"Ayah, kenapa aku nggak lahir kayak Langit?" Langit mendengar dari luar pintu kamar Awan yang setengah terbuka, melihat ayahnya dan Awan tengah duduk di pinggir ranjang memunggunginya.
"Kamu nggak boleh ngomong kayak itu, kamu dan Langit semua sama dan spesial," kata Raihan meletakkan tangannya di bahu Awan.
"Ayah nggak ngerti, semua itu bohong. Apa yang Ayah bilang bohong. Nggak ada orang yang spesial dengan kondisi kayak aku." Langit melihat Awan menunduk, menutup wajahnya dengan tangan ada isak tertahan dari suaranya.
"Untuk apa Ayah berbohong, kamu memang spesial. Jika ada orang yang ngomong dengan Awan kalau Awan nggak spesial berarti mata mereka tertutup."
"Aku yakin Ayah pasti sangat malu punya anak kayak aku." Awan berkata rendah dan Langit sangat menyesal mengapa dia mengatakan pada ibunya hingga membuat Renjana menjadi marah.
"Kenapa harus malu? Ayah sama sekali nggak pernah malu." Raihan meraih bahu Awan yang terkulai.