Jam menunjukkan pukul 14:03, suasana kampung Rawa Ceban, terlihat sangat panas dan juga gersang.
Tampak Marpuah masih asyik duduk santai di gubuk yang letaknya tepat di tengah sawah.
Marpuah sedang melakukan ritual ajaibnya, yaitu mengobrol bersama Chucky si bebegig sawah.
Dia sedang curhat tentang Juju dan juga impian-impiannya yang sangat nyeleneh.
"Chucky, kata Juju, dia bakalan ke rumah Pu'ah hari ini, Juju bilang Pu'ah mau dikenalin sama Emaknya, so sweet banget, 'kan!" ucap Marpuah dengan ekspresi manja dan keimutannya.
Eh, tunggu bukan imut sih, tapi ... ah. Yasudah lah pokoknya itu.
"Chucky, kalau menurut kamu aku sama Juju mirip sama siapa ya?" Marpuah masih bertanya kepada Chucky.
Padahal kalau di pikir-pikir mau sampai rumah SpongeBob berubah menjadi semangka pun, tetap saja, Chucky gak bakalan bicara.
Tapi namanya juga Marpuah, kalau tingkahnya gak absurd, bumi bisa gonjang-ganjing.
"Kalau menurut, Pu'ah si, kisah Cinta Juju sama Pu'ah itu mirip kisah cintanya Sinchan dan Siro. Manis banget, ya, 'kan?" Pu'ah memegang wajahnya dengan kedua tangan, ekspresi gemas.
Lalu dari kejauhan, Jeng Oktaf memanggilnya.
"Puah! Pulang, Puah! Ada yang nyariin tuh!"
"Eh, iya, Mami! Pu'ah, pulang nih!" teriak Marpuah.
Dan sesampainya di rumah sudah ada Juju yang datang bersama orang tuanya.
"Ada apa, Mi?" tanya Marpuah.
"Ini ada, cowok kamu dateng sambil bawa-bawa, Emaknya," Jawab Jeng Oktaf.
"Hah?! Serius!?"
Marpuah pun segara mengintip dari luar jendela rumah, rupanya apa yang dikatakan oleh maminya itu memang benar, Juju dan emaknya sudah duduk manja di atas sofanya menyeruput teh tubruk sambil nepokin nyamuk.
"Waduh, bahaya ini, Pu'ah harus buru-buru minum ramuan kimia dari Prof. Rudolf!" ujar Marpuah dan dia pun segera berlari ke rumah Rudolf lalu mengambil ramuan itu dan meneguknya saat itu juga.
"Pu'ah! Lu ngapain di sini!?" teriak Qimons.
"Maaf, Bang Qimons, Pu'ah, tadi gak ucap salam dulu dan langsung masuk le dalam rumah!" jelas Marpuah.
"La terus kamu ngapain masuk ke Rumah kayak garong?!" tanya Qimons lagi.
"Pu'ah, ambil ramuan kecantikan milik, Prof. Rudolf!"
"Hah?! Emang kemarin udah habis?!"
"Udah, Bang Qimons!"
"Gila ya kamu minum ramuan udah kayak makan permen kapas, cepet banget abisnya!"
"Iya, soalnya rasanya enak!"
"Hah?! Itu kan ramuan terbuat dari soda api, di campur sama pup sapi Australia lo! Enak dari mananya?!"
"Ya, pokoknya enak banget! Susah kalau di ungkapin sama kata-kata! Yaudah Pu'ah buru-buru! Kepo-nya udahan dulu ya!"
"Tunggu!" teriak Qimons.
"Ssst ...." Marpuah memasukkan dua jarinya ke lubang hidung Qimons.
"Jangan berisik, Bang Qimons, ingat penyakit kepo, bisa bikin stres tahu!" ujar Marpuah.
"Diam sih, diam! Tapi jarinya keluarin dulu dong dari lubang hidung gue yang suci ini!" keluh Qimons.
"Oh, iya maaf, Bang Qimons, Pu'ah, cuman nyuruh diam, Bang Qimons, ala-ala di film-film itu lo!"
"Pu'ah, di film mah nyuruh diam tangannya di taruh di depan mulut, bukannya di masukin di lubang hidung!"
"Eh, iya hehe!" Marpuah pun memasang cengiran kuda tidak berdosa.
"Maaf, Bang Qimons, Pu'ah salah lihat!"
"Mana tangannya baunya aneh banget lagi!" Qimons mengusap-usap hidungnya.
"Oh, kalau itu tadi, pu'ah, gak sengaja habis megang pup ayam di sawah!"
"Hah?!" Qimons pun syok dan matanya melotot hampir copot.
"Maaf, Bang Qimons! Pu'ah, buru-buru! Kita bahas lain kali ya!"
Dan Marpuah pun segera berlari kencang meninggalkan Qimons.
Sementara Qimons langsung muntah-muntah sejadi-jadinya.
Tepat di depan rumahnya, Marpuah segera berkaca untuk memastikan wajahnya.
Dan setelah wujudnya yang abstrak berubah menjadi bidadari, Marpuah pun segera memasuki rumah untuk menemui Juju dan emaknya.
Di depan pintu Jeng Oktaf langsung menyambutnya.
"Ih, Pu'ah! Kamu dari mana aja?," tanya Jeng Oktaf dengan nada berbisik.
"Ini, Mi. Pu'ah abis nyari ramuan!" jawab Marpuah.
