"Sain memburu setiap orang untuk dia bunuh dengan pisau di tangannya."
"Apa? Apa yang kamu katakan bagaimana bisa?" tanya Awan memburu. Dia maju mengguncang bahu Langit agar laki-laki di depannya ini menjawabnya dengan cepat.
"Aku nggak tahu." Langit merosot ke lantai menarik kakinya menempel di dada dan tangan yang mecengkeram rambutnya, ada isakkan yang kemudian keluar di tengah-tengah diamnya untuk beberapa saat. "Dia membunuh ayah juga."
Mata Langit lebar dengan rahangnya yang turun, "Apa maksudnya? Membunuh ayah kayak apa?"
"Dia kehilangan akalnya, pandangannya kosong. Seperti dia telah mati." Langit berkata dengan getar hebat di tubuhnya. Awan ikut merosot dan memeluk Langit dengan erat, meredakan tangisan Langit yang tengah menutup wajahnya dengan tangan.