Chereads / Cute Alligators / Chapter 34 - Biar Geledek Yang Memisahkan Kita

Chapter 34 - Biar Geledek Yang Memisahkan Kita

Hujan deras masih mengguyur kampung Rawa Ceban.

Dua sejoli masih berdiri saling menatap dengan tatapan anehnya.

Mereka adalah Qimons dan Marpuah.

Marpuah masih menggandeng tangan Qimons.

Namun meski merasa geli dan merinding, Qimons tak kuasa melepas pegangan tangan Marpuah.

Entah mengapa tubuhnya mendadak melemas tak bertenaga. Mungkin di karna dia yang sedang syok melihat Ariana Grande KW itu adalah Marpuah.

"BANG QIMONS! CEPAT LEPASAIN TANGANNYA, BANG QIMONS!" teriak Jamillah.

"Gak bisa, Bebeb! Kayaknya, Siluman Tompel ini, terlalu kuat!" jawab Qimons.

"Apa?! Dasar, Cewek Sintetis! Elu berani ya, ambil bang Qimons dari gue?!" Jamillah pun keluar rumah sambil bertolak pinggang menghampiri Marpuah dan Qimons.

"Gak bisa, Bang Qimons, itu punya, Pu'ah!" ledek Marpuah.

"Eh, enak aja! Dia itu pacar gue!" bentak Jamillah.

"Masa? Tapi, Bang Qimons, gandeng-gandeng tangan, Pu'ah, tuh!" ledek Marpuah lagi.

"Dasar, Halu!"

"Gak Halu tuh! nih buktinya kita ujan-ujanan bareng, so sweeet, 'kan? Kayak di film India!"

"BANG QIMONS!" teriak Jamillah lagi dengan kencang. "CEPETAN LEPASIN PEGANGAN TANGANNYA!" perintah Jamillah.

"Gak bisa, Bebeb! Bang Qimons gak kuat!" jawab Qimons.

"Haha! Denger ya, Cewek Dempul! Bang Qimons, itu milik Pu'ah, dan kita bakalan selalu bersama, kita ini tidak bisa terpisahkan!" ledek Marpuah lagi.

"GAK MUNGKIN!" teriak Jamillah seraya berlari penuh amarah, dia hendak menyerang Marpuah.

Namun belum sempat menyerangnya, tiba-tiba terlihat ada kilatan petir yang sangat terang dan menyilaukan.

Seketika Jamillah menghentikan langkah kakinya, lalu memutar balik ke belakang dia kembali masuk ke dalam rumah.

JEGLEEERRRRRR!

Petir itu menyambar Qimons dan Marpuah.

Seketika sekujur tubuh Qimons menghitam, serta telinga dan hidungnya keluar asap mengepul, yang menebarkan hawa sangit dan menyengat.

Marpuah segera melelaskan pegangannya dari tangan Qimons.

Meski Qimons sudah tidak berdaya, namun Marpuah tampak sehat walafiat. Berkat tompel keramat yang di miliknya.

"Yah, Bang Qimons, jadi gosong!" Marpuah terlihat sangat bersedih.

"Sayang banget ya ... mukanya jadi jelek!" cerca Marpuah.

"Sialan! Ini gara-gara elu tau!" Jamillah berjalan mendekat ke arah Marpuah dan menoyor tompelnya.

"Lu sih! Pakek acara rebut, Bang Qimons segala!" oceh Jamillah seraya menolong Qimons.

"Yaudah, Pu'ah, minta maaf sama, Jamillah, dan berhubung muka Bang Qimons jadi jelek banget, Pu'ah, balikin deh bang Qimons ke Jamillah lagi," ujar Marpuah yang merasa sama sekali kali tak berdosa.

"Eh, terus lu mau kemana?!" tanya Jamillah.

"Pu'ah, mau mundur ...."

Jamillah menarik satu alisnya, seakan tak percaya mendengarkan ucapan Marpuah.

Dengan penuh percaya diri Marpuah melenggang dan masuk ke dalam rumahnya, dan tepat saat itu hujan pun reda.

Kalau saja tadi tidak turun hujan, dan juga tidak ada petir ... mungkin akan lain lagi ceritanya.

Qimons akan semakin terjerumus oleh tipu daya Marpuah.

Dan karna kejadian tadi dapat di simpulkan, seperti sebuah pepatah yang mengatakan 'BIAR GELEDEK YANG MEMISAHKAN KITA'

Kurang lebih begitulah gambaran kisah cinta Marpuah dan Qimons hari ini.

Sementara itu Jamillah masih sibuk menolong Qimons yang sedang sekarat, walau sebenarnya dia masih sangat jengkel dengan Qimons, karna hampir saja berselingkuh dengan Marpuah.

***

Rupanya hujan tak hanya mengguyur kampung Rawa Ceban, karna di kampung Rawa Goceng juga sedang terjadi hujan lebat, tapi berbedanya, di sini hujan baru saja di mulai, sedangkan di sana sudah usai.

Tampak Juju sedang asyik menonton Anime sambil nyemil kripik kentang, di depan laptopnya.

