Sain menahan Awan tetap duduk dan mengulurkan tangannya untuk mengusap pelan telapak tangan Awan dengan lembut. Dia kemudian menggengamnya menyalurkan rasa panas untuk menjalari tangan Awan yang dingin di sana. Sain kemudian berkata padanya layaknya sebuah bisikan menenangkan. "Apa yang membuat kamu khawatir, Awan?"
Awan menggeleng, tetapi dia mengatakan sesuatu yang membuat Sain tersenyum simpul di bibirnya. "Riksa, apakah kamu bosan padaku?"
Bagaimana bisa pertanyaan itu terlintas di dalam pikiran Awan? Kapan memangnta Sain pernah bosan mengenai segala hal tentang Awan. Dia telah bertahun-tahun mencintainya tanpa lelah, menunggu tanpa bosan dan sekarang memilikinya seutuhnya. Tidak ada kata bosan bagi Sain hanya untuk Awan. Dia telah memberikan seluruh hatinya pada Awan, meletakkan dunia dan kehidupannya pada genggaman tangan Awan dan juga menaruh masa depan yang dia miliki hanya untuk Awan.