Saat ini Halima sangat senang karena diizinkan oleh suaminya untuk mengunjungi rumah lamanya waktu Halima tidak diperlukan layaknya seperti seorang anak yang disayangi dan diharapkan oleh ibundanya tapi Ayah angkatan sangat memperlakukan Halima dengan sangat baik layaknya putri kandungnya sendiri.
"Sebahagia inikah dirimu hanya ku ajak pergi sebentar bertemu dengan Ayah mertua sayang?" tanya Umar pada Istrinya tercinta.
Tentu saja Halima sangat bahagia suaminya yang bahkan sangat sulit keluar rumah biasanya selalu sibuk dengan berbagai pekerjaan saat ini bisa datang bersamanya mengunjungi rumah lamanya untuk menjenguk Ayahnya yang sedang sakit karena mereka tidak tahu ibunda Zubaidah membawa Ayah Hasan kemana Halima memutuskan untuk mampir kerumah lamanya saja dan mungkin langsung bertanya pada Asisten rumah tangga keluarganya yabg pastinya mengetahui banyak hal yang terjadi disana.
"Dirimu masih saja begitu lugu dan polos sayang disaat sebentar lagi bahkan Akan memasuki perkuliahan dirimu yang sangat baik ini.... dijadikan alat oleh orang tua mu yabg serahkan atau lebih tepatnya ibu anggkatmu yang gila harta. Tapi aku tidak akan diam saja dan membiarkan Istriku yang cantik ini ditindas." batin Umar yang saat ini berjanji dalam hatinya akan membantu mengamalkan hak yang seharusnya adalah milik istri kecilnya.
"Kakak mengapa terus Memeluk erat, didepan ada Pak Suran aku malu." ucap Halima yang saat ini sambil berbicara sambil berbisik malu jika sampai kemerahan mereka dilihat oleh supir pribadi suaminya.
"Beliau fokus menyetir sayang lagi pula ada sekat pembatas dia tidak akan mengehui apa yang kita lakukan karena sekat itu hanya searah kita bisa melihat jelas sedangkan dia tidak." ucap Bilal dengan santainya terus mengecupi wajah istrinya yang meng mageman.
"Tapi Kakak sebentar lagi kita akan sampai, bisakah tangan kakak jangan bersikap nakal." ucap Halima yang tentu saja dirinya saat ini akan merasa malu jika pakaian nanti berantakan saat keluar mobil karena sebelumnya pakaian tadi rapi.
"Mengapa memangnya aku hanya memegang yang seharusnya aku pegang." ucap Bilal Tampa dosa.
Ingin sekali Hajar berteriak dan mengatakan "Tapi ini bukanlah waktu yang tepat karena mereka harus fokus untuk mengetahui keadaan ayahnya." tapi sayangnya semua itu hanya bisa dikatakan didalam hati saja lalu Halima beristifar karena tidak ingin menjadi istri yang durhaka.
"Sayang....., me.... me...mengapa diam?" ucap Bilal yang saat ini gagap disaat yang tidak tepat membuat Hajar tersenyum kecil karena suaminya ini selalu berhasil membuat Hajar tidak bisa marah terlalu lama padanya.
"Sayang maa...aaaf, aku hanya ingin memegang saja... tidak sampai.... me.... me...melakukan praktek seperti malam itu....," ucap Umar yang membuat Halima gemas Karena laki-laki tampan ini benar-benar bertingkah layaknya baby besar setelah malam panas mereka waktu itu.
Umar juga membatu merapikan pakaian istrinya tercinta yang saat ini sudah terlihat rapi seperti semula hanya saja senyum manis Halima yang belum kembali ke tempatnya yang membuat Umar khawatir.
Umar bertingkah santai karena Umar tau Ayah mertuanya sakit tapi itu hanya akal bulus ibu mertuanya yang menginginkan uang karena istrinya tercinta tampak begitu merindukan sosok Ayah yang selama ini telah menjaga dan mendidik istrinya dengan baik Umar tentu saja menyetujui untuk pergi bersama dengan istrinya tercinta bertemu dengan mertuanya itu yang sudah dipastikan akan memanfaatkan momen ini juga.
