Semburat cahaya jingga di atas sana mulai tergantikan dengan gelapnya malam yang datang begitu lambat bagi Sain, dia berharap waktu berputar cepat hingga sampai pada masa Sain di pertemukan kembali pada Awan.
Udara dingin mulai menikam, menusuk hingga ke tulang melalui celah-celah kain yang dia kenakan. Sain merasakan perasaan tidak nyaman dan terasa sangat salah, tetapi dia tidak bisa memahami apa sebenarnya itu.
Hanya beberapa hari bagi Sain tidak melihat dan menyentuh sosok Awan membuat Sain kalang kabut dan lama kelamaan dirinya seakan semakin tercekik oleh perasaan rindu yang tidak kuat dia tampung. Dia bahkan lupa telah melenyapkan beberapa orang hanya karena menggangu jalannya.
Penjara? Bahkan penjara tidak akan mampu mengurung Sain. Siapa yang berani bahkan hanya untuk menyentuhnya?