"Jangan pura-pura nggak tau, Riksa."
"Bibi Renjana mengatakan hal yang buruk lagi padamu?" Sain kali ini bertanya dengan nadanya yang naik. Matanya menatap Awan serius kali ini sementara tangannya telah naik mencengkeram bahu Awan dengan sedikit tekanan di sana.
Awan bingung apa yang harus dia lakukan, dia tidak pernah berbohong pada Sain. Namun, jika dia jujur dia lebih seperti anak perempuan yang mengadukan bercerita pada temannya. Jadi, Awan lebih memilih untuk tetap dia menutup erat mulutnya.
"Jadi, benar Awan?" tanya Sain kembali belum puas dengan jawaban diam dari pertanyaan yang Sain lontarkan barusan.
Awan menyikap selimutnya dan matanya berkeliling ke penjuru kamar. "Jangan berbicara seperti itu, Riksa. Dindingnya sangat tipis."
"Jadi, benar." Sain membuat pembenaran dari opininya sendiri.
"Apa kamu sudah mengunci pintu kamar?" Awan bertanya setelah dia melirik ke pintu.