"Beraninya, kamu!"
Awan terlempar ke samping dengan sebuah pukulan tak kasat mata yang mengenai perutnya. Hingga Awan terbatuk tak terkendali meringkuk membentur dinding. Rasa sakitnya seketika sampai mengaburkan pandangan Awan dan membuat matanya berair, hingga Awan tenggelam dengan dirinya sendiri untuk beberapa waktu.
Dia tidak pernah terbiasa dengan rasa sakit fisik seperti ini, Awan tidak terlalu memperhatikan sekitar ketika dia bahkan terlalu sibuk untuk menekankan perutnya berharap rasa menyengat itu cepat pergi dari sana.
"Awan!" Suara panggilan Sain berdengung di sekitar Awan, hingga dia berpikir apakah ini adalah bagian dari halusinasinya yang tercipta. Gemuruh detak jantungnya berdebar kencang dari waktu ke waktu, seiring dia yang tidak dapat menahan rasa sakit. Awan menggigit bibirnya erat dan kedua tangannya mencengkeram kuat di lantai. Dia ingin berteriak sekuat tenaga kalau-kalau semua ini akan berakhir.