Setelah kepergian Dewa keadaan menjadi hening, kentara sekali wajah mengejek dari Arka saat menatap Kaira yang nampak menegang di tempatnya.
"Astaga, pagi ini kau benar-benar membuktikan bahwa dirimu benar-benar pelacur murahan itu." Ucap Arka sinis
Kaira memutar bola matanya malas, "Apa yang kau inginkan sebenarnya?"
Arka tersenyum, "Sederhana sekali keinginan ku dan aku rasa kau tahu apa yang aku inginkan itu." Jawab Arka sambil duduk di hadapan Kaira.
Kaira menatap Arka di hadapannya itu, "Bukankah sudah ku bilang menikah saja dengan dirimu sendiri. Tidakkah kau ingat bagaimana kau dengan begitu lantangnya mengatakan kata tidak dan mentertawakan ku?"
Arka pindah tempat duduk ke samping Kaira, "Ck! Kau pendendam sekali ternyata orangnya. Itu sudah berlalu beberapa hari yang lalu kenapa masih saja kau mengingat nya?"
"Aku sedang ada janji tuan Arka, jadi silahkan anda pulang sekarang. Tidakkah kau harus bekerja? Pengusaha sukses sepertimu ini tidakkah merasa bahwa setiap detik itu adalah uang?"
Arka terkekeh mendengar perkataan Kaira, "Ayolah Nona Kaira Larasati, menikah lah denganku."
"Sekali tidak ya tetap tidak!"
"Aku berjanji akan memberikan setengah saham ku jika kau ingin menikah dengan ku."
Kaira terdiam sebentar, di tatapnya wajah Arka yang berada disampingnya itu.
"Serta ku jadikan kau Nyonya di rumah dan di perusahaan ku. Kau bebas melakukan apa saja yang kau inginkan. Walaupun status kita menikah tapi aku bebaskan kau dengan segala hal yang kau sukai."
"Termasuk bertemu laki-laki lain?" Tanya Kaira,
Arka menatap Kaira, "Ck! Sudah menikah dan mendapatkan kemewahan juga kau masih ingin menjadi pelacur!"
"Kau tau, aku menyukai menjadi pelacur."
Arka terdiam sejenak, ditatapnya Kaira dari atas sampai bawah. Bukankah ia hanya menginginkan status dan wanita ini untuk menyelamatkan kedudukannya itu? Dan sepertinya ini akan lebih mudah untuk membuang Kaira suatu saat nanti saat keadaan sudah normal. Menjadikan Kaira sorotan publik karena berselingkuh itu akan menjadi bukti kuat melayang kan gugatan cerai.
'Kai begitu pintar Arka, Kau sudah menggenggam sebuah kemenangan disaat permainan belum dimulai.' ucap Arka dalam hatinya.
"Aku perlu memikirkan sesuatu untuk menerima tawaran mu itu." Ucap Kaira yang langsung membuat Arka kembali ke dunia nyatanya.
Sebuah deringan telpon membuat Kaira langsung mencari keberadaan ponselnya yang berada di dalam tas selempang kecilnya.
Kaira tersenyum saat membaca nama Leon sebagai penelpon itu.
"Iya Leon." Ucap Kaira saat telpon sudah tersambung.
"Kami sudah gerak?" Tanya Leon di seberang sana.
"Belum, baru saja aku mau gerak."
"Kebetulan sekali aku lewat di depan rumahmu, bagaimana kalau kita pergi bersama saja?"
"Kamu tahu rumahku?" Tanya Kaira yang merasa tak percaya apa yang ia dengar itu. Matanya celingak-celinguk mencari sosok Leon.
"Nggak usah celingak-celinguk gitu, nggak sabaran banget sih buat ketemu aku."
Mata Kaira semakin membulat, "Jika seperti itu, itu artinya Leon sudah berada di dekatnya tapi dimana?"
Tiba-tiba sambungan telpon terputus sepihak oleh Leon membuat Kaira mengerutkan keningnya.
"Loh kok mati?" Ucap Kaira pada Benda pipih yang sudah mati itu.
"Ck! Pacar kamu lagi? Sebenarnya berapa banyak pacarmu nona?"
Kaira memutar mata malas saat ia baru menyadari bahwa Arka masih berada disampingnya. "Bukan urusanmu!"
"Ternyata orang-orang yang kau dekati itu merupakan orang-orang berpengaruh ya nona. Apa saja yang sudah kau berikan pada mereka sejauh ini?" Tanya Arka dengan tampang mengejeknya.
Sontak saja, Kaira langsung melebarkan matanya saat mendengar ucapan yang diucapkan oleh Arka barusan itu. Tapi detik kemudian ia langsung tersenyum saat ia bisa mengendalikan dirinya.
