"Riksa, aku nggak melakukan apapun pada Lia," Awan berkata sambil menggenggam erat pergelangan tangan Sain yang tengah duduk kaku di pinggir ranjang kamarnya. Sejak tadi Awan tegah membujuk Sain untuk berbicara padanya yang sudah berdiam diri tidak mengatakan apapu ataupun melihat apapun pada Sain.
Awan merasakan kecemasan dan penyesalan bercampur tatkala Sain bersikap seperti ini, dia belum pernah melihat Sain hanya diam saja dan karena itulah Awan tidak bisa membiarkan ini terjadi. Sain bisa marah padanya, tetapi Awan tidak tahan ketika Sain hanya diam saja dan menganggap Awan tidak ada.
"Riksa, aku minta maaf. Aku bersalah." Awan mengguncang pelan lengan Sain. Dia berada di bawah antara kaki Sain. Awan kembali mendongak dan melihat Sain kembali dan mengatakan, "Riksa, jangan mengabaikanku seperti ini, kamu bisa marah padaku saja. Pukul aku, tapi jangan mendiami aku kayak ini."