Sain melangkah dengan langkah kakinya yang lebar. Matanya menatap tajam ke depan melewati lorong-lorong gelap yang hanya di terangkat oleh lampu-lamou redup di atasnya.
Di setiap langkah yang dia ambil dia masih bisa merasakan rasa sakit menyengat yang tanpa ampun terus menyiksanya dari waktu ke waktu tanpa jeda yang tertinggal. Bahkan rasa sakit itu tak mampu membuat Sain setidaknya bernapas dengan normal.
Namun, fitur yang dia tunjukkan sekarang adalah sosok Sain yang berdiri tegak tak takut pada apa pun dan tidak akan goyah oleh siapa pun. Tangan Sain mengepal erat, dan dengan sekali sentakan dia mendorong pintu besar itu terbuka lebar memberikan dia akses penuh untuk masuk.
"Sudah lama kita tak berjumpa." Suara wanita itu membuat Sain muak hanya dengan mendengarnya. Dia rasanya ingin semua ini berakhir dan meledakkan kepalanya sekarang juga.
Sain sungguh tak ingin berbasa-basi lebih lama lagi di tempat yang gelap dan pengap ini seolah semakin menekan sosok Sain.