Sain kembali berbicara pada Awan yang dia sendiri tidak berharap Awan akan mendengarnya. "Seluruh hidupku adalah untukmu, mengapa dia dengan mudahnya mengatakan aku harus meninggalkanmu Awan? Mengapa orang sering berkata buruk tentangmu? Setelah sekian lama aku berpisah denganmu adalah hal yang nggak akan mungkin bisa aku lakukan untuk melepaskan kamu lagi."
"Aku mencintaimu," bisik Sain lalu mencium ujung hidung Awan dan kembali berbaring di sebelahnya untuk kembali tertidur.
Dia merasakan tangan lain menyentuh pinggangnya, tetapi Sain tahu bahwa dia pasti telah bermimpi.
***
Sain terusik dari tidurnya saat dia merasakan sesuatu mengerat di sekitar pinggangnya. Dia menggeliat, tetapi tidak bisa melakukan dengan bebas hingga Sain mau tidak mau membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya matahari yang menyorot dari sela-sela fentilasi.