"Jadi apa rencanamu selanjutnya Kai?" Tanya Leon saat mereka sedang berada di sebuah cafe untuk makan siang. Karena sempat berdebat dengan Arka tadi jadinya mereka berakhir makan siang bersama karena untuk sarapan pagi itu waktunya sudah tidak memungkinkan lagi.
"Belum tahu." Jawab Kaira yang masih fokus dengan makanannya. Seolah-olah pertanyaan Leon bukanlah sesuatu yang berat untuk dibahas.
"Kau masih menyukai dirinya sampai sekarang?" Tanya Leon lagi.
Kaira mengangguk tanpa berniat menjawab pertanyaan Leon. Dirinya juga tidak ingin melihat wajah Leon saat ini.
"Kau benar-benar akan menikah seperti yang ia bilang kemarin itu?"
Kaira langsung mengangkat wajahnya, kini mata keduanya saling berpandangan satu sama lainnya.
"Jangan bertanya sesuatu yang sudah kau tahu sendiri jawabannya. Kau tahu, aku tidak menyukai pertanyaan seperti itu."
Leon terdiam, entahlah seperti ada sesuatu yang ganjal di hatinya saat ini saat mendengar perkataan Keira.
"Jika seperti itu mengapa kau ingin menemuiku? Tidakkah kau tahu bahwa sampai saat ini kau masih menjadi wanita satu-satunya dihatiku yang bertahta?"
Kaira meminum minumannya dan kemudian kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya itu.
"Alasannya itu selalu simple sih menurut ku, sesimple kata putus yang kau ucapkan dulu."
Leon terdiam di tempatnya, entahlah sampai saat ini hal itu yang selalu menjadi penyesalan nya yang tak berkesudahan.
"Itu sudah sangat lama Kei untuk kau ungkit saat ini."
Kaira tersenyum, "Benar sekali, itu sudah terlalu lama untuk di ungkit sekarang. Bahkan untuk perasaan mu itu juga sudah sangat lama untuk kembali kau utarakan lagi. Astaga aku masih ingat dulu bagaimana kita harus kembali merajut benang pertemanan di atas kata mantan. Terasa begitu sangat menjijikkan tapi aku akui bahwa pada saat itu aku menikmati semuanya itu Le."
Ada sebuah senyum yang terbit di bibir Leon saat mendengar Kaira mengatakan itu, tapi akhirnya ia harus kembali menelan kepahitan saat Kaira melanjutkan ucapannya.
"Kau tahu mengapa aku menyukai dirinya? Itu lah alasan untuk aku jadi seperti saat ini dan yang terpenting itu alasan untuk aku lepas dari bayang-bayang mu dan kenangan kita Le. Kau tak tahu betapa tertekannya aku disaat masih punya rasa harus bersikap seolah-olah baik-baik saja dalam ikatan pertemanan."
"Maaf kan aku Kei. Aku tahu semuanya ini salahku."
"Dan lagi, kau tak tahu bagaimana rasanya di desak dengan banyak tuntutan. Kau tak tahu bagaimana rasanya jadi diriku karena kau tak pernah sekalipun berniat menemui ku saat setelah acara kelulusan sekolah itu. Kau malah pergi mengejar mimpimu itu dan saat ini kau kembali seolah semuanya masih baik-baik saja bagimu. Tidakkah kau berfikir sedikit tentang perasaan ku Le?"
Ucapan Kaira kembali membuat Leon terdiam, ia tak tahu kata apa yang pantas untuk ia ucapkan saat ini pada Kaira. Semua kata-kata bahkan tak ada artinya sama sekali untuk di ucapkan saat ini.
"Kai."
"Apa lagi hm? Mau bilang menyesal? Atau mau minta maaf?"
Leon menggeleng kan kepala nya, "Tidak Kai, bahkan kata maaf pun tak ada artinya sama sekali saat ini."
"Nah itu kau tahu."
"Tapi Kai plis, izinkan aku tetap menemuimu seperti saat ini lagi."
"Untuk apa? Bahkan aku kira ini akan jadi pertemuan terakhir kita. Karena mungkin kau akan kembali ke tempat asal mu."
Leon menggeleng cepat kepalanya, "Tidak Kai, aku bahkan berniat untuk tinggal disini makanya aku mencari mu."
"Jadi saat kau sudah berniat tinggal disini baru kau mau mencari ku hm? Bahkan saat kau pulang untuk liburan kau tak menemui ku sama sekali dulu. Ah, aku seperti penguntit saja ya."