"Sa...sa.. sayang....," ucap Umar yang saat ini membuat Hajar gemas dan akhirnya mengalah memberikan banyak kecupan manis pada pipi yang tampak sangat tidak di diamkan olehnya.
"La...gi.... lagi... lagi....," ucap Umar yang sangat menyukai jika istrinya tercinta menciumnya.
"Maaf tuan muda dan nona muda kita telah sampai." ucap sipir pribadi Umar yang membuat Umar sangat kesal kau ini karena dirinya tidak mendapatkan kecupan manis lagi dari istrinya tercinta yang sudah merasa malu.
"Iya terimakasih pak." ucap Halima yang saat ini mengajak Suaminya untuk keluar walaupun dengan wajah yang ditekuk Umar tetap keluar mengikuti langkah mungil istrinya.
"Kakak kenapa rumah ini sangat sepi dan terlihat kurang terawat ya?" ucap Halima yang merasa rumah kedua orang tuanya angkatnya ini terlihat aneh karena terlalu sepi dan banyak dedaunan yang belum disapu membuat rumah yang cukup besar ini menjadi terlihat agak horor.
"Mungkin ibunda mu terlalu boros sayang," ucap Umar sambil tersenyum manis karena saat ini gagapnya sudah hilang.
"Ibu memang suka belanja tapi ibu tidak akan mungkin memecat seluruh asisten rumah tangga secara tiba-tiba kakak, ibu hanya suka memasak dan tidak suka pekerjaan yang terlalu berat." ucap Halima yang saat ini bingung ingin bertanya pada siapa karena tidak ada satpam ataupun asisten rumah tangga yang bisa terlihat.
"Rumah ini sudah mirip sekali dengan rumah hantu. Jangan takut jika nanti tiba-tiba ada penampakan....," ucap Umar yang sengaja menjahili istrinya yang tampak sedikit takut ini.
"Kakak jangan berkata seperti itu mana mungkin rumah Ayah ada hantunya dulu aku Ayah dan kak Sila suka mengaji didalam." ucap Halima saat ini mengenggem tangan suaminya dengan erat.
"Iya itu kan dulu sayang saat kau pergi dari rumah ini mungkin semuanya sudah berubah....," ucap Umar yang sengaja berjalan lambat.
"Assalamualaikum....Ayah....., Ibunda....., kakak sila apakah ada orang di dalam?" ucap Halima yang merasa takut untungnya Halima tidak pergi sendiri tapu pergi bersama suaminya karena rumah kedua orang tuannya benar-benar terlihat seperti rumah hantu saat ini.
Tidak ada tanggapan dari orang tuanya membuat Halimah merasa semangkin takut tapi Halima juga tidak ingin terlihat penakut dihadapan suaminya yang terlihat sama sekali tidak ketakutan malah terlihat begitu santai.
"Maaf nona dan Aden cari siapa?"ucap seorang wanita paru baya dari arah belakang yang membuat Halima dan Umar langsung menoleh kearah belakang
"Begitu Bu kami cari penghuni rumah ini," ucap Halima yang saat ini merasa sedikit takut karena kaget.
"Oh mungkin maksud Nona penghuni lama, rumah ini telah dijual sekitar 2 bulan yang lalu dan sudah kosong selama itu karena pemilik barunya dikabarkan sedang berduka karena ada keluarganya yang meninggal dan rumah ini menjadi tidak terurus." ucap ibu padu baya itu menjelaskan pada Halima.
Halima merasa kecewa karena tidak pernah diberi tahu oleh orang tuannya yang sudah pindah rumah lalu saat ini Halima tidak tahu harus bertanya pada siapa lagi. Umar yang melihat wajah istrinya sedih kali ini angkat bicara.
"Apakah Ibu penghuni rumah lama rumah ini tinggal dimana saat ini?" tanya Umar yang juga bahkan tidak tahu jika mertuanya sampai menjual rumah yang seharusnya adalah rumah milik istrinya tercinta ini.
"Maaf den saya kurang tahu, ini saja keberatan saja lewat dan mengingatkan kalian banyak kejadian misterius dirumah ini katanya karena penghuni baru pernah melakukan pesugihan, jadi saya mengingatkan saja jangan sampai kalian jadi korbannya." ucap Ibu paru baya itu yang saat ini membuat Halima takut sedangkan Umar tampak beristighfar.