Malam ini hujan kembali mengguyur ibu kota, Kaira nampak sedang asik menatap air hujan yang turun di halaman rumah nya. Hembusan angin yang dingin tak membuat ia ingin beranjak dari tempat duduk nya itu. Ia benar-benar menikmati setiap tetesan hujan yang membasahi bumi malam ini.
Hawa dingin yang terus menerus menusuk kulitnya yang putih itu membuat Kaira melipat kedua tangannya di depan dada dan kadang sedikit mengusap lengan nya agar rasa dingin itu sedikit berkurang.
Entahlah, malam ini dan pertemuan nya bersama Leon hari ini membuat kenangan manis antara mereka dulu kembali mengusik ketenangan Kaira. Jika boleh jujur Kaira memang sangat menantikan hari ini tiba dimana dirinya dan Leon bisa bertemu kembali walaupun pada hakikatnya dirinya dan Leon sudah memiliki dinding pemisah yang nyata.
Laki-laki itu tidak lagi bisa ia katakan sebagai miliknya saat ini karena mereka benar-benar sudah putus dan berakhir merajut kembali pertemanan dan di situlah mereka saling menyimpan rasa.
Terlalu banyak kata 'andai saja' yang sangat ingin Kaira keluh kesah kan tadi saat berhadapan dengan Leon namun hatinya mengatakan tidak itu itu terjadi. Alhasil ia melimpahkan semua kesalahan pada Leon untuk menutupi rasa nya. Padahal dirinya juga bersalah dengan hubungan mereka yang telah berakhir itu.
Tapi Kaira tak ingin menerima kesalahan itu, makanya ia selalu melempar kata-kata yang memojokkan Leon.
Flashback on
"Kai, aku mencintaimu."
"Apa?" Teriak Kaira di depan kelasnya.
Saat ini hujan sedang turun membasahi bumi setelah cukup lama berada di musim kemarau panjang.
Kaira dan Leon duduk di depan kelas mereka, yaitu kelas XII IPA 1. Mereka satu kelas selama tiga tahun berturut-turut. Dan berita bahwa Leon menyukai Kaira sejak dari kelas satu itu bukanlah sebuah rahasia umum lagi. Bahkan Kaira sendiri juga mengetahui itu. Tapi hingga masuk semester kedua yang disibukkan dengan berbagai macam ujian Leon tak juga kunjung menyatakan perasaannya secara jantan kepada Kaira.
Tapi hari ini di depan kelas di kursi panjang dengan ditemani hujan yang turun bersamaan suara petir yang saling bersahutan Leon mengatakan juga tentang apa yang selama ini ditunggu oleh Kaira.
"Aku mencintaimu Kaira Larasati. Setelah bersama hampir tiga tahun dan sudah banyak waktu yang kita habiskan berdua layaknya orang pacaran yang sesungguhnya. Maka hari ini, maukah kamu menjadi pacarku? Aku ingin memiliki mu secara sah hingga bisa mengutarakan rasa cemburuku secara pas pada tempatnya."
Kaira diam mematung di tempatnya itu, ia sungguh tidak menyangka dari banyak nya hari yang telah mereka lewati bersama, dan akhirnya hari ini seorang Leon Rahadian menyatakan cintanya. Hal yang sangat ia nantikan selama ini akhirnya terwujud sudah.
Dirinya juga tidak tahu harus bagaimana ia mengutarakan perasaan bahagia nya itu. Dengan sangat malu-malu sambil menundukkan kepalanya Kaira mengangguk memberikan jawaban pada Leon.
Leon tersenyum, ia sudah menebak bahwa Kaira tidak memiliki alasan apapun untuk menolaknya. Bahkan saat gosip tentang dirinya menyukai Kaira tersebar ke seluruh sekolah Kaira masih tetap sama, masih tetap bersama dirinya dan tidak menghindarinya sama sekali. Itulah kenapa Leon begitu percaya diri saat ini untuk menembak Kaira, menjadikan wanita itu miliknya tanpa orang lain bisa mengambil nya lagi.
"Kau tidak ingin menjawabnya Kai? Apakah itu tandanya kau menolak ku?" Tanya Leon, ia hanya ingin mendengar kata Iya dari mulut Kaira.
