Awan mencengkeram kepalanya dia membenci itu, dia tidak ingin memikirkan apapun, tetapi kepalanya berkhianat justru membangkitkan kenangan mengerikan itu. Membenci bagaimana semua ingatan itu datang tiba-tiba menelusup masuk begitu saja dalam kepalanya. Dia harus benar-benar menyingkirkan Sain dari hidupnya. Ini terasa semakin sesak di dadanya.
Awan segera duduk dan seketika langsung meringis kesakitan dengan tubuhnya, dia ingin mengusir pikiran-pikiran yang membuat tulang punggungnya merinding dan tanpa sadar, dia mengangkat lutut ke dada dan menahan dirinya erat-erat. Tepat ketika tangan Sain terangkat hendak memukukan kepalanya sendiri. Pintu menjeblak terbuka keras.
"Langit?"