"Riksa, di mana Langit?" tanya Awan mengangkat alisnya menatap Sain dengan matanya yang setengah mengantuk. Sain tidak akan membiarkan Sain bisa tidr dengan mudah kali ini. Awan masih bersandar di dadanya dengan kulit bertemu kulit, Sain mendesah lega ketika dia melingkarkan lengannya di sekitar perut Awan erat. Tidak ada yang dapat merebut Awan darinya lagi, karena Awan sekarang telah berada tepat di dalam genggaman Sain dan dia pun juga tidak akan membiarkan semua itu terjadi.
"Kenapa kamu bertanya tentang orang lain sekarang?" tanya Sain santai yang sebenarnya di dalam hatinya dia merasa panas mendengar Awan menyebut nama orang lain yang keluar dari bibirnya. Karena Sain tahu bahwa Langit yang ini bukanlah saudara kembar dari Awan yang asli dan Sain sama sekali tidak merasa aman tentang itu.