Dengan cepat Kaira langsung mengangkat kan kepalanya untuk melihat Leon yang berada disampingnya itu. Dirinya tak ingin Leon salah mengira nya. Tadinya ia pikir Leon melihat saat ia mengangguk kan kepala nya sebagai jawaban dari ucapan Leon.
"Tidak Le, bukan seperti itu. Sebenarnya-"
"Sebenarnya?" Potong Galih, ia sungguh menikmati wajah imut Kaira yang begitu menggemaskan menurut nya itu. Jika mereka tidak berada pada lingkungan sekolah mungkin ia sudah kemakan hasutan setan untuk mencicipi sedikit rasa bibir ranum warna merah yang begitu menggoda milik Kaira.
Wajah Kaira bersemu merah saat mata mereka saling adu pandang, dengan cepat Kaira langsung mengalihkan pandangannya itu. Ia tak ingin tertangkap basah oleh Leon saat ia sedang bersemu seperti saat ini. Tapi terlambat, Leon sudah melihatnya terlebih dahulu sebelum Kaira mengalihkan pandangannya.
"Iya aku mau." Jawab Kaira dalam satu napas ia mengatakan nya.
Leon tersenyum, ia seperti ingin lagi dan lagi mengusik dan melihat Kaira yang seperti saat ini.
"Mau apa?" Tanya Leon lagi sambil melipat kan tangannya di dada.
"Mau itu."
"Apa?"
"Iya itu "
"Itu apa Kaira."
"Itulah pokoknya."
Leon tersenyum, entahlah ia seperti Sangat candu mengusik Kaira dan melihat wajah bersemu merah itu.
"Tidak baiklah Kai kalau ada yang ngomong kamu malah melihat ke arah lain. Aku merasa nggak dihargai."
Kaira langsung memutarkan wajah ke arah Leon, dengan begitu hati-hati ia menatap wajah Leon yang sedang menatapnya itu. Orang yang berhasil membuat dirinya jatuh cinta selama ini dan orang yang selalu ada untuk dirinya.
"Jadi kamu mau atau nggak jadi pacarku Kai? Kalau nggak mau juga nggak apa-apa aku tidak pernah memaksa siapapun untuk terikat bersama ku. Aku hanya mengutarakan apa yang selama ini aku rasakan sama kamu dan aku ingin kamu tahu itu. Jika pun kamu tidak menerima aku tidak apa-apa yang terpenting aku sudah mengutarakan semua itu. Sekarang aku serahkan padamu. Dan perasaan ku juga sudah lega saat kau pun sudah mengetahui bahwa aku menyimpan rasa sejak kita kelas satu."
Kaira diam beberapa saat setelah mendengar ucapan Leon barusan itu, hatinya berbunga-bunga mendengar pengakuan Leon secara nyata pada dirinya. Ia kira semuanya itu hanya gosip tapi hari ini ia begitu bahagia karena Leon benar-benar menyukai dirinya.
"Iya aku mau jadi pacar kamu Le. Terimakasih sudah memilihku untuk menjadi pasanganmu." Jawab Kaira.
Leon tersenyum, "Jadi sekarang status kita pacaran dong."
Kaira mengangguk dengan begitu malu-malu. "Ah, ternyata seperti ini rasanya jatuh cinta dan kemudian berlanjut dengan pancaran."
"Terimakasih Kai sudah mau denganku dan menunggu ku mengutarakan semua ini hari ini. Terima Kasih." Ucap Leon sambil mencium punggung tangan Kaira yang putih. Hari ini hujan dan petir beserta kursi panjang yang saat ini mereka duduki merupakan saksi bisu sari rasa yang baru saja terungkap.
Flashback off.
"Ah, ternyata kau begitu alay ternyata." Ucap Seseorang yang langsung menyadarkan Kaira dari lamunannya bersama Leon dulu.
Kaira menoleh ke arah sumber suara dan kemudian langsung melihat arloji di tangannya yang sudah menunjukkan jam 21:05
"Astaga, mengganggu saja kau." Sinis Kaira.
"Ck! Tidak ku sangka di balik sikapmu yang seperti itu ternyata kau sama saja seperti wanita pada kebanyakan di luar sana. Sama-sama alay saat hujan turun."
Kaira memutar bola matanya dengan malas, "Tutup mulutmu ya, ini bukan urusanmu tuan Arka yang terhormat!"