Suasana yang begitu tenang dan romantis.
Terlihat kilauan cahaya lilin yang menghiasi sebuah meja dan berisi penuh aneka makanan.
"Ih, gak nyangka tetnyata, Bang Qimons, jago masak," puji Jamillah malu-malu.
"Iya dong, kan, Abang calon suami idaman," jawab Qimons bangga.
Kemudian mereka mulai menyantap menu makan siang yang sudah di siapkan oleh Qimons itu, semua terlihat sangat enak dan menggoda.
Jamillah memandangi potongan daging steak dengan ukuran super jumbo.
"Ini daging apa kok gede banget sih, Bang?" tanya Jamillah.
"Oh, itu daging unta yang di impor dari korea, Sayang!" jawab Qimons.
"Ah, serius?! Tapi... bukannya unta itu dari Arab ya?"
"Oh, iya, sih... tapi sekarang udah pindah hehe,"
"Oww...." Jamillah tampak menggut-manggut dengan polosmya, lalu dia kembali fokus ke arah piringnya.
Tanpa menggunakan bantuan sendok dan garpu, Jamillah langsung menggigit daging itu tanpa ragu.
"Awwh! Kok keras sih?!" ujar Jamillah sambil meletakkan kembali daging itu ke atas piring.
Meski terlihat sangat lezat, namun tekstur daging itu memang agak mirip dengan karet ban mobil.
"Kenapa, Bebeb!?" tanya Qimons.
"Ih, keras banget, Bang! Jamillah takut giginya copot! Ini onta kelahiran tahun berapa sih? Kok alot banget!"
"Ah, begini, Neng Jamillah, Ayang Bebebnya, Bang Qimons. Makan daging steak itu jangan langsung di gragot, tapi di potong-potong dulu, biar gampang makannya," ujar Qimons seraya menarik piring Jamillah lalu memotong daging-daging itu untuk Jamillah, si wanita pujaan hatinya.
Tak! Cetak!
"Aduh, emang keras sih ya," gumam Qimons yang tampak sangat kesulitan.
Sampai pada akhirnya dia mengeluarkan seluruh keluatannya hingga daging pun berhasil terpotong, namun sayangnya daging itu malah terpental dari piring dan mengenai bagian alis Jamillah.
Tak!
"Ah, Bang Qimons! Sakit! Kan kalau begini alis aku jadi kotor nih!" keluh Jamillah.
"Tenang, Bebeb! Biar, Abang bantu bersihin ya?!"
Qimons segera meraih sebuah tisu basah lalu dia mengelap alis Jamillah dengan tergesa-gesa, karna saking takutnya Jamillah akan memarahinya.
Namun bukannya masalah sudah selesai, tapi nampaknya Qimons akan segera mendapatkan masalah baru.
Karna bagian alis Jamillah yang tadi terlihat sangat cetar membahana tebal dan hitam, kini malah hilang separuh karna terkena tisu yang di gunakan Qimons untuk mengelap bekas daging.
"Ya, Gusti! Bagiamana ini ...." Wajah Qimons seketika pucat pasi.
"Loh kenapa, Bang? Kok kayak panik begitu?" tanya Jamillah.
"Ah, eng-eng-gak, kok!" jawab Qimons.
"Tapi, Bang Qimons, kayak menyembunyikan sesutau deh!"
"Enggak, Bebeb! Abang gak nyembunyiin sesuatu deh, ciyus!" Qimons mengangkat kedua jarinya.
TOK! TOK! TOK!
Tiba-tiba terdengar seseorang yang mengetuk pintu rumah Qimons.
Tentu saja, hal itu menjadi alasan bagi Qimons untuk mengalihkan pembicaraan dengan Jamillah.
"Sebentar ya, Neng Jamillah, di sini dulu, Bang Qimons mau bukain pintu,"
"Ok, Bang Qimons, jangan lama-lama ya. Kalau yang datang si Cewek Tompel, di sentor aja pekek selang!"
"Iya, Bebeb!"
Ceklek!
Hembusan angin seketika membelai rambut Qimons yang sangat kelimis dan belah tengah itu.
Mata Qimons melotot tajam tak tertahan, saat melihat seseorang yang membuka pintu itu adalah seorang wanita berparas cantik nan elegan.
Rambut kuncir kuda, makeup bold ala artis Hillowod, di tambah lagi dia menggunakan mini dress di padu dengan sepatu boots dengan heels sepanjang 30 cm.
"Ariana?!" celetuk sepontan dari mulut Qimons.
"Hai! Bang Qimons! Lagi apa?" tanya Wanita itu.
"Lagi Dinner! Eh, lagi... lagi apa ya, bingung, Abang jadinya!"
"Wah, dinner?! Bukannya ini masih siang? Harusnya lunch dong?" tanya Wanita itu.
Qimons begitu terpesona melihat kecantikan wanita yang ada di hadapannya, karna sangat mirip dengan artis idolanya.
Tapi sayangnya dia tidak tahu jika wanita itu adalah jelmaan dari si Ratu Tompel Marpuah, yang sudah didempul habis-habisan oleh Andi Lau.