PLETAK!

"Wadaw! Kenapa Juju, di jitak lagi sih, Mak!?" keluh Juju.

Mak Jinny langsung melebarkan pupil matanya.

"Udah tahu hujan gede! Malah asyik nonton! Kamu gak lihat jemuran Emak jadi kehujanan semua?!" oceh Mak Jinny.

Juju pun baru menyadarinya, tentu saja si Emak bakalan marah besar, dan sepertinya kali ini bukan hanya jitakkan yang akan dia dapatkan, mungkin juga terjadi tragedi piring terbang atau panci melayang.

Kesaktian Mak Jinny itu tidak bisa di tandingi, jurus-jurus Karate yang di kuasai Juju saja tidak akan mampu. Selain itu Juju juga tidak mau di bilang anak durhaka karna melawan Emaknya, tapi kalau berdiam saja, bisa jadi wajahnya yang tamvan itu akan bonyok-bonyok, dan tentu saja mempersulit dirinya mendapatkan jodoh.

Oleh karna itu, Juju memutuskan untuk berlari saja.

"Woe! Juju! Mau kemana lo?!" teriak Mak Jinny.

"Maaf, Mak! Juju gak mau di gebukin!"

"Hah?! Dasar Anak Kurang Ajar, ngerti aja lagi kalau mau gue gebukin!"  ucap Mak Jinny,

Lalu pandangan Mak Jinny kembali terarah ke bagian jemuran pakaiannya.

"Ya Amplop! Berarti habis ini harus nyuci lagi dong ...."

Mak Jinny tepuk jidat.

Plak!

"AWAS LU JUJU!"

JEGLLEEEEERRR!!

Petir menyambar tiang jemuran Mak Jinny.

***

Sementara itu Juju bersembunyi di rumah Patria sahabat sekaligus tetangganya itu.

"Ju, tiap, Emak lu ngamuk, elu pasti sembunyi di tempat ini, emang gak ada tempat lain apa?" tanya Patria.

"Ya, kan rumah elu yang paling deket, Bambang! Elah ama temen juga lu itung-itungan amat," keluh Juju.

"Temen apaan! Mana ada temen ngerebut pacar temennya sendiri?"

"Maksudnya Marpuah?"

"Marpuah, siapa?"

Juju menepuk-nepuk pelan mulutnya sendiri yang keceplosan.

Tentu saja Juju tidak mau di ketahui kalau Salsa itu adalah Marpuah si Cewek Tompel, yang ternyata adik tirinya sendiri.

"Eh, bukan Marpuah deng, maksud gue, Salsa. Dan kalau elu mau ambil Salsa lagi, ambil aja, gue udah putus kok," ujar Juju.

"Loh, bukannya waktu itu elu udah mau ngelamar si Salsa?" tanya Patria.

"Oh, soal itu, gue cuman manas-manasin elu doang, Bro! Haha, jadi Marpu... eh, Salsa buat elu aja, gue ikhlas lahir batin," pungkas Juju.

"Wah, serius, Bro?!" Patria tampak antusias.

"Serius lah, Bro!" jawab Juju.

Karna ucapan dan dukungan dari Juju, Patria kembali bersemangat, dan kembali membulatkan tekadnya untuk mengejar Salsa, si gadis pujaan hatinya itu.

Sedangkan Juju kembali memantapkan hati untuk pensiun menjadi playboy, dia masih merasa trauma dengan kejadian yang dia alami saat ini.

Melihat wajah asli Salsa alias Marpuah yang berantakan, serta mengetahui jenis kelamin Ce Mimin yang sebenarnya, membuat Juju tidak mau lagi salah pilih wanita. Dia benar-benar merasa semua ini adalah karma karna dulunya dia yang gemar mempermainkan hati wanita.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu dari rumah sebelah alias rumah Juju.

"Ju, di rumah lo kayaknya lagi ada tamu deh!" ujar Patria.

"Masa sih, siapa?"

"Yah, paling gebetan lu yang anak SMP itu?!" ujar Patria.

"Ah, enggak mungkin, gue udah gak main sama anak SMP lagi, bosen, kalau jalan di katain kayak bapaknya mulu!" keluh Juju.

"Ya, makanya lu cek dulu gih!" sergah Patria.

"Males ah, paling tukang kredit panci, nyariin si Emak!" jawab Juju.

"Gimana kalau bukan tukang kredit, tapi gebetan baru, Emak lu, Ju!" celetuk Patria.

"Apa?!" Seketika Juju langsung berdiri dan melihat siapa orang itu, dari jendela rumah Patria.

Dan benar saja, sosok pria berpakaian serba hitam tengah berdiri tepat di depan pintu rumah Juju. Kedua pupil mata Juju seketika melebar, karna pria itu memang benar-benar bukan tukang kredit panci seperti yang dia bilang tadi, tapi ternyata pria itu adalah Mbah Tresno yang sepertinya hendak PDKT dengan Mak Jinny.

"Ju, kenapa muka lu jadi begini? Elu lagi gak kesurupan, 'kan?" tanya Patria dengan polos.

To be continued