha seraya menatap sang Ayah.
"Katakan saja sayang, Ayah pasti akan mendengarkannya," ucap Alfandy yang tengah mengupas apel.
"Aretha mau memberitahu Ayah kalau Aretha sudah mendapatkan tempat tinggal di Jakarta," ucap Aretha yang membuat sang Ayah menatapnya.
"Beneran sayang?" ucap Alfandy yang memastikan kalau Aretha tidak sedang bercanda.
"Beneran dong,Yah! Tadi teman Aretha yang di Jakarta meminta kita menempati rumahnya," terang Aretha.
"Itu berarti kita akan ke Jakarta besok pagi Yah!" ucap Aretha yang terlihat berbinar.
"Dan sekarang, Aretha akan menyelesaikan pekerjaan Aretha terlebih dahulu, baru deh berkemas." Aretha beranjak dari tempat duduknya dan ia pun berjalan menuju halaman depan untuk membawa jemurannya untuk disetrika.
***
Naila terlihat tidak henti-hentinya, menggerutu di dalam hatinya mengenai sikap sang kekasih yang menurutnya sangat kekanak-kanakan. Bau saja, mereka berbaikan karena masalah kemarin, tapi sekarang mereka berdua sudah bertengkar kembali dengan alasan yang sama.
"Seharusnya dia itu mengerti, kalau Aditya itu hanya sebatas teman kerja saja, tidak lebih!" batin Naila yang tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya.
Naila tidak tahu bagaimana harus menghadapi sikap Bian yang sudah sangat keterlaluan.
Saat Naila sibuk dengan pikirannya, Aditya terlihat mengerutkan keningnya saat melihat Naila yang tengah melamun.
"Nai? Kamu kenapa?" tanya Aditya seraya memegang tangan Naila.
Naila terlihat terperanjat saat Aditya memegang tangannya.
"Aku tidak apa-apa kok Dit!" jawab Naila seraya menarik tangannya dari Aditya.
"Eh? Tunggu sebentar Nai! Sepertinya ada pesan masuk," ucap Aditya seraya mengambil handphonenya yang berada si saku jaket kulitnya.
"Siapa Dit?" tanya Naila saat melihat Aditya yang mengerutkan keningnya ketika membaca pesannya.
"Manajerku, Nai," jawab Aditya seraya menatap Naila.
"Memangnya apa isi pesannya, sampai membuatmu mengerutkan keningnya," ucap Naila yang kembali bertanya pada Aditya.
"Bian memintaku menjadi modelnya untuk beberapa produknya."
TO BE CONTINUE.
Happy reading readers. jangan lupa vote, collection, power stone dan reviewnya ya. Dan jangan lupa juga follow ig author ya @idaflicka untuk melihat spoiler-spoilernya. Semoga kalian suka yah.