Ian tidak menelepon Cahyo ketika dia kembali ke Yogyakarta kali ini. Dia naik bus jarak jauh selama lebih dari lima jam sendirian dan tiba di kampusnya pada jam 6 sore.
Langit suram, dan saat itu sedang gerimis. Meskipun tidak deras, tetapi rasanya lengket dan membuat Ian tidak nyaman.
Ian mengumpt dalam hatinya. Yogyakarta memang seperti ini. Saat hujan, atmosfer sejarah dan kuno dari kota ini memenuhi udara. Tidak bisa digenggam atau dilihat, tapi selalu bisa dirasakan.
Saat moodmu sedang bagus, kamu juga bisa menulis puisi; saat moodmu buruk, kamu akan merasa semakin kesepian.
Ian berlari ke asrama, tetapi ketika dia melewati perpustakaan, dia tiba-tiba melihat sosok yang dikenalnya dan berteriak, "Tunggu!"
Juwita baru saja menyelesaikan pekerjaan paruh waktu di perpustakaan. Lengannya sakit, dan dia akan pergi ke kafetaria untuk makan dan kemudian kembali ke asrama untuk meninjau pekerjaan rumahnya, ketika dia tiba-tiba mendengar suara yang keras.