"Kamu lagi nyamar jadi Salsa lagi ya?"
"Iya, Mi!"
"Aduh, Pu'ah! Muka asli kamu itu udah cantik banget, eh bukan cantik deng, tapi antik, terus kenapa harus jadi orang lain sih? Lagian muka pacar kamu juga begitu?"
"Tunggu! Begitu bagaimana maksudnya?!" Marpuah tampak marah.
"Ya pokoknya begitu!"
"Mi, Juju itu ganteng banget! Pu'ah beruntung dapetin Juju! Kapan lagi Pu'ah bisa dapet cowok yang mukannya mirip Justin Bieber, hah?!"
"Ah, iya deh!" Jeng Oktaf manggut-manggut, karna tidak mau masalahnya bertambah panjang.
"Yaudah buruan temuin mereka gih!" suruh Jeng Oktaf.
"Iya, Mi! Tapi ingat!"
"Apalagi sih, Pu'ah?!"
"Jangan bilang, Juju jelek lagi!"
"I-iya!"
"Bener loh!"
"Iya, Pu'ah!"
"Awas kalau ngomong jelek lagi!"
"Iya, Marpuah Bolecuria! Emak Janji gak bakalan ngatain Juju jelek lagi!"
"Ok sip!" Marpuah mengacungkan jempolnya.
Dan Marpuah pun langsung masuk ke dalam rumah menemui Juju dan emaknya.
"Eh, itu Salsa!" ujar Juju.
Dan emaknya Juju pun segera berdiri lalu menghampiri Marpuah.
"Wah, jadi ini yang namanya Salsa!" tukas emaknya Juju.
"Iya, Calon Emak Mertua," jawab Marpuah sopan.
"Wah, cantik banget ya!"
"Wah makasi atas pujiannya, Calon Emak Mertua!"
Emaknya Juju tampak sangat bahagia, mendapatkan calon mantu yang sangat cantik bak princess di film Barbie, seperti Salsa alias Marpuah ini.
Tapi lain halnya kalau dia sudah mengetahui wajah asli Marpuah yang sudah tidak bisa di gambarkan dengan kata-kata itu pasti bakalan ...?
"Kenalin, saya Riri Jinnyoh Jiniyati, atau biasa di panggil, Emak Jinny!" tukas emaknya Juju.
"Wah, Emaknya Juju, keren ya, biar kata emak-emak tapi ototnya gede-gede!" puji Marpuah.
"Wah, terima kasih, Emak Jinny emang suka olah raga koprol-koprol di jalanan, makanya badanya bisa keker begini!" tukas Mak Jinny sambil membuka sedikit bajunya di bagian lengan. (Pamer otot)
"Wah, keren banget! Kalau Pu'ah olah raganya nyolong mangga di depan rumah sambil capuera!" jelas Marpuah dengan wajah polosnya.
"Wah, keren, besok-besok Emak ajakin nyolong mangga ya!"
"Siap, Calon Emak Mertua! Tapi harus siap-siap di kejar bulldog ya!"
"Hah! Bulldog?! Ah Emak takut!"
"Gak apa-apa, kalau awal-awal paling gigit paha doang, nanti kalau udah biasa jadi temenan kok. Malahan sekarang bulldog-nya udah baik sama, Pu'ah!"
"Hah!? Serius?!"
"Iya, Emak! Kemarin aja Bulldog-nya juga habis sungkeman sama, Pu'ah!"
"Hah?! Yang bener?!"
"Iya, calon Emak Mertua! Pu'ah jadi ngearasa tua banget gara-gara di sungkemin sama bulldog hehe!" Pu'ah garuk-garuk tompel.
"Haha! Haha!" Emak Jinny tertawa garing, karna mendengar cerita Marpuah. Padahal gak lucu dan justru membuatnya sedikit merinding tapi kalau tidak tertawa Mak Jinny merasa kasihan dengan Marpuah.
Marpuah dan Mak Jinny masih asyik mengobrol, sedangkan Jeng Oktaf dan Juju hanya bisa diam menjadi penonton saja.
Mereka bedua bagaikan dua bongkah obat nyamuk bentuk piramida.
Sungguh sangat terabaikan.
"Tehnya di minum Ju. Biar gak bosan," ujar jeng Oktaf.
"Udah habis, Calon Mami Mertua, tinggal ampasnya doang, seret!"
"Oh, iya maaf!"
Di saat Pu'ah dan Mak Jinny masih asyik mengobrol, tiba-tiba Abah Rene datang.
"Loh, kok rame amat ada apa ini?" tanya Abah Rene.
Jeng Oktaf pun langsung berdiri menyambut suami tercintanya yang baru saja pulang dari gali kubur itu.
"Eh, Papi! Ini loh, ada Juju yang datang bawa Emaknya buat kenalan sama, Pu'ah!" Jelas Oktaf.
"Oh, begitu ya!"
Abah Rene langsung menghampiri Mak Jinny yang sedang asyik mengobrol memunggunginya.
"Selamat siang, Emaknya Juju, perkenalkan saya, Rene, Papinya, Pu'ah, eh, Salsa!" tukas Rene sambil mengulurkan tangannya.
Dan Mak Jinny menoleh ke arah Abah Rene dengan wajah syok dan mulut menganga ala-ala dugong.
"Rene?!" teriak Mak Jinny.
"Jinny!" teriak Abah Rene.
JENG! JENG!
To be continued