"Apa saja yang mereka inginkan." Ucap Kaira.
"Selamat pagi Kai." Ucap Leon yang sudah berdiri di depan Kaira.
Karena keasikan beradu argument, Kaira dan Arka tidak menyadari kedatangan Leon.
Kaira mendongak menatap laki-laki yang berdiri di hadapannya sambil mengembangkan senyum nya.
Entahlah, waktu seakan berhenti saat kedua insan yang sudah lama tidak bertemu itu kembali dipertemukan oleh takdir. Kaira menatap dengan sangat intens wajah mantan kekasihnya itu yang sama sekali tidak mengalami perubahan. Wajahnya masih saja terlihat imut dengan rambut acak-acakan nya itu. Bulu mata lentik, rahang mengeras, hidung yang mancung serta yang paling sangat menggoda itu adalah bibir berisi berwarna merah. Ingin sekali Kaira mencicipi sedikit bagaimana lembut nya.
Suara deheman Arka membawa keduanya kembali ke dunia nyata, Kaira langsung menoleh ke arah Arka. Bukan karena ia marah dengan Arka tapi karena ia tak ingin Leon melihat wajah merona dirinya itu.
"Ck! Kau merona hanya karena tatap-tatapan seperti itu saja? Lembek sekali hatimu nona. Ternyata hatimu tidak sama dengan sikapmu yang kasar itu!"
Kaira langsung melebarkan matanya menatap Arka yang sedang menatapnya tanpa ekspresi apapun. "Bukan urusan mu. Lebih baik kau pulang sekarang tian. Aku punya janji, nanti kita bicara lagi."
Bukannya pergi Arka malah duduk dengan santai sambil menyilangkan kaki nya.
"Silahkan duduk Tuan. Bukankah akan terlihat begitu tidak sopan jika anda terus saja berdiri seperti itu disana?" Ucap Arka mempersilahkan Leon untuk duduk.
Masih dengan senyuman nya itu, Leon duduk berhadapan dengan Kiara.
"Kenalkan saya Leon." Ucap Leon sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Arka.
Dengan sangat malas Arka menerima uluran tangan Leon itu, "Ar-"
"Tidak perlu memperkenalkan diri lagi Tuan, saya cukup mengenal Anda. Ada termasuk salah satu pengusaha sukses saat ini yang lagi naik daun prestasi dan pencapaian anda." Ucap Leon dan kemudian menarik kembali tangannya dari genggaman Arka.
Arka menatap sekilas ke arah Kaira yang sedang menatapnya itu dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan. "Ah, anda terlalu berlebihan tuan, padahal saya hanya orang biasa saja. Berita itu terlalu berlebihan." Ucap Arka.
"Saya mengatakan yang sebenarnya Tuan, banyak sekali wanita diluar sana yang mengagumi anda. Dan merupakan suatu kehormatan bagi saya pagi ini bisa bertemu dan berbicara langsung seperti ini kepada anda."
"Benarkah saya seterkenal itu di luar sana?" Tanya Arka yang pura-pura terkejut dengan ucapan Leon itu. Jika Liam melihat dirinya seperti ini pasti laki-laki itu akan tertawa. Ah, selama ini ia tidak pernah berbasa-basi pada siapapun.
"Iya, bahkan sahabat saya juga merupakan penggemar anda tuan." Jawab Leon sambil menoleh ke arah Kaira. Entah kenapa wajah wanita itu seperti sedang menahan amarah nya.
"Wah benarkah seperti itu?"
Leon mengangguk, "Iya, tuan. Bukankah anda sedang mencari pendamping hidup? Jika tidak keberatan apa boleh saya masukkan nama sahabat saja sebagai salah satu calon anda tuan? Dia merupakan seorang tuan putri dari seorang Wiliam Pratama."
Arka terbelalak saat mendengar nama Wiliam Pratama. Siapa yang tidak mengenal nama itu di kota ini. Ia merupakan pengusaha tersukses yang hartanya tidak akan habis tujuh turunan.
"Tapi sayang sekali karena skandal anda dan Kiara yang sudah menyebar di seluruh siaran tv itu, sangat mustahil jika beliau tidak melihatnya. Jika pun sahabat saya menyukai anda tapi kalian tidak akan bisa bersama tanpa Restu dari tuan William." Sambung Leon lagi yang langsung membuat Arka melebarkan matanya itu.
Sungguh dirinya tidak menyangka akan dipermalukan seperti ini oleh laki-laki yang tidak ia kenal itu. Sedangkan Kaira terkekeh melihat ekspresi Arka itu.