"Benar, Awan nggak bisa main lagi keluar. Nilainya turun dan jauh dari nilai Langit karena Awan terus bermain, jadi Sain main dengan Langit aja, ya?" Mereka bertiga kompak menoleh pada Renjana yang masuk menyela.
Langit melirik ke arah Awan yang sekarang tengah menunduk memperhatikan bukunya yang terbuka.
"Kita bisa main setelah Awan belajar." Sain berkata mendongak menatap Renjana.
"Awan sedikit lambat dalam berpikir, jadi Awan nggak punya waktu untuk bermain." Renjana berkata lembut, tetapi berhasil membuat Langit tidak menyukai perkataan yang tajam itu.
"Langit dan Sain boleh main sekarang biarkan Awan sendiri, Awan terkadang nggak bisa fokus."
***
"Riksa, janji padaku untuk nggak ngasih tau ini dengan ayah?" Awan menatap Sain sungguh-sungguh dan Sain ingin menyangkalnya berkata bahwa dengan Awan tetap diam maka semuanya tidak akan pernah selesai. Bahkan apa yang ingin Awan lakukan untuk tujuannya itu hanyalah usaha yang sia-sia.