"Bisakah kamu melihat ada namaku di punggungmu?"
Langit mendengus, tetapi masing-masing tangannya terkepal di sisi tubuhnya, mata Langit menajam dan dia membalas Sain dengan geraman amarah yang berapi-api. "Kamu hanya berharap aku memohon untuk belas kasihmu lebih jauh lagi, aku tidak akan pernah melakukannya. Sampai kapanpun tidak akan pernah. Kamu telah membunuh ibuku, ayahku. Pergi kamu untuk membusuk di neraka. Bahkan bumi tidak akan menerimamu."
Sain ikut mendengus memutar-mutar pisau tumpul pada jemarinya. Matanya tersenyum dengan humor yang melekat dan bibirnya terangkat untuk menanggapi,"Jangan lupakan kamu selanjutnya dan dengan kebaikanku aku akan mengirim saudaramu ke rumah penuh lendir."
Langit dengan kekuatannya yang masih tersisa dia maju meninju pipinya dan Sain langsung dihadapkan oleh rasa sakit menyengat di tempat pukulannya. Namun, hal itu membuat dia tersenyum senang berhasil memancing kemarahannya dengan baik.