"Kau tahu aku kembali?" Tanya Leon.
"Bahkan aku tahu apa saja tempat yang kau datang saat kau kembali Le. Dan dari semua itu rumahku bukanlah termasuk dalam kunjungan mu itu."
Leon terkejut mendengar ucapan dari Kaira, ia tak tahu bahwa Kaira mengetahui semuanya tentang dirinya.
Kaira tertawa hambar, "Jangan terkejut seperti itu, tidakkah aku sudah mengatakan bahwa diriku seperti seorang penguntit jika menyangkut dirimu hm?"
"Kai."
"Ah sudahlah Le, aku tahu apa yang ingin kamu katakan. Mungkin benar bahwa kita sebaiknya hanya sekedar berteman tanpa embel-embel perasaan di dalamnya."
"Tapi Kai, tidakkah akan begitu curang jika kau tak memberikan aku kesempatan sedikit untuk memperbaiki hubungan kita?"
"Hubungan kita?" Ulang Kaira, "Hubungan yang seperti apa yang kamu maksud itu Le?"
Leon menggeleng kan kepalanya dengan cepat saat kedua matanya menatap Kaira. "Sudahlah Kei lupakan saja. Lanjut makan aja."
"Ck! Tidakkah kau melihat bahwa makanan ku sudah habis?"
"Apa kau mau nambah?"
"Aku sudah kenyang Leon, habiskan saja makanan mu itu. Aku akan menunggu nya,"
Leon mengangguk dan kemudian langsung memakan habis makanannya itu. Sebenarnya ia sudah tidak berselera lagi untuk makan, tapi ia tahu bahwa Kaira orang nya paling membenci siapapun yang menyia-nyiakan makanan di hadapannya. Kaira tidak menyukai orang yang mubazir seperti itu.
"Astaga kau masih sama seperti saat sekolah dulu." Ucap Kaira saat melihat Leon yang sedang makan.
"Apanya?" Tanya Leon.
"Apa sih rasanya makan di bantu dengan air putih seperti itu hm?" Tanya Kaira saat melihat air putih yang terus saja di tambah dalam gelas Leon.
"Aku menyukainya karena untuk mempercepat proses pencernaan Kai." Jawab Leon setelah cukup lama diam mencari kata yang pas untuk pertanyaan Kaira barusan itu.
Kaira mengangguk dan kemudian ia kembali menatap layar ponsel nya itu, entah apa yang sedang ia mainkan tapi nampak sesekali dirinya mengubah ekspresi dengan begitu cepat.
"Habis ini kita mau kemana Kai?" Tanya Leon setelah selesai menghabiskan makanannya itu yang sangat banyak di pesan oleh Kaira.
Sebenarnya perutnya sudah tidak bisa memakan makanan banyak-banyak tapi karena ia takut membuat Kaira berpikir aneh-aneh tentang dirinya lagi, ia langsung menghabiskan semua nya itu tanpa sisa.
"Enaknya kemana? Ke taman, danau atau mall?" Tanya Kaira
"Aku ikut saja kemana kamu mau."
"Oke kalau seperti itu, ayo pulang."
Leon mengerutkan dahinya, "loh kok pulang Le? Tidak ada tempat yang mau dikunjungi lagi?"
"Kau lupa Le bahwa aku tidak suka jalan tanpa tujuan."
"Tapi Kai."
"Nggak ada tapi-tapi. Ayo pulang sekarang."
Dengan berat hati Leon mengangguk mengiyakan ajakan Kaira. Padahal dirinya masih ingin menghabiskan waktu berdua dengan Kaira tapi sepertinya hati Kaira tidak lagi sepeka dulu mungkin benar bahwa adanya hatinya itu benar-benar sudah membantu untuk dirinya. Apakah sebegitu terluka nya wanita itu saat ia diputuskan dulu dan ditinggal pergi?
Andai saja dulu ia bisa untuk sedikit tegas pada dirinya sendiri pasti wanita itu masih berada disisi nya saat ini. Walaupun Kaira tidak dingin tapi entah kenapa ucapan nya selalu menusuk hati setiap kali berbicara dan itu membuat Leon sedikit sakit. Tapi ia tak akan kalah begitu saja, ia harus kembali mendapatkan hati Kaira lagi seperti dulu. Iya harus! Itu janjinya saat memantapkan hati bertemu Kaira.