"Bang Qimons! Lama amat! Emang tamunya siapa sih?!" teriak Jamillah dari dalam rumah.
"Aduh! Ah, ada tukang sol sepatu, Bebeb!" jawab Qimons.
"Ah, masa tukang sold sepatu lama amat!"
Tanpa ragu Jamillah langsung berdiri untuk mengahmpiri Qimons, dan melihat siapa yang ada di luar
Dan ketika melihat yang datang adalah seorang wanita cantik, dengan gaya modis yang melebihi dirinya, tentu saja hal itu membuat Jamillah menjadi murka.
"Hah?! Jadi ini tukang sol sepatunya?!" tanya Jamillah dengan suara lantang.
"Eh, Bebeb, kok ke sini sih?" tanya Qimons.
Tapi Jamillah tak menanggapai pertanyaan Qimons.
"Kamu siapa?! Dan nagapain kamu di sini?!" tanya Jamillah kepada Marpuah.
"Kenalin nama aku, Salsa!" ucap Marpuah seraya mengulurkan tangannya.
'Namanya kok mirip nama samaran Marpuah ya?' batin Qimons.
'Tapi gak mungkin juga kalau dia si Tomel Marpuah, karna dia cuman bisa cantik kalau minum ramuan dari kak Rudolf, berarti ini bukan Marpuah!' batinya lagi.
"Mau apa kamu kemari?!" tanya Jamillah.
"Aku mau minta tolong sama Bang Qimons, kipas di rumah saya mati," tutur Marpuah yang beralibi.
"Terus ngapain kalau mati?!" tanya Jamillah.
"Ya aku mau, Bang Qimons, bantu benerin!" jawab Marpuah tak berdosa.
"Emangnya, Bang Qimons tukang servis elektronik?!"
"Bukan, tapi Bang Qimons, tukang servis hati aku," jawab Marpuah.
"Apa?!" Jamillah tampak begitu geram.
"So sweeet ...." Celetuk Qimons dengan ekspresi gemasnya.
"BANG QIMONS!" tetiak Jamillah. "AWAS YA KALAU BERANI MACAM-MACAM!" ancam Jamillah.
"Iya, Bebeb, maaf," jawab Qimons.
"Gue curiga jangan-jangan elu itu si Cewek Tompel yang sedang menyamar ya?!" tuduh Jamillah.
"Ih, enggan kok, aku ini bukan Marpuah Bole Curia! Tapi aku adalah Salsa sepupunya Marpuah!" tegas Marpuah yang berbohong.
"Ah bohong!"
Namun meski wajah Marpuah sangat berbeda dan tidak bisa di kenali saking cantiknya, tapi Jamillah tetap tak bisa percaya begitu saja.
"Gue nyium bau-bau karet di bakar, jadi sudah pasti kamu itu, Marpuah!" ucap Jamillah.
"Ya ampun, Bebeb, apa hubungannya karet di bakar sama Marpuah?" tanya Qimons.
"Ya pokoknya adalah!" jawab Jamillah.
"Percaya deh, Bebeb, kalau dia itu beneran bukan si Tompel, Marpuah!"
"Ah, dasar, Buaya! Kalau lihat cewek bening aja lupa segalanya!" cerca Jamillah.
"Enggak, Beb, cinta abang cuman buat, Jamillah!"
"Ah, hoaaak!"
Qimons terus mencoba meyakinkan Jamillah, tapi Jamillah malah semakin murka.
"Bang Qimons, boleh minta tolong benerin kipas angin di tempat, Mami Oktaf?" tanya Marpuah dengan manja.
"Ah, bisa! Bisa banget Salsa!" jawab Qimons penuh semangat.
"Bang Qimons!" teriak Jamillah.
"Bentar aja... Beb!" jawab Qimons.
Lalu dengan centilnya Marpuah menggandeng tangan Qimons dan seolah-olah meledek Jamillah.
"Ayo, Bang Qimons...."
Tentu saja hal itu membuat Jamillah murka.
Namun sayangnya Qimons sudah terlanjur terpesona dengan wujud Marpuah yang bak bidadari itu, dan membuat Qimons menjadi tak peduli lagi dengan Jamillah yang sedang cemburu.
Darah Jamillah mulai mendidih dan naik ke ubun-ubun, pipinya merah merona dengan nafas menderu kencang. Jamillah tak tahan lagi untuk meluapkan amarahnya.
"BANG QIMONS...!" teriak Jamillah dengan mata melotot.
JEGLEEEERRRRR!
Seketika terdengar bunyi petir yang menggelegar dan di iringi hujan lebat.
Qimons dan Marpuah menjadi basah kuyup.
Dan di saat itulah, Qimons mulai menyadari dengan siapa saat ini dia bergandengan tangan.
Bedak, Foundation, blushon, eyeshadow dan yang lainnya sudah mulai luntur tak beraturan, bahkan bulu mata palsunya juga copot satu persatu.
Maskara berwarana hitam pekat kini meleleh dan menghiasi lingkar mata Marpuah.
Qimons terkejut dan nyaris pinsan.
"SETAN...!" teriak Qimons.
To be continued